Biar Gak Salah, Yuk Kenali Perbedaan antara Burnout dan Depresi

Muslimahdaily - Ketika pekerjaan banyak yang berdatangan, seringkali membuat kepala pusing dan ingin pecah. Terlebih hal itu terus terjadi dalam jangka waktu yang pendek, membuat energi terkuras habis. Namun terkadang kita masih bingung dan keliru dalam menafsirkan gelombang keletihan yang terus-menerus itu apakah termasuk ke dalam burnout atau depresi berat.

Di sini, Muslimahdaily akan membagikan cara untuk membedakan di antara keduanya serta bagaimana meringankan gejalanya. Yuk, kita simak di bawah ini.

Apa Perbedaan antara Burnout dan Depresi?

Konsep burnout atau kelelahan berasal dari istilah psikologi di tempat kerja. Biasanya terapis mengaitkan kelelahan dengan pekerjaan, meskipun tak dapat dipungkiri bahwa menjadi orangtua juga dapat mengalami burnout karena kelelahan dalam mengasuh anak. Burnout ini telah meresap dalam kosakata yang sudah menjamur dan menjadi budaya, terutama selama pandemi.

Pekerja dapat menjadi lelah ketika mereka merasa tidak memiliki kendali atas kehidupan sehari-hari mereka, terjebak dalam tugas-tugas. Orang yang burnout merasa terkuras energinya akibat kelelahan emosional atau fisik ketidakmampuan untuk mengatasi masalah karena kekurangan energi. Hal ini bisa jadi membuatnya membenci tugas juga rekan kerja. Mereka merasa mudah tersinggung dan tidak bergairah dalam menyelesaikan apa pun. Adapun gejala fisik yang bisa datang akibat burnout yang tak berkesudahan, di antaranya insomnia, sakit kepala, dan masalah pencernaan.

Melansir dari laman Halodoc.com, burnout adalah deskripsi dari perasaan seseorang terhadap pekerjaan atau aktivitas yang rutin dilakukan. Burnout diklasifikasikan sebagai ciri dari "fenomena pekerjaan".

Sementara itu depresi merupakan diagnosis psikiatri. Untuk mendapatkan diagnosis terkait depresi, seseorang harus memiliki beberapa gejala depresi yang terjadi minimal dua minggu. Orang dengan depresi sering mengalami anhedonia, yaitu ketidakmampuan seseorang untuk menikmati aktivitas yang dulu menyenangkan dan pernah disukainya. Misalnya, seseorang dulunya suka membaca buku, namun kemudian menjadi tidak suka, atau bahkan membencinya.

Depresi dapat menyebabkan perasaan sedih dan putus asa yang luar biasa. Dalam kasus yang parah, orang dengan depresi mungkin mulai berpikir bahwa mereka tidak berharga, atau bahwa hidup tidak layak untuk dijalani hingga memutuskan untuk bunuh diri. Gejala-gejala ini cenderung berlangsung setidaknya selama dua minggu.

Pembeda utama lainnya antara burnout dan depresi, pada kasus orang yang mengalami burnout, ia bisa diatasi dengan cara healing atau mengambil waktu liburan sehingga energi bisa sedikit terisi. Sementara depresi tidak akan hilang jika seseorang itu tidak mengubah pola pikir, perilaku, serta keadaan masalahnya.

Add comment

Submit