Muslimahdaily - Takbir yang berkumandang di malam penghujung bulan Ramadan merupakan tanda berakhirnya perang melawan hawa nafsu. Malam inilah yang menentukan siapa yang memenangkan perang tersebut, iman ataukah hawa nafsu?
Imam Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah Rahimahullah mendefinisikan Hawa nafsu sebagai kecondongan jiwa kepada sesuatu yang selaras dengan keinginannya. Melawan hawa nafsu bukanlah perkara yang mudah, bahkan Rasulullah Shallalallahu ‘Alaihi Wa Sallam pernah bersabda, ”Peperangan yang terbesar adalah perang melawan hawa nafsumu sendiri.”
Berkali-kali sudah Rasulullah berperang melawan para musuh Allah dengan menggunakan senjata-senjata yang berbahaya, namun beliau mengatakan berperang melawan hawa nafsulah yang yang paling sulit. Senjata-senjata canggih hingga bom nuklir tak akan mampu menghancurkan hawa nafsu yang mengalir dalam diri manusia. Hanya iman yang kuat dan teguh yang dapat melawan hawa nafsu yang ada dalam diri kita sendiri.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah berfirman dalam surah Al-Qashash ayat 50:
“… Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Qashash:50)
Bayangkan betapa mengerikannya tidak mendapatkan petunjuk dan dibiarkan mengikuti petunjuk yang sesat. Na’udzubillahi min dzalik. Maka bulan Ramadan pun menjadi momentum yang tepat untuk berperang melawan hawa nafsu. Pada bulan Ramadan, manusia diminta untuk melawan rasa lapar, haus, ngantuk di malam hari demi mengerjakan shalat tarawih dan santap sahur. Melawan nafsu amarah yang sering menguasai diri manusia dan nafsu-nafsu lainnya.
Jika berhasil melawan hawa nafsu selama bulan Ramadan kemarin, itu juga berarti berhasil memenangkan perang dengan hawa nafsu ini. Pada hari Idul Fitri keluarlah sebagai pemenang dan hawa nafsu pun menerima kekalahannya.
Maka apabila diminta untuk memutuskan sendiri siapa pemenang dari perang melawan hawa nafsu ini, siapakah pemenangnya di hari idul fitri nanti? Iman atau hawa nafsu?