Muslimahdaily - Saat seseorang mengaku sebagai muslim, maka sudah seharusnya ia meyakini dan beriman pada enam hal. Salah satunya iman yang terakhir adalah percaya dan yakin terhadap takdir yang telah Allah tetapkan, baik ataupun buruk.
Seringkali juga kita dengan percaya pada qodo dan qadarnya Allah. Dua istilah ini nampak serupa tetapi nyatanya memiliki arti yang berbeda.
Jika disebutkan qodho saja, maka artinya sudah mencakup makan qodar, begitupun sebaliknya. Namun, jika disebutkan bersaman, maka qodho adalah sesuatu yang telah ditetapkan Allah pada makhluk-Nya, berupa penciptaan, peniadaan maupun perubahan terhadap sesuatu.
Sedangkan qodar adalah sesuatu yang telah ditentukan Allah sejak zam Azali. Jadi qadar hadir terlebih dahulu kemudian disusul dengan qodho.
Untuk memahami kapan sebenarnya Allah menetapkan takdir bagi setiap hamba-Nya, kita bisa memahami beberapa macam takdir sebagai berikut:
1. Takdir Azali
Takdir azali merupakan ketetapan Allah yang telah ada bahkan sebelum penciptaan bumi dan langit ketika Allah Ta’ala menciptakan qolam (pena). Sebagaimana tertulis dalam firman Allah sebagai berikut,
“Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (QS. At Taubah:51).
Begitupula yang tertulis dalam sebuah hadist, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallaam bersabda, “… Allah telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi” (HR. Muslim)
2. Takdir Yaumi
Takdir ini ditentukan pada waktu yang telah ditakdirkan sebelumnya. Allah berfirman,
“Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepadaNya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan,“ (QS. Ar Rahmaan: 29).
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Munib bin Abdillah bin Munib Al Azdiy dari bapaknya berkata,
“Rasulullah membaca firman Allah “ Setiap waktu Dia dalam kesibukan”, maka kami bertanya: Wahai Rasulullah apakah kesibukan yang dimaksud?. Rasulullah bersabda :” Allah mengampuni dosa, menghilangkan kesusahan, dan meninggikan suara serta merendahkan suara yang lain”
3. Takdir Kitaabah
Takdir kitabaah merupakan pencatatan perjanjian saat manusia ditanya oleh Allah tentang kesakian Tuhan mereka, sebagaimana tertulis dalam ayat berikut,
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengata-kan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”. atau agar kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu ?” (QS. Al A’raaf 172-173).
4. Takdir Hauli
Malam lailatul qadar adalah malam yang sangat mulia, saat itulah Allah tetapkan takdir manusia atas segala sesuatu yang akan terjadi dalam satu tahun, disebut juga sebagai takdir hauli.
Allah berfirman, “Haa miim . Demi Kitab (Al Qur’an) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah , (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul” (QS. Ad Dukhaan:1-5)
5. Takdir ‘Umri
Takdir umri merupakan salah satu ketetapan Allah yang telah ada sejak penciptaan nutfah di dalam rahim. Saat itu Allah telah tentukan jenis kelaminnya, ajal, amal, rizki dan susah senangnya. Semuanya telah ditetapkan, tidak akan bertambah dan tidak berkurang.
Allah Ta’ala berfirman,
“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.” (QS. Al Hajj:5).
Setelah mengetahui dan meyakini bahwa Allah telah menetapkan takdir pada setiap hamba-Nya, sebagai manusia yang beriman kita harus tetap berikhtiar dan memiliki kehendak atau kemampuan untuk melakukan seuatu.
Kita bisa membedakan sesuatu yang terjadi dengan kehendak kita seperti berjalan atau duduk, dengan sesuatu yang terjadi tanpa kehendak kita sendiri seperti bernafas, mendetakkan jantung.
Meskipun kita memiliki kehendak dan kemampuan, pada akhirnya kita harus meyakini bahwa kemampuan makhluk itu terjadi dengan kehendak dan kemampuan dari Allah.
Wallahu a’lam, semoga bermanfaat.
Sumber pembahasan : Muslim.or.id – Memahami Takdir