Muslimahdaily - Baju perang atau baju besi (dir'un) adalah simbol perlindungan dan keseriusan di medan jihad. Bagi Rasulullah Muhammad Shalallahu alaihi wassalam, mengenakannya bukan hanya soal strategi militer, tetapi juga wujud ikhtiar maksimal seorang hamba sekaligus pemimpin yang sangat bertanggung jawab atas keselamatan umatnya.
Sebuah kisah luar biasa dari Perang Uhud, yang terekam dalam Kitab Asy-Syama'il Al-Muhammadiyyah, memberikan kita gambaran mendalam tentang betapa beratnya perjuangan beliau dan betapa besar pengorbanan para sahabat di sekelilingnya.
Mengapa Rasulullah Mengenakan Dua Baju Perang?
Pada saat Perang Uhud, pertempuran yang menjadi ujian berat bagi kaum Muslimin, Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam mengenakan
dua baju perang sekaligus, merangkapnya menjadi satu. Hal ini menunjukkan beberapa hal:
Pentingnya Ikhtiar: Meskipun pertolongan Allah adalah segalanya, beliau mengajarkan umatnya untuk tidak pernah meremehkan usaha dan persiapan. Mengenakan perlindungan maksimal adalah bagian dari tawakal yang benar.
Posisi sebagai Target Utama: Sebagai panglima tertinggi, beliau adalah target utama musuh. Melindungi diri beliau berarti melindungi keberlangsungan dakwah dan kepemimpinan umat Islam saat itu.
Betapa Sengitnya Pertempuran: Keputusan untuk memakai dua lapis baju besi mengindikasikan betapa genting dan berbahayanya situasi di medan Uhud.
"Telah Wajib Surga bagi Thalhah"
Beban dari dua lapis baju besi itu tentu sangat berat. Az-Zubair bin Al-Awwam meriwayatkan sebuah momen ikonik. Setelah pertempuran yang melelahkan, Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam hendak naik ke atas sebuah batu besar, namun beliau tidak sanggup karena beratnya baju perang dan luka yang ada.
Melihat hal itu, seorang sahabat mulia, Thalhah bin Ubaidillah, tanpa ragu segera berjongkok di bawah beliau. Ia menjadikan punggungnya sebagai pijakan agar Sang Nabi bisa naik ke atas batu tersebut.
Menyaksikan pengorbanan dan kecintaan yang luar biasa itu, Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam bersabda sebuah kalimat agung yang menjadi jaminan abadi bagi Thalhah:
"Telah wajib bagi Thalhah (masuk surga)."
Kisah ini adalah potret nyata simbiosis cinta antara pemimpin dan yang dipimpin. Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam menunjukkan ikhtiar dan tanggung jawabnya dengan dua lapis baju besi, sementara Thalhah menunjukkan pengorbanan totalnya dengan menjadikan dirinya pijakan. Sebuah pelajaran abadi tentang kepemimpinan, kepatuhan, dan cinta yang diganjar dengan surga.