Muslimahdaily - Setiap orangtua pasti pernah mengalami fase dimana sang anak senang memukul temannya, berebut mainan atau bahkan melihat anaknya yang kurang sabar kemudian mendorong temannya.
Bunda pasti akan sedih dan merasa bersalah jika ini terus terjadi pada anaknya. Namun tak perlu khawatir, menurut seorang Praktisi Anak Usia Dini, Aninda Utet, M.Psi.T, ini adalah sebuah fase yang akan dilalui oleh anak untuk bisa memahami self-control atau kemampuan menahan diri.
Biasanya hal ini terjadi saat anak sedang merasa kesal, capek, terpojok, atau bahkan sedang overexcited. Anak masih perlu dibantu untuk berpikir dulu sebelum bereaksi pada segala situasi yang dihadapinya.
Untuk membantu mengahadapi anak yang agresif, berikut 8 tips dari Ibu Ninda yang bisa dilakukan oleh orangtua, dirangkum dari Instagram @arkhairan dengan hastag #IbuNindaParentingSharing.
1. Membahasakan Perasaan
Jika anak terlihat akan marah, bantu ia utuk membahasakan apa yang ia rasakan. "Lili marah ya mainannya direbut. Coba bilang baik-baik ke Fifi, 'Aku lagi main itu Fi." Biasanya, anak cenderung melakukan perilaku agresif karena belum mampu mengungkapkann apa yang ia rasakan melalui lisan. Jika anak sudah mampu mengungkapkan perasaannya secara lisan, maka ia akan lebih bisa mengontrol perilakunya.
2. Perhatian Untuk 'Korban'
Perilaku agresif biasanya menjadi senjata anak untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Untuk itu sebagai orangtua kita harus memberikan perhatian lebih ke 'korban', baru ke 'pelaku'. Hal ini menegaskan ke diri anak bahwa dengan melakukan hal agresif maka tidak akan langsung mendapatkan perhatian atau hal yang ia inginkan.
3. Tetap Tegas
Tegas tidak sama dengan marah-marah. Bagaimana mungkin kita bisa mengajarkan anak untuk tidak berperilaku agresif tetapi orangtua melakukn perilaku agresif kepada anak saat sedang marah padanya. Tarik nafas, ajak anak menjauh dari sekitarnya lalu katakan "Nak, memukul itu sakit. Kamu boleh marah, tapi marah ada caranya, tetapi memukul bukan cara yang baik."
4. Reka Ulang
Mengajak anak untuk mereka ulang kejadian yang sudah terjadi. Misalkan, kemarin Koko mengambil mainan temannya degan cara merebut dan mengembalikannya dengan cara melempar. Maka, hari ini ajak Koko mereka ulang bagaimana seharusnya meminta dan mengembalikan mainan dengan cara yang baik.
5. Berikan Perhatian
Seperti yang sudah kita ketahui, salah satu alasan mengapa anak berperilaku agresif adalah karena ingin mendapatkan perhatian. Untuk itu, sebelum perilaku agresif ini terjadi, orangtua diharapkan sudah bisa menerima sinyal yang dikirimkan anak.
Sebagai contoh, misal sebelum anak mendorong teman di depannya, ia merasa kesal karena keadaan perutnya yang kosong dan lapar karena bosan menungu lama. Orangtua bisa mengalihkannya dengan mengajak ia mengobrol.
6. Memuji Perilaku Baik
Ketika anak mampu berperilaku baik atau sudah mengganti perilaku agresifnya menjadi yang lebih baik, maka jangan sungkan untuk memuji anak. Katakan padanya bahwa hal terseut akan membuat teman-teman sekitarnya pun ikut senang.
7. Cek Kondisi Anak
Ketika anak telah melakukan perilaku agresif, coba cek kondisi anak. Biasanya perilaku agresif akan semakin besar kemungkinannya jika anak merasa lapar, lelah, mengantuk, rewel atau sedang kesal.
Membuat kegiatan rutin sehari-hari akan meminimalisir perilaku agresif. Karena sebelum anak menunjukkan perilaku agresifnya, orangtua sudah tahu, "oh mungkin ini adalah waktunya dia tidur. Mungkin mengantuk." Dengan begitu bisa langsung diantisipasi.
8. Cara Alternatif
Beritahu anak cara alternatif apa saja yang mungkin bisa ia lakukan jika sedang menghadapi sesuatu yang tidak ia inginkan atau sukai. Contohnya mungkin ketika ada teman yang tidak ingin meminjamkan mainan padanya, cara alternatifnya adalah dengan bermain mainan yang lain.
Semoga bermanfaat Bunda!