Muslimahdaily - Tahun ini mungkin adalah kali pertamanya ayah dan bunda mengajarkan puasa pada si kecil. Atau, si kakak yang baru bertekd untuk puasa full di tahun ini. Beberapa orangtua kemudian mengiming-imingi hadiah pada anaknya jika mereka berhasil menjalankan puasa sesuai rencana.
Dengan begitu, anak menjadi begitu termotivasi untuk menjalankan puasa hari demi harinya agar mendaptkan hadiah dari ayah dan bundanya. Lalu, apakah hal ini baik untuk si anak?
Berikut penjelasan dari Psikolog anak dan remaja, dilansir dari laman Parenting Indonesia.
Menurut Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi, M.Psi., psikolog anak dan remaja dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia mengatakan bahwa sah-sah saja bagi orang tua untuk memberikan hadiah bila anaknya mampu menjalankan puasa.
Karena, menurut Vera, tahap pemikiran anak usia di bawah 10 tahun masih bersifat hal-hal yang konkret. Mereka masih sulit memahami makna mendapatkan pahala jika menjalankan ibadah puasa. Bagi anak usia tersebut, pahala adalah konsep abstrak yang sulit dipahami.
Selanjutnya Vera menjelaskan bawah anak-anak dalam tahap perkembangannya memang masih didominasi oleh motivasi ekstrinsik saat akan melakukan sesuatu. Motivasi ekstrinsik adalah keinginan untuk mendapat keuntungan dari orang lain jika melakukan sesuatu.
Salah satu jenis motivasi ekstrinsik itu adalah berupa hadiah dari orangtua. Hal itulah yang akan membuat mereka lebih bersemangat untuk mengerjakan sesuatu.
Namun, Vera menambahkan bahwa perlunya penjelasan pada anak bahwa tujuan beruasa adalah pada akhirnya untuk dirinya sendiri. Hal ini dilakukan untuk memunculkan motvasi intrinsiknya. Yaitu, keinginan melakukan sesuatu atas dasar kepuasannya sendiri.
Perlu diingat, ayah dan bunda juga harus sabar. Karena anak butuh waktu untuk menyeimbangkan kedua motivasi tersebut. Biasanya pada usia 11 tahun, anak sudah mulai bisa memahami motivasi intrinsik dan tak lagi menjadikan hadiah sebagai motivasi utamanya dalam berpuasa.
Bentuk hadiah tak selalu materi
Menurut Vera, hadiah yang diberikan sebenarnya tidak perlu berlebihan. Hadiah tidak hanya berupa uang atau mainan kesukaannya. Ayah dan bunda bisa saja memberikan hadiah berupa apresiasi, pujian. Atau, bunda bisa menyajikan makanan kesukaannya saat berbuka puasa dan sahur.
Pergi keluar bersama keluarga, membuat kreasi mainan di rumah, kecupan dan pelukan hangat adalah bentuk hadiah lainnya yang bisa diberikan pada anak. Jadi, be creative ya ayah bunda.
Sekali lagi, ayah dan bunda harus sabar. Membentuk keinginan anak untuk berpuasa secara sukarela memang membutuhkan waktu, bukanlah proses yang singkat. Jangan lupa untuk melakukan pembelajaran pada anak dengan cara yang menyenangkan, karena anak akan lebih mudah menyerapnya.
Semangat ayah bunda.