Muslimahdaily - Sahabat Muslimah, pernah dengar istilah slow food? Istilah ini bukanlah makanan yang yang dimasak pelan-pelan, atau masakan yang dimakan pelan-pelan. Slow food adalah sebuah gerakan yang muncul di Eropa, terutama di Italia kemudian diikuti oleh orang-orang yang sepaham dari negara-negara Eropa lainnya seperti Swiss, Jerman, Perancis dan lain-lain.
Gerakan Slow food sendiri diperkenalkan oleh pria Italia, Carlo Petrini pada tahun 1989. Slow food memiliki logo bergambar siput. Binatang tersebut terkenal dengan gerakannya yang lambat sehingga dinilai bisa mewakili konsep-konsep yang diusung oleh gerakan slow food. Sejak awal gerakan ini memang dibentuk untuk menandingi merebaknya restoran-restoran fast food yang cenderung tidak sehat karena berlemak dan banyak mengandung garam.
Selain karena faktor kesehatan, faktor lain yang mendorong Petrini mengampanyekan slow food karena bisnis fast food telah menjadi sebuah industri yang merajalela dan membuat sistem pertanian harus sanggup memenuhi segala tuntutannya yang serba cepat dan instan. Akibatnya, penggunaan pupuk dan pestisida sintetis semakin masif. Hal ini pada akhirnya hanya akan membahayakan ekosistem alam dan kesehatan manusia.
Nilai-nilai slow food
Ada tiga (3) nilai terpenting dari gerakan slow food ini, yaitu; good, clear dan fair.
1. Good
Arti good yaitu makanan atau sumber makanan sehat, bermutu, enak dan berasal dari budaya lokal.
2. Clean
Clean berarti bersih mulai dari cara produksi hingga pemasaran tanpa menggunakan residu dan bahan kimia. Bahan-bahan tersebut dapat mencemari lingkungan atau bahkan menimbulkan dampak negatif bagi tubuh apabila dikonsumsi. Slow food harus terbebas dari itu semua.
3. Fair
Fair berarti adil dan saling menguntungkan. Adil dan saling menguntungkan ini dimaksudkan agar produsen makanan atau bahan makanan mendapat untung namun konsumen tidak terbebani dalam mendapatkan makanan atau bahan tersebut.
Menurut Fiastuti Witjaksono, dokter spesialis gizi klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, slow food adalah makanan yang dicerna dan diserap secara lambat oleh tubuh. Karakteristik itu memberi keuntungan bagi tubuh karena membuat indeks glikemik atau kadar gula dalam darah stabil.
Saptawati Bardosono, akademisi dari Departemen Nutrisi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mengungkapkan bahwa konsep slow food bisa menyelamatkan manusia dari kelebihan asupan energi yang berasal dari proses penggorengan. Sayangnya, pemilihan bahan makanan lokal yang aman dan segar membutuhkan waktu pemanasan yang lebih lama.
Tertarik untuk coba slow food ini?