Muslimahdaily - Menghargai perbedaan dan mampu hidup berdampingan tanpa perselisihan adalah suatu hal yang semakin langka akhir – akhir ini. Banyak yang mengatasnamakan agama lalu memulai perang dan menyebar kebencian terhadap pemeluk agama lain. Bukankah hidup damai berdampingan jauh lebih menyenangkan? Seperti yang ditunjukkan oleh warga muslim dan Kristen yang ada di Yerussalem ini.

Di Yerussalem terdapat sebuah gereja suci yang dipercayai sebagai makam Yesus. Namun yang uniknya kunci untuk pintu gereja ini bukan dipegang oleh pastor atau warga Kristen lainnya, melainkan oleh sebuah kelaurga Muslim yang telah berlangsung turun temurun selama 1.300 tahun lamanya. Para sejarawan bahkan mengklaim kebiasaan ini telah ada sejak jaman Sahabat Umar bin Khattab ra yang memang dikenal sangat menghormati dan melindung komunitas Kristen di Yerussalem beserta Gereja sebagai tempat ibadah mereka. Sikap toleransi Umar ini kemudian diabadikan dalam bentuk prasasti di dinding Gereja.

Yang saat ini memegang kunci gereja tersebut adalah Wajeeh Y. Nuseibeh. Dia harus bangun sangat pagi sekitar pukul 3.30 pagi untuk kemudian menuju gereja dan membukanya tepat ada pukul 4.00 pagi setiap hari. Dia lalu mengeluarkan kunci yang sudah sangat tua berukuran 12 inci, menaiki tangga sedikit dan kemudian membuka pintu kayu gereja yang bagi orang Kristen sangat suci karena dipercaya merupakan tempat dimana Yesus disalib, dimakankan dan kemudian dibangkitkan kembali.

Pintu kayu tebal itu selalu dibuka sebelum Subuh dan ditutup setelah adzan Isya berkumandang. Nuseibeh mendapat tanggung jawab itu dari ayah dan juga kakeknya dan begitu seterusnya dari generasi ke generasi. Kamu penasaran mengapa keluarga muslim bisa menjadi pemegang kunci gereja yang paling penting bagi umat kristiani?

Hal ini karena keluarga Nuseibeh telah membantu menjaga perdamaian antara ke-5 golongan Kristen yang berbagi gereja ini, yaitu Roman Catholic, Greek Orthodox, Armenian Orthodox, Coptic and Syrian Orthodox dan Ethiopian Orthodox. Golongan Kristen ini saling berebut berbagai hal menegani pengurusan dan peribadatan di gereja ini. Ada kekhawatiran jika salah satu dari mereka yang memegang kunci, maka bisa saja mereka menggunakan gereja sendiri dan tidak mengijinkan yang lain masuk. Dan disinilah peran keluarga Nuseibeh. Hanya keturunan keluarga Nuseibeh yang boleh membuka pintu gereja bagi semua orang. Subhanallah!

Bagi Wajeeh yang mulai bertugas membuka pintu gereja ini pada usianya yang ke 15, gereja tersebut sudah menjadi bagian dalam hidupnya dan juga keluarga besarnya. Dia mengaku tahu semua batu yang terletak di dalam gereja tersebut. Namun untuk urusan ibadah, Wajeeh tetap melaksanakan shalat di Masjid Umar yang terletak berdekatan dengan gereja suci tersebut.

Bukankah hal ini merupakan contoh indah hidup berdampingan meski memiliki keyakinan yang berbeda? Jika semua orang menghargai dan menghormati setiap perbedaan, maka dunia iani akan jauh lebih damai, tak ada lagi perang dan perselisihan apalagi aksi teror yang meresahkan semua orang.