Muslimahdaily - Tak ada seorang pun yang tahu kapan kematian tiba. Bisa jadi, besok adalah hari terakhir menikmati kehidupan dunia, atau bahkan ruh tak kembali lagi saat tidur di malam hari nanti. Tak ada seorang pun yang tahu di mana ia akan mati. Bisa jadi, kematian datang saat berada di tempat keramaian tanpa seorang pun yang mengenali, atau bisa pula saat sendirian tak ada seorang pun yang menemani.
Kematian selalu menjadi rahasia ilahi yang datang tiba-tiba dan tak terduga. Malaikat maut mendatangi tak hanya orang tua namun juga kaum muda. Ia bekerja dan terus bekerja tanpa luput satu nyawa pun. Lalu, jika malaikat maut itu benar-benar telah berdiri di hadapan mata, apakah bekal menuju akhirat telah cukup?
Kematian bisa datang kapan saja dan di mana saja. Tak ada waktu penangguhan apalagi kesempatan kedua di dunia. Tak ada yang bisa ditangisi ataupun disesali kecuali amalan yang ternyata amat sangat sedikit untuk bekal ke akhirat. Namun segala kenyataan mengerikan tentang kematian itu ternyata begitu mudah terlupakan. Alasannya hanya satu, manusia terlalaikan oleh kesibukan dunia.
Rasulullah sudah memperingatkan, “Perbanyaklah mengingat hal yang akan memutus berbagai kenikmatan (yakni kematian).” (HR. Ashabus Sunan).
Kematian selalu menjadi peringatan yang sangat berharga dan berfaedah. Dahulu, Rasulullah bahkan melakukan ziarah hanya demi mengingat kematian. Tentu Rasulullah memberikan teladan yang sempurna agar umatnya mengambil pelajaran dari mengingat kematian. Berikut manfaat yang bisa didapat dari mengingat mati sebagaimana yang disampaikan Ad Daqqaq dalam At Tadzkirah.
“Barang siapa banyak mengingat mati maka dia akan dimuliakan dengan tiga perkara; segera bertaubat, qana’ah terhadap dunia, dan semangat beribadah. Sedangkan siapa yang melupakan mati, dia akan dibalas dengan tiga perkara; menunda-nunda taubat, hatinya tidak qana’ah terhadap dunia, dan malas beribadah. Maka ingat-ingatlah kematian, sakaratul maut, dan susah serta sakitnya, wahai orang yang tertipu dengan dunia!”
1. Bertaubat
Sering kali terlupakan bahwa Allah sangat pengampun lagi penyayang. Seharusnya setiap hari taubat terus dipanjatkan, penyesalan akan dosa terus diingat agar kesalahan tak terulang, hingga Allah memberikan ampunan-Nya yang teramat luas. Jika mengingat fakta bahwa kematian bisa jadi datang esok hari, maka seorang hamba pastilah akan terus beristighfar dan bertaubat.
Allah berfirman, “(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: ‘Ya Rabbku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang shalih yang telah aku tinggalkan.’ Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS. Al Mu’minun: 99-100).
Waliyadzubillah, jangan sampai penyesalan tersebut dirasakan saat ajal tiba. Karena itulah peringatan kematian dapat memicu semangat diri untuk bertaubat. Apalagi teringat sabda Rasulullah, “Sesungguhnya Allah k akan menerima taubat seorang hamba selama ruhnya belum sampai di tenggorokan.” (HR. At Tirmidzi).
2. Qana’ah
Merasa cukup pada dunia, atau qana’ah, dapat merasuki setiap hati yang selalu mengingat ajal. Seorang akan qana’ah dan tak berambisi mengejar dunia yang semu. Sebaliknya, ia melihat dunia untuk mencari bekal demi kehidupan akhirat yang kekal. Rabb Ta’ala berfirman, “Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al A’la: 16-17).
Rasulullah juga pernah bersabda, “Didatangkan pula orang yang paling susah hidupnya di dunia namun dia dari kalangan penghuni surga, kemudian dicelupkan ke dalam surga sekali celupan. Kemudian dia ditanya, ‘Wahai anak Adam, apakah kamu pernah melihat kesusahan? Apakah pernah terlintas pada dirimu kesempitan hidup?’ Maka dia menjawab, ‘Tidak, demi Allah, wahai Rabbku. Tidak pernah terlintas padaku kesempitan dan aku tidak pernah melihat kesusahan’.” (HR. Muslim).
3. Giat Ibadah
“Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” (QS. Hijr: 99). Seorang mukmin akan beribadah segiat-giatnya dan sebaik-baiknya jika pikiran dan hatinya selalu teringat kematian yang bisa datang kapan saja. Tak ada lagi malas-malasan, menunda, bahkan menganggap enteng sebuah ibadah. Sebagaimana yang diingatkan Rasulullah dalam sabdanya,
“Bersemangatlah kamu untuk melakukan apa yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah, serta janganlah kamu malas.” (HR. Muslim).
Sungguh kematian adalah nasihat yang nyata. Semestinya setiap muslim selalu mengingat kematian agar hari-hari di dunia dipenuhi amal kebaikan sebagai bekal untuk kehidupan sebenarnya, yakni akhirat. Alhasil, jika kematian benar-benar akan datang esok hari, segala bekal sudah disiapkan dan tak akan ada penyesalan ataupun siksaan.
Sumber: Majalah Asy Syariah Edisi 51.