Muslimahdaily - Menurut Parrott, W. G., & Smith, R. H. dalam jurnalnya yang berjudul Distinguishing the experiences of envy and jealousy, iri hati atau hasad adalah suatu emosi yang timbul ketika seseorang yang tidak memiliki suatu keunggulan.
Iri hati tak selamanya dianggap sebagai penyakit, adakalanya iri hati menjadi sebuah kekuatan motivasi positif. Dalam Islam, iri hati terbagi menjadi empat jenis, dua diantaranya merupakan iri yang dilarang dan dua lainnya adalah yang diperbolehkan.
Iri yang harus dihindari
1. Al-Hasadul Haqiqi atau iri yang nyata
Jenis ini merupakan iri yang harus dihindari karena termasuk penyakit hati. Seseorang yang terserang penyakit ini akan merasa amat tidak senang jika ada orang lain mendapat kebahagiaan.
Dalam surah Ali Imran ayat 120 Allah berfirman,
“Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi Jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.”
2. Al-Hasadul Akhdzi
Ialah suatu keadaan saat seseorang ingin mengambil atau memiliki apa yang ada pada orang lain, sedang ia mengetahui bahwa dirinya belum mampu untuk mendapatkannya. Jika temannya memiliki gawai baru, ia menginginkannya. Jika temannya membeli kendaraan baru, ia pun ingin memilikinya.
Iri jenis ini termasuk dalam sifat dengki yang semestinya dijauhi karena ia akan mengganggu kebahagiaan diri bahkan dapat menuntun orang yang iri pada tindak pencurian.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, “Sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An-Nisa ayat 32).
Dalam Kitab Tasfiyatul al-Qulub min Adran al-Awzar wa adz- Dzunub karya Yahya bin Hamzah al-Yamani menjelaskan bahwa ada dua cara untuk mengobati dua jenis iri di atas.
Cara yang pertama adalah memperkaya diri dengan ilmu. Jika seseorang menuntut ilmu dengan tulus ikhlas dan kesehariannya disibukkan dengan belajar, maka tak ada waktu baginya untuk dengki dengan orang lain. Cara kedua adalah dengan berusaha mensyukuri nikman yang telah Allah berikan serta meyakini bahwa setiap orang memiliki rezekinya masung-masing.
Iri yang diperbolehkan
3. Ghibthah
Ialah iri hati atas nikmat yang dimiliki orang lain atau menginginkan nikmat yang serupa, namun tidak disertai dengan harapan nikmat itu hilang darinya.
Imam An Nawawi rahimahullah mengatakan, "Para ulama membagi hasad menjadi dua bagian, yaitu hasad hakiki dan hasad majazi. Hasad hakiki adalah ketika seseorang berharap nikmat orang lain hilang." Berdasarkan kesepakatan ulama, hasad seperti inilah yang diharamkan. Adapun yang dimaksud dengan hasad majazi adalah ghibthah.
Rasulullah membatasi siapa yang boleh dan pantas untuk dicemburui karena kelebihan besar yang mereka miliki. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah bersabda :
“Tidak ada (sifat) iri (yang terpuji) kecuali pada dua orang: seorang yang dipahamkan oleh Allah tentang Al-Qur-an kemudian dia membacanya di waktu malam dan siang hari, lalu salah seorang tetangganya mendengarkan (bacaan Al-Qur-an)nya dan berkata: “Duhai kiranya aku diberi (pemahaman Al-Qur-an) seperti yang diberikan kepada si Fulan, sehingga aku bisa mengamalkan seperti (membaca Al-Qur-an) seperti yang diamalkannya.
Dan seorang yang dilimpahkan oleh Allah baginya harta (yang berlimpah) kemudian dia membelanjakannya di (jalan) yang benar, lalu ada orang lain yang berkata: “Duhai kiranya aku diberi (kelebihan harta) seperti yang diberikan kepada si Fulan, sehingga aku bisa mengamalkan (bersedekah di jalan Allah) seperti yang diamalkannya.” (HR. Bukhari 5026).
3. Al-Hasadut tanafusi adalah iri hati untuk berlomba meningkatkan kebaikan
Iri jenis ini mirip dengan ghibthah. Bedanya adalah pada tahap ini, seseorang yang ini mengusahakan dirinya untuk berbuat lebih unggul dibanding kawannya.
Dalam surah Al-Baqarah ayat 148 Allah ‘Azza wajalla berfirman,
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Berikut tadi adalah macam-macam iri. Al-Hasadul Haqiqi dan Al-Hasadul Akhdzi memang seharusnya dihindari umat muslim. Sedangkan Ghibthah dan Al-Hasadut tanafusi diperbolehkan sebagai motivasi untuk semakin giat beribadah kepada Allah.