Muslimahdaily - Sebuah acara variety show disuguhkan kepada masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim. Bertajuk “Karma”, acara tersebut ternyata digemari dan disukai banyak orang, bahkan menjadi trending di media sosial.
Dalam sudut pandang syariat, bolehkah menonton acara karma yang menampilkan seorang indigo mengaku tahu hal gaib?
Ada tiga hal yang patut disoroti dalam acara tersebut. Pertama yakni si pengisi acara yang mengaku tahu hal gaib kehidupan peserta. Kedua yakni tentang kemampuan indigo, dan ketiga tentang hukum karma dalam Islam.
1. Tidak ada yang mengetahui hal gaib selain Allah
Di banyak ayat, Al-Qur’an berkali-kali menyebut bahwa tak ada yang mengetahui hal gaib selain Allah. Bahkan malaikat dan rasul pun tak mengetahuinya.
Lalu, pantaskan seorang muslim percaya bahwasanya ada manusia yang mengetahui perkara gaib?
Allah Ta’ala berfirman, “Katakanlah, ‘Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib kecuali Allah’, dan mereka tidak Mengetahui bila mereka akan dibangkitkan,” (QS. An-Naml: 65).
“(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridahi-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan belakangnya,” (QS. Al-Jin: 26-27).
Si pengisi acara dalam “Karma” mengaku bahwasanya ia mengetahui perkara gaib. Artinya, ia berstatus sama dengan peramal dan dukun.
Padahal Rasulullah sudah memperingatkan umatnya agar menjauhi tukang ramal yang mengaku tahu hal gaib.
Beliau Shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa mendatangi tukang ramal, lalu menanyakan kepadanya tentang sesuatu lalu ia membenarkannya, maka tidak diterima shalatnya selama empat puluh malam,” (HR. Muslim).
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Barang siapa mendatangi dukun lalu mempercayai apa yang diucapkannya, maka ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad .” (HR. Abu Daud).
Naudzubillah, mempercayai mereka yang mengaku tahu hal gaib terjatuh dalam dua perkara amat sangat berat, yakni tidak diterima shalatnya selama 40 hari dan dianggap kafir atau keluar dari agama Islam.
Di zaman serba teknologi, tak perlu mendatanginya, bahkan menyetel televisi atau Youtube, lalu menonton acara si tukang ramal, kemudian mempercayainya, tentulah termasuk dalam orang yang disebutkan Rasulullah dalam hadits tersebut.
2. Mereka para indigo
Pengisi acara “Karma” mengungkap dirinya sebagai seorang indigo yang memiliki banyak teman imajinasi. Ia mengaku dapat melihat makhluk gaib bahkan mengoleksi sejumlah boneka yang dianggapnya bernyawa.
Lalu muncullah image “indigo” di tengah masyarakat sebagai suatu kelebihan. Bagaimana syariat memandangnya?
Saat ditanya perihal anak indigo, Ustadz Abul Aswad Al Bayati menjawab bahwa indigo bukanlah sebuah kelebihan, melainkan sebuah penyakit yang harus diobati.
Seorang yang mengidap indigo disebabkan karena kerasukan jin di dalam tubuhnya. Jin tersebut merupakan bawaan dari kakek moyangnya yang pernah melakukan persekutuan ataupun perjanjian dengan jin. Naudzubillah.
“Ini adalah penyakit, karena manusia normal tidak mampu dan tidak boleh memiliki kemampuan seperti itu. Anak indigo bisa melihat penampakan jin karena ia mendapatkan bantuan jin yang merasuk ke dalam dirinya karena sebab kakek moyangnya ada yang membuat perjanjian dengan jin,” ujarnya dikutip dari bimbinganislam.com.
Allah ta’ala berfirman, “Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS Al-A’raf : 27).
Justru seorang yang indigo haruslah diobati dengan dzikir dari kitabullah dan hadits Rasulullah. Mereka para indigo harus dibentengi dengan dzikir syar’i, membentengi rumah dengan Al-Baqarah, rutin melantunkan bacaan Al-Qur’an dan dzikir harian, shalat dan mendekatkan diri kepada Allah, serta menyingkirkan benda-benda yang dilarang syariat karena dapat menjadi tempat nyaman bagi syaithan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa para pengidap indigo merupakan pengidap penyakit rohani. Ia sering kali diganggu jin atau syaithan yang kemudian menampakkan makhluk gaib.
Kembali ke poin pertama, jin syaithan dan sejenisnya tidaklah diberi kemampuan melihat perkara gaib. Bahkan Allah membentengi langit dengan bintang-bintang yang dengannya syaithan dilempari jika berusaha menguping perkara gaib tentang takdir manusia. Maka sungguh aneh jika muslimin mempercayai bahwasanya seorang indigo dapat menerawang masa depan. Waliyyadzubillah.
3. Hukum Karma
Lalu bagaimana dengan hukum karma, adakah karma di dalam Islam? Pertanyaan tersebut dijawab dengan singkat dan padat oleh Ustadz Abu Abdillah Muhammad As Sarbini dalam majalah Asy Syariah Edisi 099.
Ia menuturkan bahwa hukum karma berasal dari ajaran Hindu dan Budha yang bermakna lahir kembali ke dunia akibat dosa yang dilakukannya.
Seorang tak akan meraih kebebasan hingga lepas dari ikatan karma akibat dosanya. “Ini adalah akidah kufur yang batil dan bertentangan dengan ajaran Islam yang suci,” ujarnya dilansir asysyariah.com.
Dalam ajaran Islam, seorang yang telah mati beralih ke kehidupan alam kubur hingga hari berbangkit kelak. Islam tidak mengenal reinkarnasi akibat karma.
Seorang yang berdosa akan menerima akibatnya di akhirat kelak. Jadi jelaslah bahwa tidak ada hukum karma di dalam Islam.
Yang ada dalam ajaran Islam ialah, musibah yang menimpa manusia di dunia bisa jadi akibat dari dosa yang dilakukannya. Hal tersebut pun dimaksudkan agar manusia bertaubat dan memperbaiki diri dari kesalahan yang pernah dilakukannya, bukan karena terikat karma.
Dari penjelasan di atas, cukuplah menjawab pertanyaan hukum menonton acara “Karma” yang merusak akidah muslimin Indonesia. Sebagai seorang yang beriman dan beraqidah Islam, tidak pantas bahkan haram menonton acara tersebut.
Lebih dari itu, muslimin semestinya memperingatkan orang lain akan bahaya acara tersebut. Wallahu a’lam bishshawab.