Muslimahdaily - Shalat adalah ibadah yang sangat mudah untuk ditinggalkan. Berapa banyak orang Islam yang dengan ringannya meninggalkan shalat atas alasan kesibukan, berapa banyak yang menunda-nunda untuk menunaikan shalat atau melaksanakannya di akhir waktu hanya demi menyelesaikan pekerjaannya.
Bukankah shalat itu adalah salah satu rukun Islam, dan pondasi agama, yang jika satu pondasi saja tidak baik maka yang lainnya pun terancam roboh; jika shalat tidak dipedulikan, maka amalan dan ibadah lain pun tidak terjamin. Bukankah shalat adalah amalan yang pertama dihisab di akhirat kelak?
Shalat adalah suatu kebaikan, menunaikan shalat berarti memberikan untuk diri sendiri. Allah berfirman dalam surah Al-Israa ayat: 7, yang berarti:
“Jika kalian berbuat baik, maka kebaikan itu akan kembali kepada dirimu sendiri. Dan jika kalian berbuat buruk, maka keburukan itu akan kembali kepada dirimu sendiri.”
Imam Al-Ghazali adalah salah satu ulama besar. Ada salah satu perbincangan beliau dengan murid-muridnya yang sangat terkenal. Seperti biasa, beliau berkumpul dengan murid-murid yang sangat disayanginya, dan mereka pun mencintai syeikhnya tersebut.
Lantas, imam Al-Ghazali bertanya kepada mereka, “Wahai anak-anakku sekalian, apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?”
Sebagian muridnya menjawab, “Yang paling dekat dengan kita adalah orangtua.” Sebagian lain ada yang menjawab teman, guru, keluarga.
Lalu Imam Al-Ghazali menjelaskan, “Wahai anak-anakku sekalian, semua jawaban itu benar. Namun sesungguhnya yang paling dekat dengan kita adalah kematian. Karena Allah telah berjanji bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati (surah Ali Imran ayat 185).”
Imam Ghazali bertanya lagi, “Wahai anak-anakku sekalian, apa yang paling jauh dari kita di dunia ini?”
Murid-muridnya ada yang menjawab, “Yang paling jauh dari kita di dunia ini adalah negeri Cina.”yang lainnya ada pula menjawab bulan, matahari, bintang-bintang.
Lalu, Imam Ghazali menjawab, “Wahai anak-anakku, jawaban kalian benar. Tapi yang paling benar adalah masa lalu. Bagaimanapun caranya, apapun kendaraannya, kita tetap tidak bisa kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu, kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran agama. Besok telah menjadi hari ini, hari ini berubah menjadi kemarin. Masa depan telah berubah menjadi masa lalu, dan akan semakin jauh meninggalkan kita.”
Imam Ghazali meneruskan pertanyaannya, “wahai anakku, apa yang besar di dunia ini?”
Muridnya ada yang menjawab gunung, bumi, matahari.
Lalu Imam Ghazali menjawab, “Jawaban kalian benar. Tapi yang paling besar di dunia ini adalah nafsu. Sesungguhnya nafsu selalu mengajak kepada keburukan. Karena itu kita harus berhati-hati terhadap nafsu, jangan sampai ia membawa kita ke neraka.”
Imam Ghazali bertanya lagi, “Apa yang paling berat di dunia ini?”
Murid-muridnya ada yang menjawab baja, sebagian lain menjawab besi, atau gajah.
Imam Ghazali pun menerangkan, “semua jawaban itu hamper benar, tapi sesungguhnya yang paling berat itu adalah memikul amanah. Allah berfirman (dalam surah Al-Ahzab ayat 72), ‘Sesungguhnya kami telah menawarkan amanah kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, namun semua menolaknya, dan amanah itu diterima oleh manusia, itulah bentuk kezhaliman dan kebodohan.’ Walau semua makhluk menolaknya karena tidak sanggup, manusia dengan sombong menerimanya, sehingga banyak manusia masuk ke neraka karena melanggar amanah.”
Imam Ghazali melanjutkan, “Apa yang paling ringan di dunia ini?”
Muridnya ada yang menjawab kapas, angina, debu, dedaunan.
Imam Ghazali pun menjawab, “Jawaban itu hamper benar, tapi sesungguhnya yang paling ringan di dunia ini adalah meninggalkan shalat. Karena suatu pekerjaan atau pertemuan, kita meninggalkan shalat.”
Imam Ghazali berkata lagi, “Wahai anakku, ini pertanyaan terakhir, apa yang paling tajam di dunia ini?”
Dengan serentak, muridnya menjawab, “Pedang,”
Imam Ghazali menjawab, “Benar. Namun yang paling tajam adalah lidah manusia. Karena melalui lidah, manusia dengan mudah menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri. Betapa banyak yang tergelincir karena tak mampu menjaga lisannya.”
Semoga kita dijauhkan dari menjadi golongan orang-orang yang melalaikan shalat. Wallahu a’lam.
Sumber: Jangan Sekali-kali Lalaikan Shalat, oleh Muhammad Yasir