Muslimahdaily - Saat ini gosip atau ghibah tak hanya dikatakan lisan atau didengar telinga. Media sosial mampu menjadikan gosip sebagai santapan tangan dan mata. Tak sedikit akun-akun gosip bermunculan dan diikuti banyak orang karena dianggap mengabarkan berita publik figur yang up to date bahkan eksklusif. Mirisnya, di antara para pengikut tersebut merupakan para wanita muslimah.
Sebut saja akun Lambe Turah yang kini menjadi ikon gosip di dunia maya. Berslogan “Gosip adalah berita yang tertunda”, akun tersebut diikuti jutaan follower tak hanya wanita, namun juga pria. Bahkan followernya pula tak hanya para wanita sosialita yang gaul, namun juga wanita muslimah yang mengerti agama. Padahal sejatinya, gosip bukanlah sebuah berita melainkan ghibah yang dilarang Allah dan Rasul-Nya.
Ingatlah firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain, serta janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kalian memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentulah kalian merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hujurat: 12)
Waiyyadzubillah, Allah mengibaratkan seorang yang bergosip atau berghibah seperti memakan bangkai manusia. Ini berlalu tak hanya yang menyebarkan gosip, namun juga yang mendengar atau membacanya seksama, apalagi turut berkomentar dan memberikan like. Jika ada yang beralasan, “Ini bukanlah gosip, melainkan fakta layaknya berita.” Maka jawabannya ada dalam sebuah hadits nabi, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Tahukah kalian apa ghibah itu?” Para shahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Rasulullah lalu bersabda, “(Ghibah adalah) engkau menyebut-nyebut saudaramu dengan sesuatu yang ia benci.” Seorang shahabat lalu bertanya, “Apa pendapat Anda jika sesuatu yang saya sebutkan itu nyata-nyata ada pada saudara saya?” Rasulullah menjawab, “Jika memang apa yang engkau ceritakan itu ada pada dirinya, itulah yang disebut ghibah. Namun, jika tidak ada, berarti engkau telah berdusta atas namanya.” (HR. Muslim).
Betapa Islam melarang keras perbuatan ghibah. Mayoritas ulama menghukumi ghibah sebagai dosa besar. Selain dalil diatas, dalil lain yang menjelaskan beratnya dosa ghibah yakni firman Allah, “Dan janganlah kalian saling mencela, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman.” (QS. Al Hujurat: 11).
Allah juga berfirman, “Dan janganlah engkau patuhi setiap orang yang suka bersumpah lagi hina, yang suka mencela, yang kian ke mari menyebarkan fitnah.” (QS. Qalam: 10-11). Karena tergolong dosa besar, Ghibah pun diancam dengan api neraka. Hal ini disampaikan oleh Rasulullah dalam beberapa hadits, salah satunya hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda,
”Sesungguhnya seorang hamba benar-benar akan mengatakan suatu kalimat yang mendatangkan murka Allah, yang dia tidak menganggap penting kalimat itu, akibatnya dia terjerumus ke dalam neraka Jahannam gara-gara kalimat itu.” (HR. Al Bukhari).
Imam Nawawi mendeskripsikan ghibah atau gosip sebagai perilaku yang paling buruk di antara semua perilaku buruk manusia. Perilaku terburuk itu pula yang paling banyak dan mudah tersebar di kalangan Bani Adam. “Ketahuilah, bahwasanya ghibah adalah seburuk-buruknya hal yang buruk, dan ghibah merupakan keburukan yang paling tersebar pada manusia, sehingga tidak ada yang selamat dari ghibah ini kecuali hanya segelintir manusia,” ujarnya.
Saking tersebarnya perilaku ghibah, kaum muslimin pun mudah terjerat tanpa disadarinya. Bahkan seorang istri Rasulullah pun pernah sekali tergelincir pada ghibah. Rasulullah pun kemudian segera memberikan nasihat.
Dikisahkan Aisyah, ia pernah berkata pada Rasulullah, “Cukuplah bagi Anda bahwa Shafiyyah itu seorang yang pendek.” Rasulullah lalu bersabda, “Sungguh, kamu telah mengucapkan satu kalimat yang jika dicampur dengan air laut, niscaya akan mencemarinya.” (HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi).
Kisah Aisyah memberikan pelajaran yang sangat berharga tentang betapa buruknya perbuatan ghibah. Padahal Aisyah hanya mengatakan satu kondisi fisik dari Shafiyyah, namun ternyata hal sedikit itu mampu mencemari seluruh lautan yang teramat luas. Al Mubarakfuri memaknai hadits tersebut dengan penjelasan yang sangat mengena. Ia berkata dalam Tuhfatul Ahwadzi,
“Maknanya, seandainya ghibah itu sesuatu yang dapat dicampur dengan air laut, niscaya dia akan dapat mengubah keadaan air laut yang berjumlah banyak sekalipun. Lantas, bagaimana kiranya dengan amalan yang sedikit lalu dicampuri ghibah?”
Demikianlah syariat ini memandang perbuatan ghibah atau gosip. Jadi, masih enggan unfollow akun - akun gosip?