Muslimahdaily - Meski lahir di tanah Arab, Islam disyariatkan untuk seluruh umat. Meski berbangsa Arab, Rasulullah pun diutus pada seluruh alam. Lalu mengapa Al Qur’an berbahasa Arab? Sesungguhnya Allah memiliki alasan dibaliknya. Salah satunya, agar muslimin mempelajarinya. “Sesungguhnya Kami telah jadikan Al-Quran dalam bahasa Arab supaya kalian memikirkannya.” (QS. Yusuf: 2).
1. Bahasa Istimewa
Menjelaskan surat Yusuf ayat 2, Ibnu Katsir mengatakan dalam tafsirnya, “Karena bahasa Arab adalah bahasa yang paling fasih, paling jelas, paling luas, dan paling banyak pengungkapan makna yang dapat menenangkan jiwa. Oleh karena itu, kitab yang paling mulia ini (yakni Al Qur’an) diturunkan dengan bahasa yang paling mulia (yakni Bahasa Arab).”
Dibanding bahasa lain, Bahasa Arab merupakan bahasa yang paling kaya. Banyak sekali ungkapan Arab yang berkurang maknanya ketika dialihbahasakan. Tak sedikit pula sebuah ungkapan Arab yang memiliki banyak makna. Lebih dari itu, tata bahasa Arab sangatlah logis, teratur, sempurna dan tak perlu penyempurnaan. Jika ada istilah baru ataupun istilah asing, maka proses penyerapannya harus mengikuti tata bahasa Arab yang telah baku. Segala keistimewaan tersebut tak ditemui di bahasa lain, kecuali Bahasa Arab.
2. Membuktikan Al Qur’an sebagai Firman
Bangsa Arab terkenal dengan tradisi lisan dan sastranya yang tinggi. Di zaman jahiliyyah, orang-orang Arab gemar bersaing membuat syair di Pasar Ukaz. Siapa pemenangnya, berhak memajang puisinya di dalam ka’bah. Kala itu, sebuah kebanggaan yang teramat sangat jika berstatus sebagai sastrawan atau penyair. Maka ketika seorang pemuda yang ummi bernama Muhammad membacakan Al Qur’an, betapa terkejutnya mereka. Tak ada seorang pun manusia, penyair ternama sekalipun, yang bisa membuat kalimat seindah Al Qur’an.
Pasalnya, bahasa yang digunakan Al Qur’an bukanlah bahasa Arab sembarang. Bahasa Arab memiliki beberapa tingkatan. Bahasa dalam Al Qur’an merupakan tingkatan tertinggi, lebih tinggi dari sastra Arab pada umumnya. Jangankan bangsa non Arab, seorang yang lahir dan besar di tanah Arab pun harus belajar bahasa mereka sendiri untuk memaknai Al Qur’an.
3. Bahasa Rasulullah
Allah berfirman, “Kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana” (QS. Ibrahim: 4).
Karena Rasulullah berbahasa Arab, maka Al Qur’an pula turun berbahasa Arab. Rasulullah pun dipilih sebagai utusan karena memiliki kecerdasan bahasa yang luar biasa. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berasal dari suku Quraisy, yakni kaum dengan kemampuan bahasa Arab terbaik. Di antara kaumnya, Rasulullah pula memiliki keunggulan bahasa karena memiliki kemampuan jawami’ul kalim, yakni mampu mengatakan sebuah kalimat ringkas namun dengan makna luas. Kelebihan tersebut digunakan Rasulullah dalam menyampaikan syariat Islam. Sehingga untuk memaknai hadits dari beliau, seseorang pula harus memahami bahasa Arab.
Dengan adanya tiga alasan tersebut, teranglah bahwa bahasa Arab adalah pilihan sempurna untuk menyampaikan ayat-ayat Allah. Karena menjadi bahasa kitabullah, bahasa Arab pun menjadi bagian dari agama Islam. Tak hanya sebagai bahasa Al Qur’an, bahasa Arab pula ada dalam Al hadits dan menjadi syiar Islam. Hukum mempelajarinya pun menjadi fardhu kifayah karena mustahil memahami agama Islam tanpa memahami Bahasa Arab.
Ibarat rumah, bahasa Arab adalah pintu menuju rumah yang berisi ilmu agama. Seorang tak akan memahami agama tanpa mempelajari bahasa Arab. Seandainya bisa, maka ia hanya berada di halaman rumah dan melihat rumah secara fisiknya. Ia tak tahu kelengkapan isi rumah, tak tahu betapa indahnya Al Qur’an dan betapa sempurnanya Islam.
Contoh sederhana, apa makna kalimat bahasa Arab; Laa ilaha ilallah? Sejatinya bukan sekedar bermakna “Tidak ada tuhan selain Allah.” Itu hanyalah alih bahasa kalimat Laa ilaha ilallah dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia. Adapun makna di dalamnya amat sangat dalam yang jika diketahui, akan merindinglah setiap bulu kuduk manusia. Itu pula yang dirasakan bangsa Arab ketika Rasulullah mengajak mereka untuk mengucapkan Laa ilaha ilallah. Lalu, apa maknanya? Untuk mengetahuinya, tentulah seseorang harus mempelajari bahasa Arab.