Muslimahdaily - Ada banyak teori mengenai masuknya Islam ke negeri sakura Jepang. Bisa dibilang Islam dan Jepang memiliki hubungan yang masih baru dibandingkan dengan negara lain di dunia. Tak dapat dipastikan masuknya Islam ke Jepang. Namun demikian, menurut sebuah catatan tak resmi, Islam masuk ke Jepang melalui penyebaran ide dan pemikiran dari Barat sekitar tahun 1877.

Melansir dari Republika, saat itu, sejarah hidup Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang. Kisah dan sejarah hidup Nabi Muhammad ini menarik perhatian masyarakat Jepang, termasuk kalangan intelektual Jepang. Lalu, hubungan jepang dengan Islam lebih lanjut terjalin ketika Pemerintah Jepang menjalin aliansi perdagangan dengan Pemerintahan Turki Ottoman.

Ketika itu, kesultanan Turki Ottoman mengirim utusan berupa armada angkatan lautnya ke Jepang pada 1890, dengan tujuan memulai hubungan diplomatik serta memperkenalkan Muslim kepada masyarakat Jepang. Armada angkatan laut yang dinamakan Ertugrul ini diketahui armada ini kemudian terbalik dan kandas di tengah perjalanan pulangnya.

Dari peristiwa tersebut, hanya 69 orang yang selamat dari 600 penumpang. Pemerintah atau rakyat Jepang bersama-sama berusaha menolong para penumpang yang selamat dan mengadakan upacara penghormatan bagi arwah penumpang yang meninggal dunia.

Mereka yang selamat dari peristiwa tersebut, akhirnya dapat kembali pulang ke negara mereka berkat sumbangan yang berhasil dikumpulkan dari seluruh rakyat Jepang. Peristiwa ini menjadi pencetus dikirimnya utusan Pemerintah Turki ke Jepang pada 1891.

Muslim Jepang pertama yang pernah dikenal adalah Mitsutaro Takaoka yang masuk Islam pada 1090 dan mengganti namanya menjadi Omar Yamaoka setelah melakukan ibadah haji. Selain Omar, muslim pertama Jepang selanjutnya ialah Bumpachiro Ariga yang sekitar waktu yang sama pergi ke India untuk berdagang dan masuk Islam di bawah pengaruh Muslim lokal. Ia kemudian berganti nama menjadi Ahmad Ariga.

Selain itu, sejumlah peneliti menyatakan orang Jepang yang pertama kali masuk Islam bernama Torajiro Yamada. Ia mengunjungi Turki untuk menyampaikan simpati atas musibah Ertugrul. Kemudian, ia masuk Islam di sana dan berganti nama menjadi Abdul Khalil. Untuk menyempurnakan rukun Islamnya, Abdul Khalil pun menunaikan ibadah haji ke Makkah.

Beberapa waktu kemudian, penyebaran Islam dan perkembangannya di Jepang pertama kali terwujud melalui komunitas Muslim Asia Tengah. Hal itu dimulai setelah kedatangan ratusan pengungsi Muslim di Turkoman, Uzbekistan, Tajik, Kirgiz dan Kazakhstan dari Asia Tengah dan Rusia saat Revolusi Bolshevik selama Perang Dunia I.

Mereka membentuk komunitas kecil di beberapa kota utama di Jepang. Hanya beberapa saat setelah kedatangan mereka, banyak orang jepang yang memeluk agama Islam. Mereka tertarik menjadi Muslim setelah mereka melihat betapa mengesankan dan menariknya sikap yang ditampakkan oleh Muslim dari negara-negara pecahan Soviet ini.

Dengan terbentuknya komunitas-komunitas kecil Muslim, beberapa masjid kemudian dibangun. Masjid pertama yang didirikan adalah Masjid Kobe yang dibangun pada 1935 dan Masjid Tokyo yang dibangun pada 1938.

Saat itu, sangat sedikit Muslim Jepang yang berpartisipasi dalam pembangunan Masjid tersebut. Masjid itu juga tidak memiliki imam dari Jepang.

Selama Perang Dunia II, terjadi Islamic Boom atau munculnya kesadaran mengenai Islam melalui organisasi dan riset terhadap Islam dan dunia Muslim yang dilakukan pemerintah militer.

Diketahui selama periode ini, lebih dari 100 buku dan jurnal tentang Islam telah terbit di Jepang. Namun, pusat penelitian tidak dijalankan oleh Muslim. Organisasi ini juga tidak memiliki kepentingan menyebarkan agama Islam. Tujuannya adalah agar militer lebih siap dengan pengetahuan yang diperlukan tentang Islam karena ada komunitas Muslim besar di daerah jajahan Cina dan Asia Tenggara.

Lalu, organisasi ini menghilang seiring dengan berakhirnya perang pada 1945. Kemudian, Islamic Boom kembali muncul setelah 1973 ketika media massa Jepang memberikan publisitas besar pada dunia Muslim secara umum dan dunia Arab khususnya, setelah menyadari pentingnya negara-negara tersebut bagi ekonomi Jepang.

Dengan publisitas ini banyak orang Jepang yang mendapat kesempatan untuk melihat tata cara berhaji di Makkah, mendengar panggilan Adzan dan bacaan Al Qur’an, yang sebelumnya mereka tidak tahu tentang Islam. Selama periode tersebut, puluhan ribu orang Jepang dikabarkan menjadi mualaf. Di saat inilah mulai lagi persentuhan antara peradaban Jepang dan Islam.

Namun, hanya sedikit orang yang bisa mengajarkan Islam dalam bahasa Jepang. Sejarah penyebaran Islam dan dakwah di Jepang selama 40 tahun terakhir merupakan usaha yang dihasilkan oleh Muslim dari negara di luar Jepang. Diketahui bangsa Turki menjadi komunitas Muslim terbesar di Negara Jepang.