Muslimahdaily - Jika mendengar kata ‘Sindirian’ kebanyakan orang pasti akan memiliki persepsi yang negatif dengan kata tersebut. Biasanya akan dikaitkan dengan kata-kata yang kurang baik untuk membuat orang lain sadar akan kesalahannya, atau digunakan sebagai alat menebar kebencian.
Tetapi, tahukah kamu bahwa dalam pembicaraan, kadangkala kita butuh mengungkapkan kalimat sindiran dan tidak boleh terang-terangan. Bahkan, larangan untuk terang-terang tersebut adakalanya datang dari syariat, seperti terang-terangan dalam melamar wanita yang masih dalam masa iddah karena ditinggal mati oleh suaminya.
Berikut beberapa contoh kasus di mana orang diperintahkan untuk menggunakan kata-kata sindiran, dikutip dari buku Fikih Akhlak karya Syaikh Musthafa al-Adawy.
1. Sindiran untuk menikahi wanita yang masih dalam masa iddah
Sebagaimana diketahui, bahwa seorang wanita yang ditinggal meninggal mati oleh suaminya tak boleh dilamar secara terang-terangan selama dia masih dalam masa iddah. Larangan ini berdasarkan kesepakatan kaum musliman.
Tetapi, diperbolehkan bagi seseorang untuk menyindir dan menunjukkan isyarat bahwa dirinya berkenan untuk menikahi wanita tersebut.
Allah berfirman, “Tidak ada dosa bagi kalian dalam sindiran yang kalian lakukan, seperti melamar para wanita atau kalian simpan (perasaan itu) dalam hati. Allah mengetahui bahwa kalian akan menyebutkannya kepada mereka (para wanita). Akan tetapi jangan kalian menjanjikan nikah dengan mereka secara sembunyi-sembunyi, kecuali kalian mengatakan ucapan yang baik.” (Qs. Al-Baqqarah:235).
Dalam al-Muwaththa, Malik meriwayatkan bahwa Qasim mengatakan firman diatas maksudnya adalah: seorang laki-laki berkata kepada seorang wanita yang masih dalam masa iddah karena ditinggal mati oleh suaminya, “Engkau mulia bagiku,” “Aku ada rasa senan padamu,” “Semoga Allah memberimu rezki yang baik,” dan kata-kata lainnya yang merupakan ungkapan kehendak melamarnya.
2. Sindiran Aisyah tentang keutamaan dirinya
Aisyah radhiallahu anha berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana pandanganmu jika engkau masuk dalam sebuah lembah yang di dalamnya ada tanaman yang sudah dimakan dan yang belum dimakan. Pada tanaman yang manakah engkau akan mengembalakan untamu? Beliau menjawab, “Pada tanaman yang belum dimakan.” (HR. Bukhari)
Aisyah bermaksud mengatakan bahwa istri-istri Rasulullah hanya dirinya yang perawan ketika dinikahi. Aisyah mengatakan seperti itu dalam rangka menjelaskan posisinya di hadapan Rasulullah, namun dia tidak ingin ada orang lain mencelanya. Maka ia menggunakan kata-kata sindiran.
3. Menghindarnya Rasulullah dari menyebut nama
Saat Rasulullah mendapat gangguan dari Abdullah ibn Ubai ibn Salul, ia menyampaikan hal ini ketika naik ke atas mimbar kemudian berkata,
“Siapa yang menolongku dari seseorang yang gangguannya menimpa aku dan keluargaku. Demi Allah, hanya kebaikan yang aku ketahui tentang keluargaku,” beliau tak menyebutkan nama pelaku, bahkan sampai membuat Saad ibn Mu’adz bertanya kepadanya, “Siapakah dia, wahai Rasulullah?...” (HR. Bukhari dan Muslim).
4. Sindiran Nabi Ibrahim pada Ismail
Dari Ibnu Abbas, tentang kisah Nabi Ibrahim dengan istri Ismail (putra Ibrahim).
“Setelah Ismail menikah, Ibrahim datang untuk menjenguknya. Saat itu Ismail tidak ada di rumah, Ibrahim menanyakan keadaan Ismail pada istrinya, istri Ismail menjawab, ‘Kami hidup dalam kesulitan..’ ia mengadu pada Ibrahim.
Kemudian, Nabi Ibrahim berkata pada menantunya, ‘Jika suamimu datang, sampaikan salamku kepadanya dna perintahkan dia untuk mengganti daun pintunya.’
Ketika Ismail darang, dia seolah merasakan sesuatu dan bertanya pada sang istri. ‘Apakah ada orang yang datang ke rumah kita? Istrinya menjawab, ‘Ya tadi ada seorang tua yang datang dan ia begini dan begitu. Dia bertanya tentang engkau, maka aku ceritakan kepadanya. Dia juga bertanya tentang kehidupan kita, dan aku menjawab bahwa kehidupan kita sudah dan berat.’
Ismail bertanya lagi, ‘Apakah dia menitipkan pesan untukku?’ Istrinya menjawab, ‘Ya, dia memerintahkan kepadaku untuk menyampaikan salam kepadamu dan memintamu untuk mengganti daun pintumu.’ Ismail melanjutkan, ‘Dialah ayahku. Dia memerintahkan aku untuk menceraimu...” (HR. Bukhari).
5. Sindiran Umum Darda
Dari Abu Juhaifah, “Rasulullah mempersaudarakan Salman dengan Abu Darda. Salman mengunjungi Abu Darda dan dia melihat Ummu Darda dalam keadaan lusuh. Kemudian Salman bertanya kepadanya, ‘Mengapa kondisimu seperti itu?’ Ummu Darda menjawab, ‘Saudaramu, Abu Darda tidak punya gairah sama sekali terhadap dunia..’” (HR. Bukhari).
Saat ditanya, Ummu Darda menjawab dengan jawaban yang baik keluar dalam hatinya. Kalimat yang digunakan adalah untuk memuji suaminya yang tidak menyetubuhinya dan tidak menaruh perhatian pada penampilannya itu dengan model jawaban yang sangat beretika, “Saudaramu, Abu Darda tidak punya gairah sama sekali terhadap dunia.”