Muslimahdaily - Dalam menjalani kehidupan, setiap manusia pasti tak luput dari kesalahan dan dosa. Seringkali terjadi tanpa sengaja atau bahkan secara sadar melakukannya. Berawal dari dosa-dosa kecil yang menumpuk, kemudian menjadi gunungan dosa yang tak terhingga. Atau mungkin, dosa besar yang mungkin sampai saat ini masih Allah tutupi keberadaannya dari pandangan manusia, namun terus membebani pikiran dan perasaan bersalah setiap harinya.
Sejatinya setiap bani Adam pasti pernah berbuat salah, tetapi pintu taubat Allah tidak pernah tertutup selama hayat masih dikandung badan, mohon ampunanlah kepada Allah atas segalah dosa sesungguhnya Ia Dzat Yang Maha Penerima Taubat.
Salah satu cara untuk bertaubat kepada Allah adalah dengan melakukan shalat sunnah taubat. Sebagaimana hal ini telah disepakati oleh ulama dari empat madzhab berdasarkan hadits Abu Bakr Ash Shiddiq, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidaklah seorang hamba melakukan dosa kemudian ia bersuci dengan baik, kemudian berdiri untuk melakukan shalat dua raka’at kemudian meminta ampun kepada Allah, kecuali Allah akan mengampuninya.Kemudian beliau membaca ayat ini:
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ
‘Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.’” (HR. Tirmidzi, Abu Daud dan Ibnu Majah)
Kapan Waktu Pelaksanaan Shalat Taubat?
Tidak ada keterangan waktu pelaksanaannya, boleh dilakukan siang atau malam hari. Bahkan di waktu terlarang untuk shalat sekalipun, seseorang boleh melakukannya. Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
“Demikian pula shalat taubat (termasuk shalat yang memiliki sebab dan harus segera dilakukan, sehingga boleh dilakukan meskipun waktu terlarang untuk shalat). Jika seseorang berbuat dosa, maka taubatnya itu wajib, yaitu wajib segera dilakukan. Dan disunnahkan baginya untuk melaksanakan shalat taubat sebanyak dua raka’at. Lalu ia bertaubat sebagaimana keterangan dalam hadits Abu Bakr Ash Shiddiq.”
Jumlah Rakaat Shalat Taubat
Di dalam riwayat Thabrani dengan sanad Hasan dari Abu ad Darda, Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang berwudhu lalu membaguskan wudhunya lalu melaksanakan shalat dua rakaat atau empat rakaat, baik di shalat wajib atau yang bukan wajib dengan membaguskan rukuk, sujudnya lalu memohon ampunan keepada Allah maka Allah akan mengampuninya.”
Kamu bisa memperpanjang sujud terakhir dengan khusuk berdoa dan meminta ampunan dari Allah. Juga berdoa dan beristighfar setelah shalat.
Tata Cara Shalat Taubat
1.Berniat untuk melakukan shalat sunnah taubat
أُصَلِّي سُنَّةَ التَّوْبَةِ رَكْعَتَيْن لِلهِ تَعَــــالَى
"Ushallî sunnatat taubati rak'ataini lillahi ta'ala (saya berniat shalat sunnah taubat dua rakaat karena Allah Ta'ala)
2.Takbiratul ihram dengan mengangkat kedua tangan membaca lafadz Allahu Akbar.
3.Pada rakaat pertama setelah membaca doa iftitah, dilanjutkan dengan membaca surat Al-Fatihah, kemudian disunahkan membaca surat yang dirasa mudah untuk dibaca.
4.Kemudian dilanjutkan dengan Ruku’, ‘itidal, sujud, duduk di antara dua sujud, dan sujud kedua, seperti biasa. Kemudian, berdiri untuk melaksanakan rakaat kedua.
5.Saat rakaat kedua membaca surat Al-Fatihah, kemudian disunahkan membaca surat yang dirasa mudah untuk dibaca.
6.Kemudian dilanjutkan dengan Ruku’, ‘itidal, sujud, duduk di antara dua sujud, dan sujud kedua, Tahiyat Akhir ditutup dengan salam.
