Muslimahdaily - Akal adalah salah satu anugerah besar yang Allah karuniakan kepada manusia. Dengan akal, kita dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan akal pula, kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari segala sesuatu dan membantu kita dalam membuat keputusan sehingga tidak menyesal nantinya.
Begitu pentingnya akal dan kecerdasan, sehingga agama Islam menganjurkan umatnya untuk terus menuntut ilmu, menghiasi dirinya dengan ilmu dan kecerdasan, serta bergaul dengan orang-orang berilmu nan cerdas, baik dalam urusan duniawi atau pun ukhrawi.
Diriwayatkan oleh Said Al-Khudri, ia mengatakan, “Suatu ketika, Rasulullah menyampaikan khutbah kepada para sahabat. Beliau bersabda, ‘Sesungguhnya Allah pernah memberikan pilihan kepada seorang hamba-Nya antara dunia atau sesuatu yang ada di sisi-Nya, dan hamba itu memilih sesuatu yang ada di sisi-Nya.’
Mendengar penjelasan itu, tiba-tiba saja Abu Bakar menangis, padahal Rasulullah belum memberitahu kami siapa orang yang diberi pilihan tersebut oleh Allah. Ternyata, hamba yang diberi pilihan itu oleh Allah adalah Rasulullah, dan kami mengetahui itu setelah diberitahu oleh Abu Bakar.”(HR Bukhari dan Muslim)
Dari kisah tersebut, dapat kita lihat kecerdasan salah seorang sahabat Rasul, Abu Bakar As-Shidiq dalam mengambil hikmah dan maksud yang tersirat dari sebuah perkataan. Dan masih banyak lagi kisah lainnya yang menunjukkan kecerdasan para sahabat dan tabiin. Seperti kisah khalifah Umar bin Al-Khattab dan kecerdasan Abdullah bin Zubair berikut ini.
Ibnu Qutaibah menceritakan, bahwa pada suatu hari, Umar bin Al-Khattab ra. melewati beberapa orang anak muda yang sedang bermain. Salah seorang di antara mereka adalah Abdullah bin Zubair. Saat melihat Umar datang, mereka semua lari, kecuali Abdullah.
Umar lalu bertanya, “Mengapa kamu tidak ikut lari dengan mereka teman-temanmu?”
Abdullah bin Zubair menjawab, “Wahai amirul mukminin, aku tidak melakukan sesuatu yang meragukan, kenapa aku harus takut kepadamu? Selain itu, jalan ini tidak sempit yang membuat aku harus meluaskannya untuk memberikanmu jalan.” (Al-Mawardi, dalam kitab Adabud Dunya wad Diin)
Kisah lainnya adalah tentang Khalifah Umar dan kecerdasan Hurmuzan berikut ini.
Suatu ketika dahulu, pada zaman kekhalifahan Umar bin Al-Khattab, terdapat seorang pemimpin dari kaum ‘ajam (non-Arab) yang bernama Hurmuzan. Pada suatu hari, ia dihadapkan kepada Khalifah Umar bin Al-Khattab dalam keadaan terbelenggu.
Umar lalu mengajaknya untuk memeluk agama Islam, tetapi Hurmuzan menolaknya. Umar kemudian memerintahkan supaya Hurmuzan dipenggal lehernya.
Hurmuzan lalu berkata, “Wahai Amirul Mukminin, sebelum Engkau hendak membunuhku, berilah aku air minum. Janganlah engkau membunuhku dalam keadaan aku sedang haus.”
Umar kemudian menyuruh orang untuk mengambil segelas air. Setelah air tersebut berada di tangan Hurmuzan, ia berkata, “Apakah aku dalam keadaan aman hingga aku meminum air ini?”
Umar menjawab, “Iya, kamu akan aman.”
Tiba-tiba, Hurmuzan menuangkan air itu ke tanah dan berkata, “Engkau sungguh telah menepati janji, wahai Amirul Mukminin.”
Kemudian Khalifah Umar berkata, “Biarkan dia. Aku akan melihat dulu apa yang dia mau.”
Lantas, ketika pedang dijauhkan dari lehernya, ia berkata, “Asyhadu an laa ilaaha illallah wa anna Muhammadan Rasulullah.”
Umar kaget dan bertanya, “Apa yang membuatmu menunda-nunda untuk memeluk agama Islam dari tadi?”
Hurmuzan lalu menjawab, “Aku khawatir akan disangka masuk Islam disebabkan takut pada pedang.”
Mendengar jawaban cerdas itu, Umar berkata, “Sungguh, kamu adalah orang Persia yang cerdas. Pantas saja bila kamu diangkat sebagai raja.”
Setelah kejadian itu, Umar kemudian berunding dengan Hurmuzan tentang cara mengirim pasukan tentara ke Persia, dan Umar mengikuti cara yang ditunjukkan dan diusulkan oleh Hurmuzan.
Demikian beberapa kisah tentang kecerdasan para sahabat dan tabiin, semoga dapat meningkatkan semangat keilmuan kita dan semangat dalam mencari ilmu serta mempertajam kecerdasan. Wallahu a’lam.
Sumber: Golden Stories (oleh Mahmud Musthafa dan Nashir Abu Amir)