Muslimahdaily - Petir atau kilat bukan sekedar fenomena alam yang terjadi di kala hujan. Dalam sudut pandang syariat, petir berkaitan dengan keimanan kepada malaikat. Berikut rahasia petir yang dijelaskan nabiyullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan para shahabat beliau.

Riwayat dari Nabi

Rasulullah bersabda, ”Ar ra’du adalah malaikat yang diberi tugas mengurus awan dan bersamanya cambuk (pengoyak) dari api yang memindahkan awan sesuai dengan kehendak Allah.” Beliau kemudian ditanya tentang suara yang muncul setelah petir.

Nabi menjawab, “(Ialah) Hardikannya terhadap awan jika ia menghardiknya (untuk mengaraknya) hingga berhenti di tempat yang diperintahkannya.” (HR. At Tirmidzi).

Dalam Bahasa Arab, terdapat tiga istilah untuk petir atau kilat, yakni Ar Ra’du, Al Barq, dan Ash Shawa’iq. Adapun Ar Ra’du yang dimaksud nabiyullah dalam hadits di atas bermakna gerakan yang menimbulkan suara gemuruh, berasal dari kata ra’ada (telah bergemuruh) – ya’rudu (sedang berguruh) – ra’dan (guruh). Adapun Al Barq adalah kilatannya atau cahaya yang dapat dilihat beberapa saat sebelum mendengar suara petir.

Riwayat lain tentang petir datang dari Ibnu ‘Abbas. Bahwasanya sekelompok Yahudi menemui Rasulullah dan berkata, “Wahai Abul Qasim, kami akan bertanya kepadamu tentang beberapa hal. Jika engkau menjawabnya, kami akan mengikutimu, membenarkanmu dan beriman kepadamu. Kabarkan kepada kami tentang petir, apakah itu?'”

Rasulullah bersabda, “Petir adalah salah satu malaikat Allah yang ditugasi mengurus awan, (dalam riwayat Adh Dhiya’: di tangannya ada cambuk dari api untuk menghardik awan), dan suara yang terdengar darinya adalah hardikannya terhadap awan jika ia menghardiknya hingga berhenti di tempat yang diperintahkannya.” (HR. Ahmad, Ath Thabrani, Adh Dhiya’, Al Maqdisi, dan lainnya).

Kabar dari Shahabat

Ali bin Abi Thalib pernah ditanya tentang Ar Ra’du. Beliau radhiyallahu ‘anhu menjawab, “Ar Ra’du adalah malaikat.” Lalu Ali ditanya pula tentang Al Barq. Ia menjawab, ”Al Barq (kilatan petir) adalah pengoyak di tangannya (malaikat).” Dalam riwayat lain, Ali berkata, “Al Barq adalah pengoyak dari besi di tangannya (malaikat).”

Diriwayatkan bahwasanya ketika Ibnu ‘Abbas mendengar petir, sang shahabat berdoa “Subhanalladzi sabbahat lahu” (Maha suci Allah yang petir bertasbih kepada-Nya). Lalu Ibu ‘Abbas berkata, ”Sesungguhnya petir adalah malaikat yang meneriaki (membentak) untuk mengatur hujan sebagaimana penggembala ternak membentak hewannya.” (Al Adabul Mufrad hadits 722).

Penjelasan Ulama

Dari hadits nabi dan atsar beberapa shahabat di atas, perlu penjelasan lebih mengenai makna petir dan kilat atau Ar Ra’du dan Al Barq. Berikut penjelasan para ulama tentangnya.

Imam As Suyuthi menjelaskan tentang Ar Ra’du bahwasanya ia adalah malaikat yang bertugas mengatur awan. Namun ada pula pendapat lain bahwasanya itu adalah suara malaikat. Sementara Al Barq ialah kilatan petir atau kilatan cahaya dari cambuk malaikat yang menggiring awan mendung.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah juga memaparkan bahwa Ar Ra’du  merupakan masdar dari ra’ada. Masdar  merupakan kata kerja yang dibendakan. Artinya, malaikat menggerakkan awan untuk memindahkannya dari satu tempat ke tempat yang lain. Kita mengimani bahwasanya setiap gerakan di alam ini, baik di bumi maupun di langit, berasal dari malaikat. Pun demikian dengan awan yang membawa hujan. Ada malaikat yang ditugaskan untuk menggerakkannya.

Dari semua penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwasanya terdapat malaikat yang ditugaskan Allah untuk menggiring awan. Malaikat tersebut membawa cambuk ataupun pengoyak yang digunakannya untuk menggiring awan mendung. Dengannya, hujan turun di tempat yang sesuai dengan kehendak Allah.

Cambuk tersebut terbuat dari api atau besi namun tentu kita tak bisa membayangkan bentuknya. Ketika malaikat menghardik awan, suara gemuruh pun terdengar dan cambuknya menimbulkan kilatan cahaya. Jika diibaratkan, yang dilakukan malaikat terhadap awan laksana penggembala yang menggiring hewan ternaknya.

Secara sains, petir muncul dari pergulatan lempeng positif dan negatif. Cahaya atau kilatan petir dilihat lebih cepat dari mendengar gemuruhnya karena perbedaan kecepatan suara dan cahaya. Tanpa menampik pengetahuan, setiap kabar dari Rasulullah pastilah harus diimani, termasuk perkara malaikat dan petir yang merupakan hal gaib.

Hasil pengamatan manusia hanyalah apa yang terlihat kasat mata dan tak menjangkau perkara gaib. Sementara berita dari nabi menjangkau perkara gaib yang tak terbantahkan dan hanya perlu diimani. Wallahu a’lam.