Keajaiban Datang Saat Membayar Hutang Ayah

Muslimahdaily - Jabir bin Abdillah bukanlah seorang yang kaya. Hidupnya dalam keterbatasan dan ia tak memiliki sepeser pun harta. Satu-satunya yang ia miliki hanyalah sebuah pohon kurma. Itu pun sudah tua dan tak lagi berbuah sejak beberapa tahun silam. Tak ada pendapatan pasti yang Jabir dapatkan setiap harinya.

Lalu suatu hari, musibah datang. Ayah tercinta pergi meninggalkan dunia yang fana. Jabir pun begitu berduka karena tak bisa lagi merawatnya. Namun duka itu makin menjadi ketika Jabir mendapati ayahnya meninggalkan hutang yang amat sangat banyak.

Orang lain pada umumnya mendapatkan warisan berupa harta, namun Jabir yang hidupnya telah nelangsa itu justru mendapat warisan berupa tagihan hutang. Akan tetapi, Jabir merasa sedih bukan karena tak mendapatkan harta waris, melainkan karena ia ingin berbakti kepada ayahnya dengan membayar hutang-hutang sang ayah.

Sebagai anak, itulah yang seharusnya dilakukan Jabir. Namun apa daya ia seorang yang miskin tak memiliki apapun.

(Baca juga : Kisah Sang Anak Berbakti Pada Ayah Di Penjara)

Betapa bingungnya Jabir. Ia tak tahu apa yang harus dilakukan. Tak lama lagi pasti si piutang akan ke rumahnya untuk menagih hutang ayahnya. Namun ia benar-benar tak memiliki harta meski sedikit. Bahkan untuk jaminan saja ia tak punya, bagaimana mungkin ia dapat melunasinya.

Di tengah kesedihan, kebingungan dan ketakutannya, Jabir pun melangkah pergi menemui Rasulullah. Ia ingin mengadu kesulitannya kepada nabiyullah. Ia berharap mendapat perlindungan jikalau si piutang datang dan menagih hutang.

Kepada beliau Shallallahu‘alaihi wa sallam, Jabir berkata, “Wahai Rasulullah, ayahku telah meninggalkan banyak hutang sementara aku tak memiliki apapun kecuali yang keluar dari pohon kurma. Akan tetapi, pohon kurma itu sudah dua tahun tak perah berbuah lagi.”

Melihat kesedihan Jabir, Rasulullah lalu bangkit dan mengajak Jabir untuk pergi ke kebun tempat pohon kurma itu tumbuh. Jabir menunjukkan pohon itu kemudian Rasulullah berjalan mengitarinya seraya memanjatkan doa.

Rasulullah kemudian duduk dan berkata kepada Jabir, “Petiklah buahnya.”

(Baca juga : Kisah Para Wanita Penggendong Ibunda)

Jabir terheran-heran. Ia tahu betul pohon itu tak berbuah. Namun Rasulullah menyuruhnya memanjat dan memanen buahnya. Meski demikian, sang shahabat tetap melakukan apa yang diperintahkan Rasulullah.

Ajaib, pohon itu tiba-tiba berbuah sangat lebat. Jabir begitu gembira melihatnya. Ia pun segera memetiknya dan ternyata buah itu tak kunjung habis. Ia terus saja memanennya hingga buah kurma itu menumpuk sangat banyak dan mampu melunasi hutang sang ayah.

Lebih dari itu, hasil panen kurma nan berkah tersebut bahkan lebih dari yang dibutuhkan. Hutang telah dilunasi, namun uang penjualan kurma masih tersisa. Jabir turut menikmati kelebihan uang tersebut. Masya Allah.

Kisah Jabir dikisahkan dalam sebuah hadits riwayat Al Bukhari. Sebuah kisah yang menunjukkan tentang keistimewaan Rasulullah dan keberkahan yang diberikan kepada anak yang berbakti.

Jabir ingin terus berbakti meski sang ayah telah tiada. Ia mendapat kesempatan itu dengan cara membayarkan hutang sang ayah. Dengan usaha Jabir, sang ayah kelak di akhirat tak akan ditanyai lagi perihal hutangnya di dunia. Sungguh Jabir telah melakukan sebuah amal yang istimewa, yakni amalan birrul walidain.

Keutamaan berbakti cukup banyak disebutkan Rasulullah dalam hadits beliau. Salah satunya datang dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah, ‘Amal apakah yang paling utama?’

Rasulullah menjawab, ‘Shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya).’ Aku bertanya lagi, ‘Kemudian apa?’

Rasulullah menjawab, ‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Aku bertanya lagi, ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab, ‘Jihad di jalan Allah’.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).

Amalan birrul walidain disebut Rasulullah sebagai amalan yang lebih utama dari jihad fi sabilillah. Berbakti kepada orangtua bahkan amalan nomor dua setelah ibadah menyembah Allah ta’ala. Jika telah mengetahui keutamaan birrul walidain, masih adakah anak yang enggan berbakti kepada kedua orangtua?

Add comment

Submit