Muslimahdaily - Setiap manusia dilahirkan ke dunia dengan tujuan untuk beribadah kepada Allah. Melakukan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya. Namun, manusia terkadang memang tak luput dari kesalahan, mereka seringkali lalai dan akhirnya terjerumus dalam keburukan yang tak disenangi Allah.
Jika ia segera bertaubat dan kembali pada Allah sebelum ajalnya menjemput, maka tentu Allah akan memaafkannya, karena rahmat Allah sungguh luas. Namun, jika semua itu tak dilakukannya sampai nyawa telah dicabut, maka akan datang siksaan Allah yang telah banyak di sebutkan dalam Al-Quran. Salah satunya siksaan di dalam kubur.
Setelah itu, muncul pertanyaan apakah siksa kubur akan terjadi secara terus menerus atau akan terputus?
Di dalam Kitab Ar-Ruh li Ibnil Qayyim karya Ibnu Qayyim Al Jauziyyah dijelaskan bahwa siksa kubur merupakan jenis yang terus menerus, kecuali seperti yang disebutkan dalam beberapa hadist, bahwa siksaan itu diringankan antara dua kali tiupan sakakala.
Saat mereka sudah bangkit dari kuburnya, maka mereka akan berkata, “Celakalah kami. Siapakah yang membangunkan kami di tempat tidur kami?” yang menunjukan kekekalan siksaan itu ialah firman Allah,
“Kepada mereka ditampakkan neraka pada pagi dan petang.” (QS. Al-Mukmin: 46).
Kekekalan siksaan ini juga ditunjukkan dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari tentang mimpi Nabi shalallahu alaihi wa sallam yang di dalamnya disebutkan sabda beliau, “Dia yang melakukan yang demikian itu hingga hari kiamat.”
Dalam hadist Ibnu Abbas bahkan disebutkan bahwa siksa kubur dapat diringankan dengan dua pelepah daun yang ditelungkupi di atas kubur. “Siapa tahu dia pelepah daun ini dapat meringankan siksa keduanya selagi belum kering.” Hadist itu menandakan bahwa siksaan kubur berjalan terus menerus dan akan dibatasi dengan basahnya pelepah daun tersebut.
Hadist riwayat lainnya dari Ar-Rabi bin Abbad dari Abul-Aliyah, dari Abu Hurairah diceritakan tentang orang yang memukuli kepalanya dengan batu, dan hal itu berlangsung terus-menerus tanpa ada selang waktunya.
Disebutkan juga dalam Ash-Shahihain tentang orang yang mengenakan dua mantel dan berjalan di tengah manusia dengan sombong, maka bumi tempat berpijaknya bergemuruh lalu ia terguncang-guncang di sana hingga hari kiamat.
Siksaan yang berhenti hingga waktu tertentu
Jika sebelumnya adalah tentang siksa kubur yang akan terjadi secara terus-menerus, kali ini ada siksaan yang bisa berhenti dalam jangka waktu tertentu setelah itu terputus sudah. Ini merupakan siksaan yang ditimpakan kepada orang yang durhaka, yang kesalahannya ringan, sehingga ia dijatuhkan siksaan sesuai dengan kesalahannya.
Setelah itu, siksaannya di neraka diringankan hingga akhirnya ia dibebaskan sama sekali dari neraka.
Siksaan juga bisa terputus disebabkan oleh doa, shadaqah, istighfar pahala haji dan bacaan yang dilakukan oleh kerabat dan orang-orang yang ada di sekeliling jenazah. Hal ini seperti yang dilakukan orang yang memintakan syafaat bagi orang yang disiksa di dunia, sehingga orang iu bisa selamat dari siksa yang diterima berkat syafaat yan dimintakan bagi dirinya.
Namun, ada hal yang perlu diingat, bahwa adakalanya syafaat tidak diperkenankan karena Allah tak ridha atasnya. Karena sejatinya, syafaat hanya bisa terjadi atas ridha Allah, diberikan kepada orang yang Allah rahmati dan ridhai.
“Dan mereka tidak memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhai Allah.” (Qs. Al-Anbiya: 28).
“Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya.” (Qs. Al-Baqarah: 255).
Riwayat tentang kekuatan doa ini dikataan oleh Ibnu Abud-Dunya, beliau menuturkan, “Kami diberitahu Ahmad bin Yahya dia berkata,
”Aku diberitahu sebagian rekan kami, dia berkata, “Saudaraku meninggal dunia, lalu aku mimpi bertemu dengannya. Aku bertanya kepadanya, “Bagaimana keadaanmu ketika engkau diletakkan di dalam kuburmu?”
Ia menjawab, “Ada seseorang yang mendtangiku sambil membawa bara api. Sekiranya tak ada seseorang yang berdoa bagi diriku, tentulah aku sudah dipukul dengan bara api itu.”
Amr bin Jarir berkata, “Jika seorang hamba berdoa bagi saudaranya yang sudah meninggal, maka ada seorang malaikat yang menemuinya di dalam kuburnya, seraya berkata, ‘Wahai penghuni kubur yang terasing, ini ada hadiah dari saudaramu.”
Basyar bin Ghalib berkata, “Aku mimpi bertemu Rabi’ah, yangs ebelumnya aku seringkali berdoa untuk dirinya. Doa berkata, “Wahai Basyar bin Ghalib, hadiah-hadiahmu datang kepada kami, berupa cahaya yang terang dan dibungkus kain sutera.”
Aku bertanya, “Bagaimana itu bisa terjadi?”
Dia menjawab, “Begitulah doa orang-orang mukmin yang masih hidup jika mereka berdoa bagi orang-orang yang sudah meninggal, sehingga doa itu dikabulkan bagi mereka. Hadiah itu diletakkan di atas kain sutera, lalu orang yang ada di dalam kubur mendatangi doa itu, sehingga dikatakan, “Ini ada hadiah Fulan bagi diriku.”