Muslimahdaily - Rasisme sejatinya tidak pernah diperkenankan dalam Islam. Perilaku rasisme sering kali berkaitan dengan membeda-bedakan seseorang berdasarkan ras atau suku bangsa tertentu. Bahwa seseorang merasa dan yakini bahwa ras atau suku bangsanya lebih baik dibanding ras atau suku bangsa orang lain. Oleh karena itu mereka yang memiliki keyakinan ini cenderung akan mengolok-olok, menghina, dan merendahkan orang lain.

Rasisme yang sedang menjadi perbincangan hangat saat ini sebenarnya sudah ada sejak zaman Rasulullah. Seperti yang kita ketahui, adalah sahabat nabi yang bernama Bilal bin Rabah Radhiyallahu'anhu yang kerap kali mendapat perlakuan berbeda. Warna kulitnya yang hitam legam juga stastusnya yang saat itu menjadi budak membuat orang lain memandang rendah Bilal.

Kisah Bilal amat mahsyur sebagaimana kita tahu bahwa kedua orangtuanya disiksa hingga meninggal, sementara Bilal diselamatkan oleh Sayyidina Abu Bakar as-Siddiq. Semenjak itu, Bilal mengabdi dan berjuang di jalan Allah. Sebagai salah satu cara untuk memuliakan Bilal, Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam menjadikan ia sebagai muadzin pertama dalam sejarah Islam. Allah bahkan telah menjamin surga bagi Bilal.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, beliau mengatakan, “Rasulullah bersabda kepada Bilal setelah menunaikan shalat subuh, ‘Wahai Bilal, beritahukanlah kepadaku tentang perbuatan-perbuatanmu yang paling engkau harapkan manfaatnya dalam Islam! Karena sesungguhnya tadi malam aku mendengar suara terompahmu di depanku di surga.’ Bilal Radhiyallahu ‘Anhu menjawab, ‘Tidak ada satu perbuatan pun yang pernah aku lakukan, yang lebih kuharapkan manfaatnya dalam Islam dibandingkan dengan (harapanku terhadap) perbuatanku yang senantiasa melakukan shalat (sunat) yang mampu aku lakukan setiap selesai bersuci (wudhu) dengan sempurna di waktu siang ataupun malam.’” (HR. Muslim).

Tak berhenti di situ, Bilal yang sudah memeluk Islam masih mendapat pelakukan kurang mengenakan. Saat itu ia tengah berselisih pendapat dengan sahabat nabi lainnya, yaitu Abu Dzar Al Ghifari. Saat situasi mulai panas, Abu Dzar kelepasan mengucapkan, “Dasar, kulit hitam!” Bilal yang mendengar ucapan tersebut lantas segera mengadukannya kepada Rasulullah. Wajah Rasulullah berubah merah dan bergegas menghampiri Abu Dzar.

“Sungguh dalam dirimu masih terdapat jahiliyah!” ucap Rasulullah kala itu.

Dalam riwayat lain, Rasulullah bersabda kepada Abu Dzar, “Lihatlah, engkau tidaklah akan baik dari orang yang berkulit merah atau berkulit hitam sampai engkau menungguli mereka dengan takwa.” (HR. Ahmad).

Dari sabda di atas, Rasulullah menekankan bahwa seseorang hendaknya tidak merasa lebih baik daripada orang lain, sementara yang lebih baik adalah mereka yang lebih bertakwa di sisi Allah.

Allah berfirman, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. (QS. Al Hujurat: 13).

Dalam riwayat lain, Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian." (HR Muslim).

Lebih lanjut, jika mencoba memahami ayat di atas, maka yat tersebut tak hanya ditunjukkan untuk Muslim saja, melainkan juga seluruh manusia. Sebagai muslim yang taat, sudah sepatutnya kita menolak dan menjauhi rasisme bukan kepada muslim saja, namun kepada seluruh manusia di muka bumi.

Islam juga mengajarkan untuk saling memberi kasih dan sayang kepada makhluk di muka bumi, tak terbatas pada rupa, wujud, ras, harta, atau hal lain.

Rasulullah bersabda, “Orang-orang yang penyayang akan disayang oleh Zat Yang Maha Penyayang. Karenanya, sayangilah siapa pun yang ada di muka bumi, niscaya akan disayang oleh yang di langit.” (HR Abu Dawud).

Pada dasarnya Allah memang menciptakan manusia dengan keadan yang berbeda-beda, begitu pula dengan fisik mereka. Namun, Allah bermaksud demikian bukan untuk membuat manusia saling mencela dan merasa bahwa dirinya lebih baik dibanding orang lain, melainkan sebagai bahan renungan kita akan kebesaran Allah.

"Dan di antara tanda-tanda (Kebesaran-)Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasa-bahasa dan warna (kulit) kamu. Sungguh, dalam yang demikian itu ada bukti-bukti bagi orang yang mengetahui." (QS. Rûm: 22).