Muslimahdaily - Tidak adanya bentuk figuratif dalam kesenian Islam telah mendorong berkembangnya kaligrafi sebagai seni dekoratif di seluruh dunia Islam. Kaligrafi merupakan seni buku, menghias rumah, dan menjadi bagian utama dalam pembangunan monumen dan gedung-gedung penting. Penggunaannya juga banyak kita lihat di masjid dan musholla, berupa inskripsi kaligrafis dan pola bunga-bungaan.
Kaligrafi dari Abad ke Abad
Sejarah kaligrafi bermula pada awal masa perkembangan Islam, yakni ketika Bahasa Arab masih tertulis dalam huruf kufic. Huruf itu sudah ada sejak sekitar dua ratus tahun sebelum Islam, dan digunakan dalam dokumen-dokumen tua, mata uang, dan inskripsi Arab.
Selama lima abad, kufic sangat luas digunakan, dan Al-Quran yang pertama juga ditulis dalam aksara tersebut. Meskipun sebenarnya kufic terkesan kaku, namun sampai abad ke-10 huruf tersebut masih digunakan untuk menulis Al-Quran.
Mulai abad ke-11, orang-orang mulai mempergunakan naskh, tulisan berbentuk bulat dengan tanda-tanda ortografis. Sejak itu naskh berkembang dan semakin sempurna, hingga akhirnya menyingkirkan peran kufic.
Tulisan lain yang juga populer digunakan adalah nastaliq, dikembangkan oleh para penulis Parsi sejak abad ke-13. Huruf semacam itu biasanya digunakan untuk menulis karya dalam bahasa Parsi. Gaya nastaliq memang terlihat lancar dan indah, namun diperlukan ketekunan dan waktu untuk menuliskannya.
Gaya tulisan itu kemudian melahirkan gaya-gaya lainnya, seperti shikasta dan shafia. Di India, shikasta juga disebut tulisan khstt-i-diwani. Bahasa Urdu mempergunakan nastaliq sedangkan Sindhi memiliki tulisan naskh. Semuanya itu mencapai popularitas pada zaman pemerintahan dinasti Moghul.
Para Tokoh Kaligrafi
Nampaknya India merupakan salah satu negara yang memperkenalkan kaligrafi. Dahulu Dinasti Moghul terkenal karena usahanya mengembangkan kaligrafi. Bahkan hampir semua monumen besar yang didirikan oelh maharaja Moghul seperti Taj Mahal, Masjid Jemaat di Delhi, Masjid Mutiara di Delhi, Masjid Badshahi di Lahore dan makam para penguasa Moghul merupakan bangunan yang sangat kaya akan unsur seni kaligrafi.
Terdapat dua tokoh penguasa Islam di India yang dikenal sebagai ahli kaligrafi, ia adalah Nasiruddin Mahmud dan Aurengzeb Alamir. Kegemarannya adalah menulis ayat Al-Quran sebagus-bagusnya.
Salah satu penulis kaligrafi lain yang terkenal pada masa itu adalah Mirza Muhammad Husein. Hampir semua muslim memiliki penulis kaligrafi hebat, namun di antara mereka itu yang patut dianggap terbesar adalah Ibn al-Bawwab, Ahmad Suhrawardy, dan Yaqut al Mustasimi yang karya-karyanya dianggap sebagai keajaiban di bidang seni kaligrafi.
Ibn al-Bawwab
Ibn al-Bawwab, nama lengkapnya adalah Abul Hasan Aladin Ali ibn Bilal, adalah anak seorang penjaga pintu di istana Baghdad. Ia juga dikenal sebagai al-Sitri. Penulis kaligrafi ini hafal Al-Quran dan telah menulis 64 eksemplar Al-Quran. Salah satunya menggunakan tulisan kihani, disimpan di Masjid Leleli di Istanbul. Ia adalah penemu dan pengembang gaya tulisan kihani dan muhakkik.
Al-Bawwab, berhasil membentuk madzhab kaligrafi di Baghdad. Meninggal pada tahun 1022 dan dimakamkan di dekat makam Imam Ahmad ibn Hambal.
Sumber: Seratus Muslim Terkemuka, Jamil Ahmad