Muslimahdaily - Mengenakan cincin adalah salah satu perhiasan yang disukai, baik bagi wanita maupun pria. Namun, sebagai seorang Muslimah yang ingin selalu meneladani sunnah, mungkin pernah terlintas pertanyaan: Adakah adab khusus dalam mengenakan cincin seperti yang dicontohkan Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam? Di jari manakah beliau memakainya? Dan bagaimana posisi mata cincinnya?
Kitab Asy-Syama'il Al-Muhammadiyyah merangkum beberapa riwayat yang menjawab pertanyaan ini, memberikan kita panduan indah tentang adab berhias yang sederhana namun penuh makna.
Di Tangan Kanan atau Kiri?
Ini adalah pertanyaan yang paling sering muncul. Berdasarkan riwayat-riwayat yang ada, Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam pernah mengenakannya di kedua tangan, namun lebih banyak dan lebih kuat riwayat yang menyebutkan beliau memakainya di tangan kanan.
Imam Al-Bukhari menyebutkan bahwa hadis yang paling shahih dalam bab ini adalah riwayat dari Abdullah bin Ja'far yang mengatakan,
"Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam memakai cincin di tangan kanannya". Riwayat ini juga dikuatkan oleh kesaksian dari Ali bin Abi Thalib dan Ibnu Abbas.
Mendahulukan yang kanan (tayammun) adalah prinsip umum Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam dalam setiap hal yang baik, mulai dari bersuci, makan, hingga berpakaian. Maka, mengenakan cincin di jari tangan kanan adalah pilihan utama dalam meneladani sunnah beliau. Meskipun begitu, riwayat dari Al-Hasan dan Al-Husain, cucu beliau, menyebutkan bahwa mereka memakai cincin di tangan kiri. Hal ini menunjukkan adanya keluwesan dalam masalah ini.
Posisi Mata Cincin: Menghadap ke Dalam
Selain letak di jari, posisi mata cincin juga menjadi perhatian. Ibnu Umar RA meriwayatkan bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam memakai cincin peraknya dan memosisikan mata cincinnya di arah telapak tangannya.
Apa hikmahnya? Para ulama menjelaskan bahwa tindakan ini memiliki beberapa makna. Pertama, ini adalah wujud ketawadhuan, di mana keindahan atau tulisan pada mata cincin tidak ditonjolkan keluar untuk dipamerkan. Kedua, untuk menjaga mata cincin dari goresan atau benturan saat beraktivitas. Ketiga, khusus untuk cincin stempel beliau, posisi ini memudahkan beliau saat hendak mencelupkan dan mencapkannya pada surat.
Larangan Meniru Ukiran Cincin Nabi
Karena cincin Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam berfungsi sebagai stempel resmi dengan ukiran "Muhammad Rasulullah", beliau melarang sahabat lain untuk membuat cincin dengan ukiran yang sama persis. Larangan ini bersifat spesifik untuk menjaga otentisitas dan mencegah pemalsuan stempel kenabian pada masa itu.
Dari cara beliau mengenakan cincin, kita belajar tentang adab mendahulukan yang kanan, pentingnya ketawadhuan dalam berhias, dan perhatian pada detail yang fungsional. Sebuah sunnah sederhana yang bisa kita hidupkan dalam keseharian kita.