Muslimahdaily - Krisis Suriah bukan lagi permasalahan internal negara, melainkan luka bagi seluruh muslimin dunia. Negeri tersebut memiliki sejarah gemilang dalam peradaban Islam dan catatan emas dalam sirah nabawi. Jika perang sipil sejak 2011 lalu telah meluluh lantakkan negara Timur Tengah tersebut, maka duka itu bukan hanya milik warga setempat, melainkan muslimin di mana pun berada, termasuk Indonesia.
Suriah, yang dahulu bagian wilayah Syam (termasuk Lebanon, Yordania dan Palestina), merupakan tanah kelahiran banyak nabi dan Rasul. Nama Syam bahkan diambil dari nama salah satu putra Nabi Nuh, Sam. Di sinilah awal mula kelahiran bangsa Semit yang kemudian diturunkan pada mereka agama Ibrahimiyyah, yakni Yahudi, Nashrani dan Islam.
Berbeda dengan wilayah Arab lain yang bergurun tandus, Syam dipenuhi ladang hijau dengan tanah yang subur. Karena itulah peradaban sangat maju di wilayah utara Arab tersebut. Sejak dulu, wilayah ini menjadi pusat perdagangan penghubung Asia dan Eropa.
Saat Rasulullah Shallallahu‘alaihi wa sallam belia, beliau bersama pamannya, Abu Thalib pernah melakukan perjalanan ke Syam dengan tujuan berdagang. Saat itu usia beliau masih 12 tahun.
Rasulullah baru menginjakkan kaki kembali ke Syam ketika beliau telah menjadi utusan Allah. Saat itu Suriah menjadi tujuan pertama pembukaan Islam. Maka tercatatlah dalam sejarah, Suriah adalah wilayah pertama selain Jazirah Arab yang memeluk Islam.
Dari situ pula kemudian dakwah Islam begitu cepat tersebar di seluruh wilayah Timur Tengah, bahkan Eropa dan Asia. Tak hanya itu, di era kekhalifahan Umayyah, ibu kota Suriah, Damaskus, menjadi pusat pemerintahan Islam setelah Muawiyyah memindahkannya dari Kota Madinah.
Kegemilangan peradaban Suriah tersebut kemudian hancur dalam sekejap sejak Januari 2011 silam. Terhitung lima tahun sudah negara tersebut dirundung duka dengan meletusnya perang sipil antara militer pemerintah di bawah Presiden Bashar Al Assad dan pihak oposisi yang berkeinginan melengserkan sang presiden.
Berawal dari demonstrasi, isu reformasi Suriah bergulir menjadi perang yang mengerikan. Ditambah campur tangan banyak negara dalam perang tersebut, lengkap sudah bagi Suriah untuk menghitung detik-detik kematiannya. Benar saja, November hingga Desember 2016 lalu, terjadi genosida di kota terbesar di Suriah, Aleppo.
Pemusnahan massal itu dilakukan oleh tentara Bashar yang didukung militer Rusia dan Iran. Bertameng merebut kembali Aeppo dari oposisi, rezim Bashar justru membuat kota itu mati Aleppo yang masuk dalam salah satu kota warisan dunia itu pun hancur sudah hanya dalam waktu hitungan bulan. Perkembangan terakhir di awal tahun ini, Suriah akan melakukan perundingan dua kubu atas desakan PBB.
Apapun yang dibahas, data telah nampak jelas bahwa sejak konflik Suriah tahun 2011, tercatat korban tewas mencapai 400 ribu jiwa ditambah lagi 70 ribu jiwa yang meninggal saat mengungsi. Data dari Penelitian Suriah itu lebih fantastis lagi mengenai korban hingga 1,9 juta jiwa dan warga yang terlantar mencapai 6,3 juta jiwa.
Jutaan warga yang terlantar itu mengungsi ke perbatasan negara. Mereka terlunta-lunta di tenda kumuh tanpa makanan dan selimut. Padahal saat ini musim dingin tengah melanda dan suhu di malam hari mencapai titik beku. Mereka bukan hanya masyarakat kalangan dewasa, justru anak-anak dan wanita lah yang bayak menjadi korban kisi kemanusiaan tersebut.
Mereka muslimin, saudara kita, yang tiba-tiba harus kehilangan anak, saudara dan harta benda dalam sekejap. Mereka tak berdaya, tak bisa memilih kembali pulang di tengah hujan meriam.
Mereka pasrah dengan harta apa yang bisa mereka bawa demi bertahan hidup di negara perbatasan yang bahkan sering kali mengusir mereka. Hanyalah doa dan harapan akan saudara muslimin di seluruh dunia untuk sebuah uluran tangan, sekecil apapun itu, akan sangat bermanfaat bagi mereka.
Syukurlah bayak sekali lembaga amil zakat Indonesia yang membuka donasi untuk saudara kita di Suriah. Mereka mengirim bala bantuan dari makanan, pakaian, pengobatan, tim medis, bahkan ada sebuah lembaga yang membuat sebuah pabrik roti khusus untuk menyuplai kebutuhan makanan para pengungsi Suriah.
Namun tetap saja, segala bala bantuan itu masih sangat sedikit dibanding kebutuhan jumlah mereka yang sangat banyak. Kitalah, warga Indonesia, negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia, berpotensi menjadi penyelamat mereka.
Tak hanya berdoa, kini saatnya mengulurkan tangan untuk mereka. Sekecil apapun itu, akan bermanfaat bagi mereka, dan akan menjadi beratus kali lipat pahala di sisi Allah.
Allah berfirman, “Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan ganjaran bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah : 261).