Muslimahdaily - “Tahun 2016 tahun bencana,” demikian kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, dikutip dari liputan6.com. Jika menilik data dari BNPB, maka jumlah bencana di tahun 2016 mencapai angka 1.985 kejadian dan menjadi angka tertinggi selama 10 tahun terakhir. Sebagai muslim, satu hal yang perlu direnungi, apakah semua musibah ini adalah ujian ataukah justru teguran dari Allah Ta’ala?
Masih terekam jelas peristiwa gempa di Pidie Jaya, Aceh awal Desember lalu. Jumlah korban mencapai 102 jiwa meninggal dan lebih dari 700 orang luka-luka akibat guncangan sebesar 6,5 skala richter.
Belum selesai menanggulangi Aceh, Indonesia kembali dikabarkan bencana banjir bandang di Bima dan Sumbawa pada 21 hingga 23 Desember kemarin. Akibat bencana itu, lima kecamatan terendam banjir setinggi dua meter, puluhan rumah rusak, ribuan warga mengungsi, jembatan dan jalanan ambruk.
Banjir Bandang sebelumnya juga pernah melanda Garut, Jawa Barat pada bulan September lalu. Tercatat dalam data BNPB sebanyak 34 orang tewas, 19 orang hilang, 35 orang terluka dan ribuan warga mengungsi akibat terjangan air tersebut.
Longsor pula menjadi bencana mengerikan tahun ini. Di Purworejo, Jawa Tengah, longsor telah memakan korban sebanyak 39 orang meninggal, 9 luka-luka, 4 orang hilang, 230 orang mengungsi dan kerugian materiil mencapai Rp 15,7 miliar (BNPB).
Masih banyak musibah bencana lain yang mengguncang negeri ini pada 2016. Sebut saja awan panas Gunung Sinabung, Sumatra Utara yang terus saja memakan korban, serta banjir di banyak kawasan tanah air seperti Deli Serdang-Sumatra Utara, Solo-JawaTengah, hingga Kota Kembang yang biasanya sangat jarang dilanda banjir pun diterjang air bah. Tak heran jika kemudian tahun ini disebut-sebut sebagai tahun bencana dan musibah.
"Ini adalah rekor tertinggi yang pernah terjadi sejak 10 tahun terakhir. Meskipun bencana yang terjadi tidak termasuk bencana besar, korban jiwa dan kerugian ekonomi yang ditimbulkan bencana cukup besar,” ujar Sutopo, dilansir liputan6.
Begitu banyak musibah berupa bencana melanda negeri. Apakah Allah tengah memberi teguran pada warga Indonesia, ataukah sekedar ujian yang akan meninggikan dan memajukan negara ini. Baik ujian ataupun teguran, bencana adalah salah satu cara peringatan Allah pada hamba-hambaNya. Sebagaimana dalam firman Allah,
“Telah nampak kerusakan di daratan dan di lautan, disebabkan oleh perbuatan tangan manusia. Allah ingin merasakan kepada mereka sebagian akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar),” (QS. Ar Rum ayat 41).
Teguran Akan Perbuatan Dosa dan Maksiat
Perbuatan dosa dan maksiat menjadi salah satu alasan Allah untuk memberikan musibah pada seseorang atau suatu kaum. Hal ini sebagaimana tertulis dalam kitabullah.
“Maka masing-masing Kami siksa disebabkan dosanya. Di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil. Di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur. Di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan. Dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri,” (QS. Al ‘Ankabut ayat 40).
Ayat tersebut diperjelas dengan hadits nabi, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya apabila kemaksiatan telah terjadi di tengah-tengah manusia dan tak ada yang mengingkarinya, Allah akan menimpakan hukuman (musibah) yang merata kepada mereka,” (HR. Abu Dawud, At Tirmidzi, Ibnu Majah, An Nasa’i, Al Baihaqi, dan Ibnu Hibban).
Menjelaskan dua dalil tersebut, Ibnu Taimiyah menyimpulkan bahwa dosa dan kemaksiatan merupakan penyebab terjadinya musibah.
Cobaan agar Bersabar
Musibah tak selalu berarti teguran namun juga berarti ujian dari Allah agar manusia bersabar. Rabb Azza wajalla berfirman, “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan: ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.’ Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk,” (QS. Al Baqarah ayat 155-157).
Rasulullah juga bersabda, “Tiada seorang muslim yang ditimpa musibah lalu ia mengatakan apa yang diperintahkan Allah (yaitu): ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, wahai Allah, berilah aku pahala pada (musibah) yang menimpaku dan berilah ganti bagiku yang lebih baik darinya’; kecuali Allah memberikan kepadanya yang lebih baik darinya,” (HR. Muslim).
Imam Ath Thabari menjelaskan bahwa Allah menimpakan manusia dengan hal yang berat demi menguji mereka. Sehingga diketahui, mana yang benar-benar beriman dan yang tidak.
Teguran atau Cobaan?
Lalu bagaimana dengan beragam musibah yang melanda Indonesia, apakah Allah ingin menegur ataukah menguji negeri ini? musibah sebagai teguran ataukah sebagai cobaan memiliki perbedaan. Cara membedakannya adalah dengan mengintrospeksi diri. Jika kita selalu beribadah kepada Allah, menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, namun tiba-tiba mendapat musibah, maka itu berarti cobaan. Dalam hal ini, maka musibah akan meninggikan derajat jika dihadapi dengan kesabaran.
Namun jika kita terkena musibah akibat lalai dari syariat Allah, selalu melanggar aturan-Nya, tak menjalankan perintah-Nya, maka musibah menjadi teguran agar kita bertaubat. Selama ini kita lalai dan Allah ingin mengingatkan kita agar kembali ke jalan-Nya. Dengannya lah musibah datang karena ketika ditimpa musibah, manusia pasti selalu mengingat tuhan-Nya. Di penghujung tahun 2016, hendaklah ini menjadi renungan bagi kita dalam mempersiapkan diri di tahun baru yang sebentar lagi akan datang.