Muslimahdaily - Al-Quran merupakan pedoman hidup umat muslim di dunia, ditulis menggunakan bahasa Arab sebagaimana disebutkan dalam firman Allah,

إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ قُرْءَٰنًا عَرَبِيًّا لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
"Kami turunkan Al-Quran dalam bahasa Arab, agar kalian pikirkan." (Qs. Yusuf: 2).

Beberapa tafsir kalasik seperti Jami al-Bayan maupun tafsir modern seperti Fi Dzilal Al-Quran dan tafsir al-Manar menafsirkan kata arabiy itu sebagai "berbahasa Arab."

Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah, apakah terdapat kosa kata bukan bahasa Arab di dalam Al-Quran?

Beberapa ulama masih berselisih soal hal ini dan terdapat dua pendapat.

Pertama, ada yang mengatakan bahwa di dalam Al-Quran tidak terdapat kata yang bukan bahasa Arab asli. Kedua, mereka yang berpendapat sebaliknya, bahwa kata-kata asing itu sudah teradopsi ke dalam bahasa Arab.

Syahin telah meneliti kata-kata yang dikatakan berasal dari bahasa bukan Arab berdasarkan informasi yang diberikan oleh Abu Hatim al-Razi di dalam al-Zinah, dan al-Suyuthi di dalam al-Itqan. Ia menemukan empat kelompok kata-kata yang dikatakan berasal dari bahasa bukan Arab, yaitu:

1. Kelompok bahasa-bahasa Semit, yaitu bahasa Ethiopia, Suryani, Ibrani dan Nabti.

2. Kelompok bahasa-bahasa Indo-Eropa, yaitu bahasa Yunani dan bahasa Persia.

3. Kelompok bahasa-bahasa Hamit, yaitu bahasa Barbar dan bahasa Kopti.

4. Kelompok bahasa-bahasa Turanik, yaitu bahasa Turki dan bahasa-bahasa bukan Arab lain.

Oleh Syahin, kelompok bahasa tersebut dibagi menjadi dua, pertama bahasa yang tidak mengandung qiraat yang janggal (syadz), dan kedua, bahasa yang mengandung qiraat yang janggal.

Untuk menentukan apakah suatu kata merupakan bahasa Arab atau berasal dari bahasa asing, Syahin memberikan tolak ukur yang dikemukakan oleh ibn al-Jinni.

Menurut al-Jinni, kata yang berbahasa Arab asli mesti mengandung alif lam, berbaris pada huruf akhir, dan bisa ditashrif secara lengkap. Tashrif yang lengkap merupakan tolak ukur paling kuat untuk menunjukkan bahwa kata tersebut adalah bahasa Arab asli.

Satu kali hanya ia pernah menoleh kepada ilmu ponetik, bahwa jim dan ta di dalam bahasa Arab asli tidak bisa bertemu di dalam satu kata tanpa dipisah oleh salah satu huruf zaulaqiyyah (lam, nun dan ra). Oleh karena itulah, menurutnya, kata jibt di dalam Al-Quran adalah kata yang berasal dari bahasa asing.

Berdasarkan tolak ukur tersebut, Syahin menyimpulkan bahwa kata-kata yang berasal dari rumpun bahasa Semit bukanlah bahasa asing. Menurutnya, sulit menentukan salah satu bahasa dalam rumun bahasa Semit itu sebagai bahasa induk.

Oleh karena itu, bila dalam bahasa Arab terdapat kata tertentu yang dimiliki pula oleh bahasa-bahasa lain dalam rumpun bahasa Semit, maka kata itu sebenarnya sama-sama dimiliki oleh bahasa Arab dan bahasa-bahasa serumpun itu, yang disebut al-musytarik al-samiy.

Kata-kata yang bertashrif lengkap dalam bahasa Arab, yang dianggap berasal dari bahasa-bahasa bukan rumun bahasa Semit, juga tidak diterima Syahin sebagai berasal dari bahasa-bahasa asing itu.

Menurutnya, telah terjadi pencampuran bahasa-bahasa di masa lalu, sehingga tak mungkin lagi bisa dipastikan mana bahasa pemberi dan mana bahasa penerima.

Hal tersebut diperkuat dengan kenyataan bahwa bahasa Arab tidak pernah memungut bahasa asing secara langsung, tetapi melalui bahasa perantara. Misal, kata qalam yang berasal dari bahasa Sansekerta masuk ke dalam bahasa Arab melalui bahasa Yunani. Begitupun kata shirat yang berasal dari bahasa Yunani masuk ke dalam bahasa Arab melewati bahasa Suryani.

Mengenai kata-kata yang tidak bertashrif lengkap, Syahin hanya mengakui sebagian besar di antaranya memang berasal dari bahasa bukan Arab, tetapi sebagian kecil sebenarnya masih berasal dari bahasa Arab.

Berikut kata-kata dalam Al-Quran yang diakui Syahin berasal dari bahasa asing:

Dari keterangan Syahin diatas, dapat disimpulkan bahwa benar adanya di dalam Al-Quran terdapat kata-kata asing yang bukan dari bahasa Arab. Hal ini membawa kesimpulan selanjutnya tentang perlunya tafsir ulang terhadap sejarah bangsa Arab sebelum Islam.

Sesungguhnya penyerapan bahasa menggambarkan adanya interaksi yang terjadi dan juga percampuran kebudayaan, dalam hal ini antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa di sekelilingnya.

Sumber: Mutiara Al-Quran - Prof. Dr. Salman Harun (324-328).

Suha Yumna

Add comment

Submit