Muslimahdaily - Ketika setiap detik berjalan sangat lambat, kengerian dan kesakitan bercampur aduk, tubuh terasa tersayat ratusan bilah pedang, gambaran tempatnya kembali akan diperlihatkan.
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati..”
(Ali Imron: 185)
Kematian begitu dekat dan selalu mengintai, setiap makhluk yang bernyawa pasti akan merasakan kematian, yang kuat akan mati, yang lemah akan mati, yang muda akan mati, begitu pula yang tua akan mati.
Kematian bagi orang – orang mukmin adalah suatu kesenangan, karena apabila orang mukimin dicabut nyawanya, malaikat pembawa berita akan menyampaikan kabar yang sangat menggembirakan bahwa Allah telah ridho padanya dan syurga menjadi tempat kembalinya, sehingga ia merasa sangat senang untuk berjumpa dengan Allah.
Berbeda dengan orang kafir, saat dicabut nyawanya malaikat pembawa berita yang menakutkan akan menyampaikan kabar yang amat buruk baginya dan akan diperlihatkan ancaman siksaan yang ditimpakan kepadanya. Ia menangis , menjerit menyesali segala kesesatan dan enggan untuk mati.
Sebagai seorang mukmin, Rasulullah sangat menganjurkan untuk selalu mengingat kematian. seperti yang diterangkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id Al-Khurdi ra.
“Bahwasanya Nabi saw. Melihat orang – orang sedang tertawa, beliau lantas bersabda : “Seandainya kamu banyak mengingat sesuatu yang melenyapkan kelezatan – kelezatan, niscaya kamu akan melalaikan diri dari apa yang aku lihat”.
Kemudian beliau bersabda : “Banyak – banyaklah mengingat sesuatu yang melenyapkan kelezatan – kelezatan, yakni mati”. Kemudian beliau bersabda : ‘ Sesungguhnya kubur itu merupakan salah satu dari taman – taman surga atau salah satu dari jurang – jurang neraka’.”
Dengan mengingat kematian akan membuat hati menjadi lebih tenang dan lapang, karena kita menjadi lebih mawas diri bahwa semua yang terjadi adalah kehendak sang maha pemilik semesta, dan apapun yang kita miliki hanyalah titipan, yang pada saatnya nanti akan kembali kepada Allah.
“Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan, yaitu kematian, karena sesungguhnya tidaklah seseorang mengingatnya ketika dalam keadaan kesempitan hidup, melainkan dia akan melapangkannya, dan tidaklah seseorang mengingatnya ketika dalam keadaan lapang, melainkan dia akan menyempitkannya.” ( HR. Ibnu Hibban )