Ilustrasi ( Foto : Freepik )

Muslimahdaily - Beberapa Waktu ke belakang, tren 'Marriage is Scary' banyak dijumpai di media sosial. Awalnya, tren tersebut bermunculan dan mulai ramai di TikTok, hingga kemudian menyebar ke media sosial lainnya, seperti X dan Instagram. Melalui tren ini, banyak netizen yang menyuarakan ketakutannya terhadap pernikahan.

"Marriage is scary, gimana kalo nanti gue kena baby blues dan suami enggak bisa ngerti gimana rasanya cape ngurus anak."
"Marriage is scary, gimana kalo nanti dia tertarik ama perempuan yang lebih cantik karena kita berubah setelah hamil?"
"Marriage is scary, gimana kalo dia enggak berani ngebela aku di depan keluarganya?"

Tren ini menggambarkan rasa takut terhadap kehidupan setelah pernikahan muncul karena kekhawatiran tidak mendapatkan pasangan yang sejalan dengan visi dan misinya, serta memahami diri mereka seutuhnya. Tak hanya itu, tren tersebut juga manifestasi pengalaman perempuan melihat bagaimana perempuan diperlakukan dalam pernikahan.

Pernikahan merupakan bentuk ibadah yang berlangsung seumur hidup. Dalam perjalanannya, akan ada berbagai konflik dan tantangan yang harus dihadapi. Oleh karena itu, penting untuk memiliki pasangan yang tepat agar bisa bekerja sama dalam menyelesaikan setiap masalah. Terlebih lagi, di era yang semakin kompetitif ini, pernikahan tidak cukup hanya didasari keyakinan dan tuntutan agama saja, tetapi juga perlu kesiapan ekonomi dan kekuatan mental untuk menghadapi segala situasi.

Lalu, mengapa ketakutan menikah semakin tinggi?

1. Ketakutan Terhadap Komitmen dan Tanggung Jawab

Menikah berarti sepenuhnya berkomitmen dan bertanggung jawab atas kehidupan rumah tangga serta keluarga, yang berlangsung sepanjang hidup. Kata "seumur hidup" atau "selamanya" seringkali memicu ketakutan pada beberapa orang, karena dianggap sebagai ancaman bagi kebebasan mereka. Rasa ragu ini dapat membuat seseorang enggan menikah, karena merasa tidak yakin bisa mempertahankan komitmen dalam jangka waktu yang begitu lama.

2. Ketakutan Pernikahan Tak Sesuai Harapan

Pernikahan sering kali digambarkan dalam dongeng dan film sebagai sesuatu yang sempurna dan bahagia. Namun, tayangan realitas atau gosip perceraian bisa menimbulkan kekhawatiran bahwa pernikahan mungkin penuh konflik. Akibatnya, seseorang bisa membayangkan hal-hal buruk seperti pertengkaran, perselingkuhan, atau kekerasan dalam rumah tangga, sehingga mereka menjadi takut pernikahan tidak akan seperti yang diharapkan.

3.  Tumbuh Lingkungan dengan Konflik Rumah Tangga

Tumbuh di lingkungan yang dipenuhi konflik rumah tangga juga bisa membuat seseorang takut menikah. Mendengar cerita dari teman atau orang-orang terdekat tentang masalah dalam pernikahan mereka, atau bahkan mendapat nasihat untuk menikmati masa lajang sebelum menikah, dapat membuat seseorang ragu melangkah menuju pernikahan. Apalagi jika tidak ada contoh pernikahan yang harmonis di sekitarnya, rasa malas untuk menikah bisa semakin besar.

4. Takut Terhadap Perceraian

Ketakutan terbesar bagi sebagian orang tentang pernikahan adalah kemungkinan bercerai. Pengalaman melihat perceraian di sekitar, baik itu pada orang tua, teman, atau figur publik, dapat meningkatkan ketakutan ini. Anak-anak yang tumbuh di keluarga yang sering bertengkar atau mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) juga cenderung khawatir akan mengalami hal serupa saat mereka dewasa, karena mereka mengaitkan pernikahan dengan trauma masa lalu.

5. Trauma dari Hubungan Sebelumnya

Trauma yang dialami dari hubungan di masa lalu juga bisa menyebabkan rasa takut terhadap pernikahan (gamophobia). Pengalaman negatif yang meninggalkan bekas luka emosional dapat membuat seseorang waspada terhadap komitmen serius seperti pernikahan, karena mereka tidak ingin mengulang kembali pengalaman menyakitkan tersebut.

 

Aleda Fanesya Maharany

Add comment

Submit