Seorang Muslimah dan Pentingnya Rasa Malu

Muslimahdaily - Ajaran agama Islam selalu bertujuan untuk melindungi umatnya dari keburukan, dan demi menggapai kebahagiaan dan kebaikan di kehidupan dunia dan akhirat. Begitu pula anjuran untuk memiliki rasa malu. Pada dasarnya, seruan untuk memiliki rasa malu adalah seruan untuk mencegah kejahatan dan segala maksiat, dan malu untuk melakukan kejahatan.

Abu Mas’ud Uqbah bin Amr Al-Anshari Al-Badri ra. berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya sebagian yang masih diingat orang dari ajaran para nabi terdahulu adalah, ‘Jika tidak malu, maka berbuatlah sesukamu’” (HR. Bukhari)

Imam Nawawi memasukkan hadits ini ke dalam kitab Arba’in An-Nawawiyah yang disusunnya. Mengenai hadits ini Beliau berkata, “Siklus hukum-hukum Islam berada pada hadits ini”.

Maksudnya adalah, perintah yang berarti wajib atau sunnah, maka orang akan malu untuk tidak mengerjakannya. Sedangkan sebaliknya, larangan yang bermakna haram atau makruh, maka orang akan malu jika melanggarnya.

Rasa malu yang dapat membuat seseorang menghindari perbuatan buruk dan tercela, adalah rasa malu yang baik dan terpuji. Ini akan menambah kokohnya iman seseorang dan akan mendatangkan kebaikan untuk dirinya dan kehidupannya.

Sedangkan rasa malu yang berlebih-lebihan dan tidak berada pada tempatnya merupakan rasa malu yang tidak baik. Seperti misalnya malu untuk bertanya demi mengetahui suatu ilmu, atau malu untuk berbuat kebaikan.

Mengutip perkataan Hasan Al-Bashry tentang malu, Beliau berkata, “Malu ada dua macam: Yang pertama merupakan bagian dari iman, dan yang kedua merupakan kelemahan.”

Dari hadits yang diriwayatkan oleh Uqbah diatas juga dapat kita ambil pelajaran, bahwa orang yang tidak memiliki rasa malu kepada Allah dan malu kepada sesama manusia, tidak akan jera dalam melakukan kejahatan, bahkan dengan hukuman yang tegas sekalipun. Dia tidak akan malu melakukan apapun, bahkan melakukan kejahatan secara terang-terangan sekalipun.

Muslimah dan Rasa Malu

Seorang wanita memiliki fitrah sebagai makhluk yang memiliki rasa malu. Sebagaimana dapat kita lihat dari salah satu kisah dalam Al-Qur’an yang menceritakan tentang salah seorang putri Nabi Syu’aib yang diperintahkan oleh Bapaknya untuk memanggil Nabi Musa. Disebutkan dalam surah Al-Qashash ayat 25, “Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan dengan malu-malu, ia berkata: "Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami". Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu'aib) dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya), Syu'aib berkata: "Janganlah kamu takut. kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu".

Dari ayat diatas, diceritakan bahwa putri Nabi Syu’aib berjalan dan menghampiri Nabi Musa dengan rasa malu dan dengan penuh rasa ‘iffah (kebersihan jiwa), serta berjalan dengan sikap yang jauh dari usaha ingin menarik perhatian orang lain. Meskipun demikian, dia tetap mampu menguasai diri dan mampu menyampaikan dengan jelas apa yang dipesankan oleh Bapaknya terhadap Nabi Musa.

Seorang wanita muslimah dan shalihah hendaknya akan merasa malu ketika bertemu dan berbicara dengan lawan jenisnya. Akan tetapi, hendaknya ia juga tetap mampu menguasai dirinya, agar dapat menyampaikan keperluannya dengan jelas dan berbicara tanpa gugup atau dibuat-buat.

Adapun di era modern saat ini, akan kita jumpai wanita-wanita yang senantiasa bersolek, keluar tanpa mahramnya, ataupun senang berbaur dengan lawan jenis tanpa rasa malu, dan itu berarti belum sejalan dengan ajaran Al-Qur’an dan sunnah. Na’udzubillah.

Ahnaf Ibnu Qois berkata, “Dua hal yang tidak akan berpadu dalam diri seseorang adalah dusta dan harga diri. Sedangkan harga diri akan melahirkan sifat shidiq (berkata benar), wafa’ (selalu menepati janji), malu, dan ‘iffah (menjaga kesucian diri)”.

Semoga kita memiliki sikap malu terhadap Allah dan sesama kita, serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari dan dengan menempatkannya pada tempat yang benar, agar membuahkan ‘iffah (kesucian diri) dalam diri kita sebagai seorang Muslim, dan terutama sebagai seorang perempuan yang telah ditinggikan derajatnya dalam agama Islam. Dengan rasa malu pula, kita akan malu jika tidak melakukan kebaikan,dan akan malu jika melakukan keburukan.

Wallahu a’lam.

Add comment

Submit