Muslimahdaily - Muslimin sangat berjasa dalam membebaskan ibu kota dari cengkeraman penjajah. Sosok Fatahillah menjadi yang terdepan dalam aksi jihad tersebut hingga sudah selayaknya sang raden muslim bergelar founding father Jakarta.
Jakarta, yang dahulu bernama Batavia, begitu nelangsa dikuasai penjajah Portugis. Mayoritas warganya fakir lagi miskin. Padahal pelabuhan mereka, Sunda Kelapa, merupakan pintu masuk perdagangan antar bangsa.
Hingga bendera Islam datang berkibar bersama sebuah pasukan yang dipimpin Raden Fatahillah. Pasukan muslim ini datang dari Jawa, yakni Kerajaan Islam Demak dengan tujuan mengusir penjajah dari wilayah Sunda. Squad tersebut kemudian diperkuat dengan bala bantuan dari kerajaan Islam Cirebon dan Kerjaan Islam Banten.
Penggabungan tiga pasukan dari tiga kerajaan Islam besar tersebut makin lengkap dengan Fatahillah di puncak pimpinan. Sosok Fatahillah sangat disegani karena karakter kepemimpinan yang dimilikinya. Belum lagi ikatan keluarga yang disandangnya dengan salah satu walisongo, yakni Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Fatahillah merupakan menantu dari sang wali.
Pembukaan Batavia sebetulnya hanya bermula pengambil alihan kekuasaan dari Kerajaan Padjajaran yang beragama Hindu Budha, menjadi kerajaan Islam. Wilayah Sunda, termasuk Batavia pun kemudian turut jatuh ketika Padjajaran runtuh. Namun sebelumnya Padjajaran telah membuat perjanjian dengan Portugis.
Ketika Kerajaan Islam mengambil alih, Portugis tetap menagih perjanjian tersebut. Mereka tetap ingin berada di tanah Batavia. Namun Fatahillah menolak keras. Ia ingin membebaskan warga Batavia dari genggaman penjajah. Alhasil, Portugis melancarkan serangan.
Peperangan sengit terjadi. Dimulailah serangan membebaskan warga Batavia. Kubu Portugis begitu kuat dengan panglima perang bernama Fransisco de Sa. Mereka menggunakan senjata dan meriam canggih kala itu. Tubuh mereka pula dilindungi dengan baju besi. Sementara pasukan Fatahillah hanya berbekal tombak, pedang, keris dan meriam seadanya. Namun justru pasukan Islam yang lebih unggul.
Para tentara Portugis berhasil dipukul mundur dari ibu kota. Mereka melarikan diri dengan armada menuju lautan lepas. Namun Fatahillah tak menyerang. Pasukannya mengejar Fatahillah hingga ke lautan. Dikirimlah sebuah meriam hingga menghancurkan armada Portugis
Peristiwa pembebasan oleh pasukan Islam di bawah panglima perang Fatahillah terjadi pada 22 Juni 1527. Sejak itu hingga kini, 22 Juni selalu diperingati sebagai hari jadi Jakarta. Usia Jakarta pun dihitung dari tahu 1527 tahun dan hingga kini telah memperingati kekebasan dan kemerdekaan ke 48.
Kemenangan Fatahillah kemudian melahirkan geliat dakwah Islam di Jakarta. Nama kota Batavia diubah menjadi Sunda Kelapa atas perintah pemimpin Kerajaan Islam Demak, Sultan Trenggono. Fatahillah pun diangkat sebagai gubernur Sunda Kelapa.
Namun Fatahillah lebih menyukai nama Jayakarta dibanding nama Sunda Kelapa. Pasalnya, Jayakarta menggambarkan kemenangan yang diraih pasukannya atas bantuan Allah. Hal ini sebagaimana surat Al Fath ayat 1. “Sungguh Kami telah memberikan kemenangan yang nyata bagimu.” (QS. Al Fath : 1).
Jejak kegemilangan Fatahillah tentu tak bisa dipungkiri dan harus diwariskan oleh masyarakat kini. Saat ini Jakarta tengah gaduh dengan adanya beragam kasus terkait Pilkada. Jika dahulu pasukan muslimin menyelamatkan Jakarta dan manebarkan Islam dengan sangat baik, maka sekarang ini menjadi tugas para muslimin pula untuk menjaga kedamaian kota ini.