Muslimahdaily - Semarak Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) ke-76 sudah dirasakan. Sahabat, perlu diketahui, Indonesia bisa merdeka seperti sekarang karena adanya tumpah darah para pahlawan yang telah berjuang untuk Indonesia.
Dari beberapa pahlawan itu ternyata ada sederet tokoh ulama keturunan Rasulullah yang ikut berjuang di dalamnya. Bagi beberapa anak muda zaman sekarang, mungkin nama dan peran penting tokoh ulama ini tidak banyak yang tahu, sehingga tampak asing didengar. Agar lebih mengenalnya, dilansir dari rri.co.id, berikut tokoh ulama yang ikut berjuang untuk kemerdekaan Indonesia:
1. Al Habib Ali Al Habsyi
Al Habib Ali Al Habsyi merupakan salah satu tokoh yang berperan dalam perjalanan kemerdekaan Indonesia. Beliau lahir di Jakarta 20 April 1870.
Presiden pertama Indonesia, Ir Soekarno, menemui habib Ali sebelum memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Saat itu Soekarno melibatkan Habib Ali dalam menentukan hari dan waktu yang tepat untuk membacakan proklamasi.
Beliau juga sempat mendukung beridirinya partai politik yang berazaskan islam pertama kali di Indonesia. Partai itu dikenal dengan partai syarikat islam.
Selain itu, beliau merupakan pelopor berdirinya Majelis Ta'lim di Indonesia. Al Habib Ali Al Habsyi wafat pada 10 Oktober 1968 di Jakarta.
2. Al Habib Idrus Al Jufri
Al Habib Idrus Al Jufri memiliki peran penting dalam kemerdekaan Indonesia sebagai pengagas bendera pusaka Merah Putih. Lahir di Tarim, Yaman, 15 Maret 1892, Al Habib Idrus Al Jufri merupakan keturunan Al Imam Al Khawasah Bin Abubakar Al Jufri.
Selain menjadi pengagas bendera pusaka Merah Putih, beliau merupakan tokoh pejuang di provinsi Sulawesi Tengah, dalam bidang pendidikan agam Islam. Pada usia 41 tahun Al Habib Idrus Al Jufri mendirikan sebuah lembaga pedidikan Al Khairat. Al Habib Idrus Al Jufri wafat pada tanggal 22 Desember 1969 di Palu, Sulawesi Tengah.
3. Al Habib Syarif Sultan Abdul Hamid II
Sultan Abdul Hamid II berperan penting dalam kemerdekaan Indonesia. Pria kelahiran Pontianak, 12 Juli 1913 ini turut berkontribusi dalam perancangan Lambang Negara Elang Rajawali Garuda Pancasila.
Presiden pertama Indonesia sendiri yang langsung memerintahkan Sultan Abdul Hamid II untuk merencanakan, merancang, dan merumuskan gambar lambang negara Indonesia.
Sultan Abdul Hamid II merupakan salah satu peserta Konferensi Meja Bundar saat Belanda akhirnya mengakui kedaulatan negara Republik Indonesia. Beliau wafat di Jakarta pada 30 Maret 1978.
4.Al Habib Husein Muthahar
Al Habib Husein Muthahar lahir di Semarang, 5 Agustus 1916. Beliau diberi gelar kehormatan negara bintang Mahaputera karena jasanya yang telah menyelamatkan bendera pusaka Merah Putih.
Al Habib Husein Muthahar juga memiliki bintang gerilya atas jasanya ikut berperang gerilya pada tahun 1948 hingga 1949.
Dirinya dikenal sebagai Bapak Pramuka Indonesia dan pencipta lagu kebangsaan. Beberapa lagi kebangsaan yang terkenal dan hingga kini masih dikumandangkan adalah Hymne Syukur, Mars Hari Merdera, Dirgahayu Indonesia dan 17 Agustus.
Beliau sempat mendirikan dan membina Pasukan Pengibar Bendera pusaka (Paskibraka) yang beranggotakan pelajar dari berbagai penjuru Indonesia. Paskibraka tersebut bertugas mengibarkan bendera dalam upacara peringatan Hari Kemerdekaan RI.
Tak hanya itu, Habib Muthahar juga aktif dalam kegiatan kepanduan. Beliau merupakan salah satu tokoh ulama pandu rakyat Indonesia Gerakan kepanduan independen yang berhaluan nasionalis. Beliau meninggal dunia pada 9 Juni 2004.
5.Al Habib Ahmad Assegaf
Tokoh ulama selanjutnya yang memiliki peran penting dalam kemerdekaan Indonesia yaitu Al Habib Ahmad Assegaf. Beliau lahir di Yaman 1879. Al Habib Ahmad Assegaf dikenal sebagai seorang wartawan, sejarahwan serta sastrawan yang terkenal pada masa kemerdekaan RI. Dirinya kerap menyerang pemerintah kolonial Belanda lewat karya yang ia tulis.
Al Habib Ahmad Assegaf pernah ikut membentuk Ar Rabithah Al alawiyah, yaitu sebuah kepengurusan yang mencatat nasab mulia Nabi Muhammad SAW. Melalui Arrabithah Al-Alawiyyah, beliau memiliki pengaruh yang kuat dalam memberikan petunjuk persatuan bagi umat Islam dalam menghadapi penjajahan. Al Habib Ahmad Assegaf meninggal di Jakarta pada 1949.