Muslimahdaily – Sutradara asal Yordania, Darin J. Sallam, membuat sebuah film yang menceritakan kisah tentang tragedi individu yang terjadi selama perang 1948 untuk menciptakan negara Israel. Tragedi tersebut diberi nama Nakba, dimana lebih dari 700 ribu orang Palestina diusir dari rumah mereka. Pengusiran warga Palestina tersebut menciptakan krisis pengungsi yang masih belum terselesaikan hingga saat ini.
Film yang terinspirasi dari kejadian nyata ini berkisah tentang seorang gadis Palestina berusia 14 tahun bernama Farha yang bermimpi keluar dari desanya dan pergi kota untuk bersekolah. Namun harapan itu pupus kala zionis Israel datang menyerang desanya. Ayahnya pun langsung memaksanya untuk bersembunyi di sebuah tempat terpencil dan gelap yang terkunci. Sambil menunggu ayahnya kembali, ia melihat ke luar melalui lubang kecil di dinding, namun nahasnya matanya justru menyaksikan tentara Israel tersebut tengah membunuh keluarganya, termasuk saudaranya yang masih bayi.
Sallam mengatakan bahwa ia pernah mendengar sebuah cerita nyata dari seorang teman ibunya yang sudah hidup bertahun-tahun, yang mengenang pengalamannya sebagai seorang gadis muda pada saat tragedi Nakba, dan kemudian kini ia adalah seorang pengungsi di Suriah.
Film Farha telah diputar di banyak festival di seluruh dunia sejak dirilis tahun lalu. Netflix pun telah resmi merilis film ini pada Kamis, 1 Desember 2022.
Perilisan film Farha mendapat berbagai reaksi dan pendapat. Ribuan orang memuji film tersebut karena penggambaran akurat tentang kekerasan yang dialami oleh warga Palestina selama pembentukan Israel pada tahun 1948. Sementara itu, pejabat Israel justru marah dan mengecam film Farha, bahkan mengancam konsekuensi atas penayangannya.
“Sangat gila saat Netflix memutuskan untuk memutar film yang isi tujuannya adalah untuk menciptakan pretensi yang salah pada tentara Israel,” kata Menteri Keuangan Israel, Avigdor Liberman.
Avigdor Liberman mengambil langkah dengan mencabut dana negara dari sebuah teater di pinggiran Tel Aviv, Israel yang memutar film tersebut. Hal ini dilakukan Liberman dengan tujuan untuk mencegah pemutaran film Farha atau film serupa lainnya kembali dilakukan di masa mendatang.
Sementara itu, Sallam mengaku membuat film Farha sebagai sarana untuk membantu orang-orang mengingat tragedi yang menyakitkan saat itu.
“Saya tidak takut untuk mengungkapkan kebenaran. Kita perlu melakukan ini karena film akan terus hidup,” ujar Sallam, dikutip dari The Intercept. “Itulah mengapa saya memutuskan untuk membuat film ini. Bukan karena saya politis, tapi karena saya setia pada cerita yang saya dengar,” tambahnya.
Menurut Sallam, upaya untuk menutup pemutaran film Farha tampaknya justru mencerminkan penolakan yang tidak adil terhadap hak asasi manusia bagi warga Palestina. Alih-alih menyerang orang Israel secara serampangan, Sallam justru menyerang mereka melalui seni. Karena pada dasarnya dorongan pribadinya lah yang menjadi inti mengapa film itu dibuat.
https://youtu.be/IZ5_kObtCKc