Muslimahdaily - Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan interaksi satu dengan yang lain, salah satu bentuk interaksi tersebut adalah melakukan perbincangan. Ketika berbincang, tak jarang pula kita memuji seseorang karena merasa kagum baik karena cara bicaranya, perilakunya, kepintarannya maupun keindahan.

Selain karena kagum, keluarnya pujian-pujian bertujuan untuk membahagiakan lawan bicara. Namun, apakah dalam Islam memuji merupakan hal yang diperbolehkan?

Rasulullah pada dasarnya sangat melarang umatnya untuk memuji orang lain, terlebih di hadapan orang tersebut secara langsung. Perbuatan memuji orang lain berdampak mencelakakan saudaranya sendiri. Sabda tersebut diriwiyatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.

“Dari Abu Bakar, ia menceritakan bahwa ada seorang pria yang disebutkan di hadapan Rasulullah Shallallahu‘alaihi wa sallam, lalu seorang hadirin memuji orang tersebut. Rasulullah Shallallahu‘alaihi wa sallam lalu bersabda, “Celaka engkau, engkau telah memotong leher temanmu (berulang kali beliau mengucapkan perkataan itu). Jika salah seorang di antara kalian terpaksa/harus memuji, maka ucapkanlah, ”’Saya kira si fulan demikian kondisinya.” -Jika dia menganggapnya demikian-. Adapun yang mengetahui kondisi sebenarnya adalah Allah dan janganlah mensucikan seorang di hadapan Allah.”

Dalam hadist di atas dapat disimpulkan jikalau ada kebaikan dan kelebihan pada diri seseorang lebih baik kita memuji Allah, karena Allah-lah yang membuat orang tersebut terlihat hebat. Bahkan dalam suatu riwayat hadist lain Imam Bukhari dan Imam Muslim dikisahkan suatu ketika ada sahabat yang memuji salah satu gubernur, kemudian Rasulullah memerintahkan untuk menyiramkan pasir ke wajahnya. 

Membahas bahayanya memuji, Imam Ghazali juga berkata pujian itu bisa mendatangkan enam penyakit : empat kepada pemujinya, dan dua kepada yang dipuji.

Pertama, bahaya bagi yang memberi pujian.

1.Orang yang memberi pujian cenderung berlebihan dalam memuji, hingga berbohong.  Apalagi jika ada maunya.

2.Sering terjadi, orang yang memuji tidak tahu betul tentang orang orang yang dipujinya sehingga timbul pujian pujian semu.

3.Orang yang memuji belum tentu menyenangi orang yang dipujinya. Dia hanya menunjukkan senang sesaat dan ada  maksud atau harapan tertentu. Akibatnya bisa jatuh pada kemunafikan.

4.Bisa jadi yang dipuji itu sebenarnya adalah orang zhalim atau orang fasik dan ini dilarang. Sebab jika orang zhalim atau orang fasik dipuji maka yang memuji telah ikut mendorongnya untuk meneruskan kezhaliman dan kefasikannya.

Kedua, bahaya bagi yang menerima pujian

1.Bisa mendatangkan ujub dan sombong bagi yang dipuji.

Ujub dan sombong adalah dua penyakit hati yang berbahaya. Salah satu pemicu penyakit ujub dan sombong ini salah satunya pujian yang tidak disikapi secara baik.  Seseorang yang memiliki dua jenis penyakit ini maka pada gilirannya akan sulit menerima kebenaran dan akhirnya meremehkan orang lain.

2.Bisa menimbulkan sikap lemah.

Seseorang yang dipuji umumnya akan berbesar hati dan merasa sudah lebih dari orang  lain. Akibatnya bisa melemahkan semangatnya untuk memperbaiki diri. Padahal  yang dipujikan kepadanya belum tentu benar semua.

Naudzubillah, semoga dengan tidak memuji dapat menyelamatkan saudara kita.  Sebaik-baik pujian adalah memuji kepada Allah, Allah yang berkuasa atas segala diri. Wallahu’alam!