Muslimahdaily - Pernikahan dan rumah tangga diibaratkan sebuah kapal yang berlayar di luasnya Samudera. Maka sudah menjadi kepastian bahwa suami dan istri akan menghadapi banyak masalah dalam perjalanan pernikahan mereka, sebagaimana kapal yang harus menghadapi ombak, badai, angin dan karang.
Banyak hal yang bisa menjadi permasalahan dalam rumah tangga, dari konflik besar seperti perselingkuhan, hingga konflik kecil sekalipun. Jangan heran jika rumah tangga panas bak neraka hanya karena sebuah cek cok kecil antara suami istri yang bermula dari tingkah suami yang menaruh baju kotor sembarangan atau istri yang lupa memanaskan air hangat, misalnya.
Hanya karena kebiasaan berbeda antara suami dan istri, pernikahan begitu mudahnya retak. Hanya karena tabiat yang tak dapat diterima pasangan, rumah tangga begitu mudahnya berada di ujung tanduk. Hal yang terlihat sepele, namun ternyata mampu membuat retaknya pernikahan. Berikut tujuh tabiat baik suami ataupun istri yang semestinya dihindari agar cinta tetap bersemi meski melewati belasan bahkan puluhan tahun pernikahan.
1.Menjelekkan pasangan
Tanpa sadar, entah suami ataupun istri melontarkan ucapan yang berisi celaan hingga membuat sakit hati. Misalkan saja suami yang mencela masakan istrinya, atau gaya kerudung yang dikenakannya. Atau dapat pula istri yang mencela perut buncit suami atau mencela hasil karya berkebunnya.
Tak ada seorang pun di dunia ini yang bersedia dicaci, meski oleh pasangan hidup semati. Islam pun melarang keras perbuatan mencaci maki kecuali orang yang didzalimi. “Allah tidaklah menyukai ucapan buruk yang diucapkan dengan terus terang, kecuali oleh orang yang didzalimi,” (Q.S. An Nisa ayat 148).
2.Suka mengadu
Ketika pasangan melakukan kesalahan, siapa yang menjadi tempat pengaduan kekesalan? Jawabannya sudah pasti orang tua. Padahal melaporkan kesalahan pasangan ke orang tua hanyalah menambah permasalahan rumah tangga. Orang tua mana yang tak merasa kasihan saat anaknya disakiti pasangan yang notabene adalah anak orang lain. Masalah baru pun muncul kemudian yang menjadi akibatnya, yakni pasangan merasa mertuanya telah ikut campur perkara rumah tangga anaknya.
Lalu bagaimana jika ingin menyadarkan kesalahan pasangan yang sulit dinasihati? Sikap yang benar adalah melapor pada mertua. Ya, mertua, bukan orang tua. Ketika suami melakukan kesalahan, semestinya istri melaporkannya pada ibu bapak suami, bukan mengadu pada orang tua sendiri. Pun sebaliknya, ketika istri melakukan kesalahan, suami hendaklah melaporkannya pada ibu bapak istri, bukan mengadu pada orang tua sendiri. Tentu ini dilakukan jika perkara rumah tangganya tidak dapat diperbaiki dengan komunikasi internal, dua mata, antara suami dan istri.
3.Menyimpan rahasia
Rahasia sering kali menjadi momok kecurigaan di tengah pernikahan. Sang suami yang merahasiakan isi handphonenya, atau istri yang merahasiakan akun sosmednya, Dua kebiasaan yang sering terjadi ini amat banyak memicu permasalahan rumah tangga. Kecurigaan hasil menyimpan rahasia itu pun membuat pernikahan retak dan menyebabkan keributan besar.
Sudah semestinya tabiat memiliki rahasia harus dihapus, baik oleh istri ataupun suami. Ketika telah memutuskan hidup bersama, pasangan sudah semestinya tahu konsekuensi bahwa keputusan tersebut berarti tak ada lagi rahasia pribadi. Satu hal yang perlu diingat bahwa setelah menikah, tak ada lagi kata ‘aku’ melainkan ‘kami (berdua)’.
4.Enggan Meminta Maaf
Ketika keributan terjadi di rumah tangga, nyaris tak ada satu pun yang melakukan inisiatif untuk meminta maaf. Baik istri atau pun suami merasa dirinya benar dan pasangan lah yang melakukan kesalahan. Jika hal ini terus berlanjut berhari-hari, berbulan-bulan, hingga tahun, maka pernikahan akan retak bahkan hancur.
Berlomba-lomba meminta maaf terlebih dahulu, sikap itulah yang menjadi solusi agar pernikahan utuh kembali. Tanpa peduli siapa penyebab kesalahan itu, mulailah mengetik kata maaf via sms, WA, atau email jika enggan mengucapkannya langsung. Cobalah meminta maaf melalui pesan singkat karena lebih mudah dilakukan daripada saat menghadapi pangan secara langsung.
5.Tak peka
Tak jeli melihat perasaan pasangan pun dapat menjadi penyulut api pernikahan. Tabiat ini biasa dimiliki para suami yang memang sebagai pria tak mudah peka dengan hati. Namun lihatlah tingkah laku dan kebiasaan istri, maka bukan hal mustahil untuk memahami perasaan wanita.
Pun sebaliknya bagi para istri, memendam perasaan pula akan menjadi arang pembakar rumah tangga. Ungkapkan semua yang ada di hati kepada suami, kesal atau marah sekalipun, lalu temukan solusinya bersama.
6.Enggan Mengaji
Kesibukan mencari nafkah ataupun mengurus rumah tangga bukanlah alasan untuk meninggalkan majelis ilmu. Setiap saat, pernikahan semestinya selalu disegarkan dengan menghadiri pengajian, mendengarkan ceramah ataupun membaca buku agama.
Keengganan mengisi ruhiyah sejalan dengan problema rumah tangga. Karena segala masalah peretak pernikahan akan kembali pada jiwa suami maupun istri. Jika jiwa keduanya tenang dengan selalu mengingat Allah dan menjalankan ajaran Rasulullah, niscaya rumah tangga tak akan banyak dirundung masalah.
7.Berbuat dosa
Bagaimana jika rumah tangga tetap dibakar api meski semua tabiat jelek di atas sudah dihindari? Maka bertanyalah pada diri, dosa apa yang telah dilakukan selama ini, baik di masa lalu ataupun kini. Bisa jadi, dosa yang pernah dilakukan menjadi penyebab Allah memberikan hukuman batin kepada seseorang. Masalah rumah tangga adalah salah satu hukuman batin tersebut.
Dengan hukuman itulah Allah menggugurkan dosa-dosa. Dengan rasa kesedihan menghadapi peliknya masalah rumah tangga itulah Allah memaafkan kesalahan suami ataupun istri. Jika terjadi demikian, maka segeralah bertaubat karena musibah dapat diangkat dengan taubat.