Muslimahdaily - Abu Amr (atau Abu Amrah) Sufyan bin Abdillah ra. berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ”Wahai Rasulullah, katakan kepadaku perkataan tentang Islam yang tidak akan kutanyakan selain kepada Engkau!”, Beliau bersabda, ”Katakanlah Aamantu billah (Aku beriman kepada Allah), kemudian istiqamahlah”.’ (HR. Muslim)
Ajaran agama Islam pada dasarnya adalah tentang tauhid (mengesakan Allah) dan ketaatan hanya pada-Nya. Tauhid itu datang melalui keimanan kepada Allah, sedangkan ketaatan terwujud dengan adanya istiqamah, yaitu dengan melaksanakan segala perintah dan menghindari semua larangan, yang meliputi pekerjaan hati dan anggota badan.
Allah berfirman dalam surah Fushshilat ayat 6, “…Maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepadanya dan mohonlah ampun kepadanya. dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya.”
Pengertian istiqamah
Dengan mengutip beberapa perkataan ulama, marilah kita pelajari makna istiqamah, sebagaimana berikut:
Al-Qusyairi berkata, “Istiqamah menunjukkan tingkat sempurnanya suatu perkara. Dengan adanya istiqamah, maka akan tercipta kebaikan. Dan barangsiapa yang tidak memiliki sikap istiqamah, maka semua usaha yang dilakukan akan lenyap.”
Sementara itu, Al-Wasithy berkata, “Istiqamah adalah etika yang menjadikan sempurnanya berbagai kebaikan.”
Ibnu Rajab berkata, “Istiqamah adalah menempuh jalan yang lurus, agama yang benar, tanpa berpaling ke kanan atau ke kiri. Mencakup semua ketaatan, baik yang lahiriah maupun yang batiniah. Juga mencakup semua larangan. Sehingga pesan ini mencakup semua kebaikan.”
Istiqamah adalah tingkatan tertinggi dalam kesempurnaan pengetahuan dan perbuatan, serta kebersihan hati yang tercermin dalam ucapan dan perbuatan, juga kebersihan aqidah dari segala bid’ah dan kesesatan. Dengan demikian, manusia dalam bersikap istiqamah pastilah terdapat kekurangan, sebagaimana yang difirmankan Allah dalam surah Fushshilat ayat 6: “…Maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepadanya dan mohonlah ampun kepadanya. dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya.”
Perintah untuk memohon ampun dalam ayat tersebut mengisyaratkan karena adanya kekurangan.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Istiqamahlah kalian semua, dan kalian tidak akan mampu.” (HR. Ahmad dan Muslim)
Beliau juga bersabda, “Berusahalah untuk senantiasa benar dan mendekatinya”.
Istiqamah hati dan istiqamah lisan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ketahuilah, bahwa di dalam badan terdapat segumpal darah. Jika ia baik, maka semua anggota badan akan baik. Jika ia rusak, maka semua anggota Abadan akan rusak. Segumpal darah tersebut adalah hati.”
Pada dasarnya, istiqamah adalah istiqamah hati terhadap tauhid, yaitu dengan mengeesakan Allah SWT, rasa takut kepada-Nya, serta mengagungkan dan mencinta-Nya, berdo’a kepada-Nya, dan tawakal sepenuhnya kepada Allah, niscaya seluruh anggota badan pun akan istiqamah dalam ketaatan kepada Allah.
Karena sesungguhnya, hati adalah raja dan anggota badan adalah prajuritnya. Prajurit tentunya akan mengikuti titah rajanya, termasuk dalam melaksanakan kebaikan. Begitu pula hubungan yang erat antara hati manusia dan anggota tubuhnya.
Setelah hati, istiqamah lisan (ucapan) adalah hal yang juga perlu kita perhatikan., karena ucapan itu adalah penerjemah dari apa yang tersirat di hati. Hal ini ditegaskan dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika seorang sahabat ra. bertanya kepada Baginda, “Ya Rasulullah, apa yang paling perlu saya takuti?”, mendengar pertanyaan itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu memegang mulutnya” (HR Tirmidzi).
Diriwayatkan dalam hadits yang lain, bahwa Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidaklah benar iman seseorang, hingga hatinya menjadi benar. Dan tidaklah benar hati seseorang, hingga benar lisannya.” (HR. Imam Ahmad dari Anas ra.).
“Jika anak Adam memasuki harinya, pagi-pagi, maka semua anggota badan mengingatkan lisan dan berkata, “Bertaqwalah kamu kepada Allah, karena kami sangat tergantung padamu. Jika kamu istiqamah, kami pun istiqamah. Jika kamu berpaling, kami pun berpaling” (HR. Tirmidzi, dari Abu Sa’id Al-Khudzri)
Istiqamah adalah suatu bentuk keteguhan dan kemenangan, antara ketaatan dan hawa nafsu. Karena itu, Malaikat akan turun kepada orang-orang yang istiqamah untuk mengusir segala ketakutan dan memberikan kabar gembira kepada mereka dengan surga. Sebagaimana Allah berfirman dalam surah Fushshilat ayat 30, “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah (surga) yang telah dijanjikan Allah kepadamu".
Semoga Allah meneguhkan kita dalam istiqamah bertaqwa dan bertawakal kepada-Nya. Aamiin.
Wallahu a’lam.
Sumber: Al-Wafi, Syarah Kitab Arba’in An-Nawawiyah, oleh DR.Musthafa Dieb Al-Bugha