Muslimahdaily - Sebagai orang tua kita pasti pernah memberikan pujian terhadap anak kita, terutama ketika anak kita melakukan sesuatu yang membanggakan. Tapi ternyata, memberikan pujian kepada anak tidak boleh berlebihan, lho.
Mengapa demikian? Memberikan pujian yang berlebihan kepada anak justru bisa jadi bumerang. Anak bukannya akan terpacu namun justru sudah merasa tak lagi terpacu untuk melakukan sesuatu atau berbuat lebih baik lagi di kemudian hari karena pujian yang diterimanya.
Lalu berapa banyak pujian yang diperbolehkan untuk diberikan kepada anak? Dan kalimat seperti apa yang dapat kita gunakan saat akan memuji anak? Ada beberapa cara memuji anak secara efektif menurut Okina Fitriani dalam bukunya “The Secret of Enlightening Parenting” antara lain:
Puji perilaku, usaha, dan sikapnya, bukan karakteristik orangnya
Memuji perilaku, usaha dan sikap, dapat membuat anak merasa yakin bahwa ia mempunyai kendali atas perilakunya. Perilaku adalah hasil usaha, bukan sesuatu yang melekat, bersifat genetik, dan tak bisa diubah.
Nyatakan konsekuensi positif dan perilaku itu
Menyatakan konsekuensi positif dari perilaku, usaha, dan sikap anak, berarti mengajarkan kepadanya untuk memahami sebab akibat dari sebuah perbuatan. Pilihlan konseuensi yang kasatmata dan bukan janji.
Nyatakan dalam kalimat sederhana yang mudah dipahami
Pujian yang dinyatakan dengan kalimat sederhana memberikan pesan yang jelas, perilaku apa yang diharapkan dan tidak berlebihan
Tanamkan keimanan untuk siapa/apa dia memelihara perilaku baik
Menanamkan keimanan menumbuhkan keyakinan bahwa perbuatan baiknya bukan sekedar untuk menyenangkan orang lain termasuk orang tuanya sendiri, tetapi sebagai bagian dari tujuan penciptaan manusia.
Contoh pujian yang efektif:
"Bagus sekali Kakak sudah bisa meletakkan mainan di tempatnya, rumah jadi lebih rapi. Allah suka pada keindahan."
Contoh pujian yang tidak efektif:
"Wah! Hebatnya anak Ibu. Paling keren sedenia. Sedah besar, pintar merapikan mainan. Jangan seperti kemarin ya, berantakan di mana-mana, sakit mata Ibu melihatnya."
Ada beberapa kesalahan dalam memberikan pujian di atas, yaitu memuji karakteristik orangnya, bukan perilakunya, berlebihan dan diikuti kritikan serta mengungkit kesalahan yang telah lalu.
Memberikan pujian yang diijuti oleh kritikan atas perilaku yang sudah terjadi di masa lalu akan menjadikan pujian itu kehilangan arti.
Dikutip dalam buku Okina Fitriani, Dweck, seorang professor bidang psikologi Stanford University, dalam penelitiannya mengenai efek memuji, menemukan bahwa anak yang dipuji kepintaranya akan Judah frustasi saat mengalami kegagalan dan tidak berabi mengambil risiko. Anak-anak yang dipuji usaha dan perilakunya justru cepat bangkit saat tidak berhasil menyelesaikan sebuah tugas dan mau berusaha lebih keras pada kesempatan berikutnya.
Memuji dengan kata-kata yang berlebihan juga akan menumbuhkan rasa sombong pada diri anak dan membuat anak tidak terpacu untuk berbuat hal baik yang sama atau hal baik yang lebih besa.
Yang perlu diingat, memuji anak tidak melulu ketika anak telah melakukan hal besar. Melainkan hal baik meskipun kecil yang telah anak lakukan juga layak untuk mendapatkan pujian.
Seringkali orang tua lalai untuk memuji hal-hal kecil yang sehari-hari dilakukan anak, dan menganggap bahwa hal itu “sudah seharusnya”. Padahal bermula dari hal kecil yang sudah baik itulah akan muncul dorongan untuk melakukan hal-hal baik lainnya yang sama atau lebih besar jika dihargai.
Sumber: Buku karya Okina Fitriani, “The Secret of Enlightening Parenting”