Muslimahdaily - Donor Apheresis memang masih asing di telinga masyarakat Indonesia. Donor ini merupakan proses pengambilan salah satu komponen darah diantaranya trombosit, leukosit, plasma, atau sel darah merah yang diambil menggunakan alat khusus. Setelah komponen tersebut sudah didapatkan, maka beberapa bagian lainnya pun dikembalikan ke dalam tubuh si pendonor.
Di Indonesia donor apheresis lebih populer diterapkan di rumah sakit khusus kanker, karena pasien kanker lebih membutuhkan donor trombosit ketimbang donor darah biasa. Misalnya saat seorang anak terkena kanker dan sel kankernya mengganas, maka trombosit anak tersebut akan turun drastis dalam waktu yang cepat.
Selain itu, beberapa kondisi lain juga membutuhkan donor apheresis, seperti seseorang yang mengalami gangguan pada sistem pembekuan darah akibat terlalu sering terkena radiasi, kemoterapi, leukemia, kelainan darah, dan penderita Demam Berdarah Dengue (DBD).
Untuk menjadi pendonor, seseorang harus memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh pihak ahli medis, seperti PMI (Palang Merah Indonesia). Kriteria tersebut antara lain :
- Pria dengan berat badan minimal 55 kg dan wanita minimal 60 kg.
- Memiliki kadar Hb 13-17 gr.
- Tekanan darah sistole antara 110-150 mmHg dan diastole antara 70-90 mmHg. Jika tekanan darahmu 120/80, maka angka 120 merupakan sistole dan angka 80 merupakan diastole.
- Rentang waktu donor apheresis minimal 2 minggu, eritraferesis minimal 8 minggu, dan plasmaferesis minimal 1 minggu.
Rentang waktu yang berbeda tersebut disebabkan komponen darah yang diambil pun berbeda-beda. Pada donor darah biasa, tidak ada pemisahan komponen darah seperti apheresis yang hanya diambil trombositnya saja.
Alasan lainnya, trombosit dalam tubuh lebih cepat pulih ketimbang darah seutuhnya. Pada kondisi normal, seharusnya trombosit sudah dapat pulih dalam waktu 2x24 jam setelah melakukan donor.
Dikutip dari laman Halodoc, seseorang perlu mengetahui prosedur apa saja yang akan dilakukan saat menjadi pendonor apheresis. Hal ini dilakukan untuk menjaga keamanan tubuh pendonor. Berikut prosedurnya.
- Skrining. Proses ini dilakukan untuk mengetahui adanya infeksi menular lewat transfusi darah pada tubuh pendonor. Tes ini akan menentukan apakah seseorang diperbolehkan untuk melakukan donor apheresis atau tidak.
- Pengambilan sampel darah sebanyak 3-5 mililiter untuk melakukan pemeriksaan hematologi.
- Setelah didapatkan hasilnya, pendonor akan diminta mengisi formulir informed consent.
- Melakukan pemeriksaan medis dan diberikan penjelasan seputar persiapan untuk donor apheresis.
- Melakukan donor apheresis yang berlangsung selama 1,5-2 jam.
- Setelah selesai, pendonor diminta beristirahat sejenak di tempat tidur. Pendonor juga diminta mengonsumsi beberapa menu, seperti susu dan larutan ion agar tubuh kembali fit.
- Hasil donor apheresis tersebut kemudian dikirim ke rumah sakit untuk diberikan kepada pasien yang membutuhkan.
Setelah mengetahui apa itu donor apheresis, apakah Anda tertarik untuk melakukan donor ini? Selain membantu hidup orang lain, rutin melakukan donor darah juga bermanfaat untuk kesehatan tubuh loh. Tubuh jadi lebih fit serta dapat meningkatkan performa kerja. Jadi tunggu apalagi?