Muslimahdaily - Apakah Sahabat Muslimah pernah bertemu dengan orang yang terkesan selalu bahagia? Tak pernah terlihat mengeluh sehingga membuat kita beranggapan bahwa dia tak pernah punya masalah? Atau mungkin hal ini Sahabat Muslimah alami sendiri?
Sahabat Muslimah, tahukah bahwa hal tersebut bisa jadi termasuk gangguan psikologis Duck Syndrome? Melansir dari laman HerStory, berikut ini ulasan mengenai Duck Syndrome. Yuk simak!
Duck Syndrom pertama kali diperkenalkan di Stanford University. Mengutip dari betterhelp.com duck syndrome adalah perilaku dimana seseorang terlihat baik-baik saja dari luar namun ternyata sedang dirundung banyak masalah.
Istilah duck syndrome didapat dari analogi bebek yang tengah berenang. Pasalnya, ketika bebek berenang, yang terlihat di permukaan air hanya tubuhnya saja. Terkesan tenang dan tanpa masalah. Padahal di dalam air, kaki bebek tengah berjuang keras mendayung agar dapat berenang.
Terlihat bukan kemiripannya? Mereka yang mengidap gangguan psikologis ini enggan menampakkan masalah dan kerja kerasnya kepada orang lain. Dibanding itu, mereka lebih suka memperlihatkan kebahagiaan mereka saja, dan menyimpan kesedihan dan kerja keras untuk diri sendiri.
Di samping itu, keadaan stres tiap orang dapat berbeda-beda. Mereka yang mengidap ganggan ini bisa jadi mengalami stres yang lebih buruk dibandingkan yang terlihat.
Biasanya, gangguan ini ditandai dengan reaksi yang ekstream seperti sakit kepala, gangguan tidur, sulit berkonstrasi dengan baik, hingga emosi yang tidak stabil. Keadaan tersebut dapat diperparah ketika duck syndrome membuat penderitanya menjadi depresi, kurang nafsu makan, kelelahan, hingga minat melakukan kegiatan sehari-hari.
Namun jangan khawatir, sama seperti kebanyakan gangguan psikologis lainnya, duck syndrome dapat diatasi. Caranya adalah dengan membuat penderitanya melakukan apapun sesuai kemampuan dirinya.
Tak hanya itu, penderita sindrom bebek ini dapat mengawali masa pemulihan dengan membicarakan kesulitan yang selama ini dihadapi kepada orang lain yang dipercaya. Jika merasa kesulitan membicarakan dengan orang dekat yang dipercaya, mereka dapat berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater.
Seiring dengan sesi konsultasi berjalan, nantinya psikolog atau psikiater dapat menentukan treatment yang tepat sesuai dengan tingkat masalah yang sedang dihadapi. Terapi yang paling sering diaplikasikan adalah psikoterapi interpersonal dan terapi kognitif. Tak jarang juga, ahli akan menggabungkan sesi terapi dengan konsumsi obat-obatan bagi pangidap duck syndrome.
Walaupun butuh waktu berminggu-minggu bahkan bertahun-tahun untuk pulih dari gangguan psikologis ini, pada akhirnya sesi konseling dan terapi sangat baik untuk mengembangkan pribadi yang lebih baik lagi. Lebih dari pada itu, kesehatan mental sama pentingnya untuk diperhatikan selayaknya kesehatan fisik.