Muslimahdaily - Akhir - akhir ini marak sosial media digunakan sebagai sarana untuk mengumabar aib diri sendiri atau orang lain. Lalu bagaimana islam memandang hal ini ? ada sebuah pepatah mengatakan “Siapa yang membuka aib orang lain, maka sama dengan memakan bangkai”. Artinya, islam mengajarkan kita untuk menutup aib orang lain. Dari pada membongkar aib yang tidak ada manfaatnya, lebih baik kita memperbaiki diri sendiri.
Terlebih perintah untuk tidak mengumbar aib dan keburukan menjadi salah satu penyebab turunnya ayat Al-Qur’an. Dalam sebuah kisah yang dilansir dari Republika, salah satu sahabat Rasulullah SAW, Salman al Farisi, ketika selesai makan ia langsung tidur dengan mendengkur. Kelakuan Salman diketahui orang lain dan menjadi bahan pergunjingan, hingga akhirnya aib tersebut tersebar luas.
Akibat kejadian tersebut Allah menurunkan ayat,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
Artinya, “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Al-Hujurat:12).
Dari ayat di atas, sangat jelas Allah melarang kita untuk tidak berburuk sangka, tidak mencari keburukan orang, serta tidak menggunjing. Allah mengibaratkan bahwa mereka yang suka menggunjing sama saja mereka memakan daging saudaranya yang sudah mati.
Orang yang memiliki aib pada masa lalu, namun ia dapat menjaga lisannya untuk tidak menyebarkan keburukan orang lain, niscaya Allah akan menolong ia untuk menutup aib yang ada pada dirinya. Begitupun sebaliknya, jika tetap menyebarkan aib orang lain maka Allah akan membuka aib kita di dunia dan akhirat.
Hal itu tercermin dalam sebuah hadist riwayat Tirmidzi:
وَمَنْ سَتَرَ عَلَى مُسْلِمٍ فِي الدُّنْيَا سَتَرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
Artinya, “Dan barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim sewaktu di dunia, maka Allah akan menutup (aibnya) di dunia dan akhirat.” (HR. At Tirmidzi)
Dapat disimpulkan hukum menyebar aib orang lain adalah haram. Dari penjelasan di atas, masihkah kita akan menyebarkan aib orang lain? Sesungguhnya Allah mengharapkan dan menerima taubat kita.