Mengenal 3 Tahap Perkembangan Akhlak Anak dalam Islam

Muslimahdaily - Manusia tumbuh dan berkembang dengan berbagai macam unsur yang dapat membentuk kepribadiannya. Masing-masing unsur tumbuh dan berkembang dalam suatu tahapan tertentu, yang berbeda antar satu unsur dengan unsur yang lain.

Unsur fisik manusia tumbuh dan berkembang mengikuti tahapan tertentu, begitupun dengan unsur jiwa dan akal atau intelektualitas. Sebagaimana halnya dengan unsur perilaku dalam dirinya; tumbuh, berkembang, dan kemudian terbentuk mengikuti tahapan tertentu sepanjang usianya.

Untuk mengenal tahapan tersebut, berikut 3 tahapan perkembangan akhlak menurut M. Anis Matta dalam bukunya 'Membentuk Karakter Cara Islam' :

1. Tahap Pertama (0-10 Tahun) : Perilaku Lahiriyah

Tahapan lahiriyah memiliki beberapa ciri umum, diantaranya:

  • Anak memperlihatkan perilaku lahiriyah yang bersifat formalistik. Perilaku itu tidak mengakar pada kesadarannya, sehingga bersifat tidak tetap dan mudah berubah.
  • Perilaku anak lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti tingkat penerimaan lingkungan, yang diketahui anak melalui persetujuan atau penolakan, sanjungan atau kritikan, dan imbalan atau hukuman.
  • Penilaian anak terhadap semua perilakunya bersifat egosentris, dimana kriteria baik dan buruk ditentukan oleh kesenangan material yang diperolehnya. Yang baik adalah yang enak dan yang buruk adalah yang tidak enak. Karena itu, ia akan menganggap bahwa perilaku yang menyebabkannya dihukum adalah buruk dan harus ditinggalkan.

2. Tahap Kedua (11-15 Tahun): Perilaku Berkesadaran

  • Sejalan dengan perkembangan intelektualitasnya yang semakin rasional, maka anak juga mulai memperlihatkan perilaku yang mengakar pada kesadarannya. Anak mampu membedakan mana yang baik dan buruk serta mampu memilih perilakunya sendiri.
  • Anak memperlihatkan keluwesan dalam berperilaku, karena nilai-nilai itu terintegrasi dalam konteks kesadaran psikososialnya atau kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang sekitarnya.
  • Penilaian baik buruk mulai lepas dari sifat egosentrisnya dan berpindah ke penilaian akan dampak dari perilakunya sendiri.
  • Perilakunya mulai memasuki tahapan kebiasaan dan akan berkembang menjadi karakter, karena mulai mengakar dalam kesadarannya, sehingga akan bersifat tetap.
  • Mulai berorientasi pada masa depan.

3. Tahap Ketiga (15 Tahun ke atas): Kontrol Internal atas Perilaku

  • Menguatnya kesadaran akan nilai kebenaran, kebaikan, dan keindahan. Anak juga mulai memberi arah dan pedoman bagi perilaku dan kehidupannya secara umum.
  • Tanggung jawab yang tinggi kepada Allah. Hal ini menyebabkan anak menjadi sangat sensitif atas semua perilakunya dan memiliki tanggung jawab moral yang tinggi.
  • Nilai-nilai individu dan sosial mulai terintegrasi secara utuh dalam kepribadiannya.
  • Perilakunya sudah mengakar kuat dalam kesadaran, cenderung bersifat tetap, sehingga garis-garis dasar kepribadiannya mulai tampak jelas.
  • Konsep dirinya menguat dan merasa memiliki kebebasan lebih banyak dalam memilih dan menentukan perilaku tanpa merasakan ketegangan berarti.

Tahap perkembangan ini adalah tahapan paling ideal dalam pandangan Islam. Dimana nilai-nilai Islam secara langsung membentuk pola pikir, mentalitas, dan pola sikapnya. Ia juga merasakan kehadiran Allah sebagai arah, pembimbing dan pengendali hidupnya.

Metode Pengembangan Perilaku

Tahapan perkembangan perilaku menjadi penting untuk diketahui, terutama untuk tujuan pendidikan dan pegembangan terarah. Berikut beberapa metode yang bisa dilakukan oleh pendidik sesuai dengan tiga tahapan sebelumnya:

Pada tahapan pertama, metode yang bisa dilakukan diantaranya adalah: pengarahan, pembiasaan, keteladanan, penguatan menggunakan sistem reward dan punishment dan indoktrinasi.

Pada tahapan kedua, orang tua bisa menanamkan nilai melalui dialog yang bertujuan meyakinkan kemudian melakukan pembimbingan bukan instruksi dan juga melibatkan anak dalam setiap kegiatan namun bukan dengan memaksa.

Pada tahapan ketiga, pendidik bisa melakukan pendekatan dengan cara perumusan visi dan misi hidup anak serta penguatan akan tanggung jawab langsung kepada Allah.

Namun demikian, semua pendekatan pada dasarnya tidak bersifat mutlak dan bisa digunakan untuk semua tahapan. Semisal pada hukuman, ia masih bisa digunakan untuk orang dewasa, hanya saja caranya yang berbeda. Semua kembali lagi pada kondisi anak.
Hal lainnya yang penting untuk diketahui adalah, bahwa penetapan usia dalam tahapan perkembangan tersebut tidak bersifat mutlak, tetapi relatif. Bisa saja seseorng sudah sampai pada tahap ketiga pada saat usianya mungkin masih di tahap kedua ataupun sebaliknya.

Add comment

Submit