Dzikir dan Doa setelah shalat sunnah Taubat
1.Setelah shalat sunnah taubat dianjurkan untuk memperbanyak membaca istighfar.
ْأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيمَ الَّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْْقَيُّومُ وَ أَتُوبُ إِلَيْهِ
Astagfirullah al‘adzim alladzi laa ilaaha illa huwalhayyulqoyyum wa atuwbu ilaih
"Aku memohon Ampunan dari Allah, Tuhan Yang Maha Agung, tiada Tuhan melainkan Allah. Dia Yang Maha Hidup, berdiri dengan sendirinya, dan aku memohon ampunan dari-Nya.
2.Kemudian membaca doa berikut,
اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا، وَلاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ، فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ، وَارْحَمْنِي إِنَّكَ أَنْتَ الغَفُورُ الرَّحِيمُ
Allahumma inni zholamtu nafsi zhulman katsira wa laa yaghfirudz dzunuba illa anta faghfirli min ‘indika maghfiratan innaka antal ghafurur rahim
"Ya Allah, sesungguhnya aku telah banyak menzhalimi diri sendiri dan tidak ada yang mampu mengampuni dosa melainkan Engkau, maka berilah ampunan kepadaku dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau maha pengampun dan maha penyayang.”
3.Dilanjutkan dengan membaca Sayyidul Istighfar,
اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي, لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ, خَلَقْتَنِي, وَأَنَا عَبْدُكَ, وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اِسْتَطَعْتُ, أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ, أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ, وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي, فَاغْفِرْ لِي; فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ اَلذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ
Allahumma Anta Robbi, Laa Ilaaha Illa Anta, Kholaqtani wa ana abduKa, wa ana ‘alaa ‘ahdika wa wa’dika mastatho’tu, Audzubika min syarri maa shona’tu, Abu’u laka bi ni’matiKa ‘alaiyya wa abu’u laKa bidzanbi faghfirlii fainnahu laa yaghfiru dzunuuba illa Anta.
”Ya Allah Engkau adalah Tuhanku, Tidak ada sesembahan yang haq kecuali Engkau, Engkau yang menciptakanku sedang aku adalah hamba-Mu dan aku diatas ikatan janji -Mu (yaitu selalu menjalankan perjanjian-Mu untuk beriman dan ikhlas dalam menjalankan amal ketaatan kepada-Mu) dengan semampuku, aku berlindung kepadamu dari segala kejahatan yang telah aku perbuat, aku mengakui-Mu atas nikmat-Mu terhadap diriku dan aku mengakui dosaku pada-Mu, maka ampunilah aku, sesungguhnya tiada yang boleh mengampuni segala dosa kecuali Engkau”.
Syarat-Syarat Taubat
1. Taubat dilakukan dengan ikhlas, bukan karena makhluk atau untuk tujuan duniawi.
Allah Ta’ala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).” (QS. At Tahrim: 8)
2. Menyesali dosa yang telah dilakukan dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi. ‘Umar, ‘Ali dan Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa taubat adalah dengan menyesal.
3. Tidak terus menerus dalam berbuat dosa saat ini. Maksudnya, apabila ia melakukan keharaman, maka ia segera tinggalkan dan apabila ia meninggalkan suatu yang wajib, maka ia kembali menunaikannya. Dan jika berkaitan dengan hak manusia, maka ia segera menunaikannya atau meminta maaf.
4. Bertekad untuk tidak mengulangi dosa tersebut di masa akan datang. Hal ini sebagaimana tafsiran sebagian ulama yang menafsirkan taubat adalah bertekad untuk tidak mengulanginya lagi.
5. Dilakukan pada waktu sebelum datang ajal atau sebelum matahari terbit dari barat. Jika dilakukan setelah itu, maka taubat tersebut tidak lagi diterima.
Secara singkat dirangkum oleh Ibnu Katsir sebagai berikut:
“Menghindari dosa untuk saat ini. Menyesali dosa yang telah lalu. Bertekad tidak melakukannya lagi di masa akan datang. Lalu jika dosa tersebut berkaitan dengan hak sesama manusia, maka ia harus menyelesaikannya/ mengembalikannya.”
Wallahu 'alam.