Muslimahdaily - Menulusuri destinasi Provinsi Jawa Timur, ada Kota Blitar yang berada di bagian selatan dan tepat beradi di kaki Gunung Kelud. Diberi julukan sebagai Kota Proklamator, Blitar juga dikenal dengan tempat dimakamkannya presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno.
Meski jasadnya sudah tiada, tetapi namanya selalu melekat di ingatan rakyat Indonesia. Presiden Ir. Soekarno menghembuskan nafas terakhirnya pada 21 Juni 1970. Ia dimakamkan di Kota Blitar, berdampingan dengan makam kedua orang tuanya, yakni Raden Mas Soekemi Sosrodiharjo dan Ida Ayu Nyoman rei.
Keberadaan makamnya menjadi magnest tersendiri bagi wiawatan yang berkunjung. Kompleks makam seluas lebih dari 1,8 hektar ini selalu ramai pengunjung yang hendak berziarah.
Beberapa waktu lalu Tim Muslimahdaily pun berkesempatan mengunjungi Makam Bung Karno. Lokasinya terletak di Kelurahan Bondogerit, Kecamatan Sanawetan Kota Blitar, tepatnya di Jalan Slamet Riyadi.
Sebelum memasuki area makam, kami disuguhi dengan patung Bung Karno yang tengah duduk dengan ukuran cukup besar. Tak hanya itu, disekelilingnya terdapat pepustakaan dan museum kecil yang terbuka untuk masyarakat umum.
Makam Bung Karno bersama kedua orang tuanya ditempatkan disebuah bangunan berbentuk Joglo yang disebut dengan Cungkup Astono Mulyo. Rumah Joglo dari kayu jati ini diukir seperti api yang membara, dengan filosofi menunjukkan sikap Bung Karno yang bersemangat dalam memperjuangkan bangsa hingga merdeka.
“Kalau bangunan ini namanya Astono Mulyo dengan artian banyak yang datang dan semuanya mendoakan Bung Karno. Semoga Bung Karno diberikan kemuliaan di alam kubur. Kayu jati ini diukir seperti api yang membara. Filosopi api yang membara itu artinya itu Bung Karno ketika bangkit penuh semangat dalam memperjuangkan bangsa dan negara supaya merdeka itu digambarkan api yang tak pernah padam,” ujar Sukanto salah seorang penjaga Makam Bung Karno.
Sukanto juga menceritakan, dahulu makam ini merupakan makam pahlawan dan juga makam umum. Namun ketika Bung Karno meninggal dunia, makam pahlawan dipindahkan ke Taman Makan Pahlawan atau TMP sekitar dan makam umum dekat dengan Makam Bung Karno yang hanya dibatasi dengan tembok.
“Jadi dulu awalnya ini itu makam umum dan makam pahlawan. Setelah Bung Karno meninggal, makam-makam lain dipindahin, untuk makam umum dibatasi dengan tembok-tembok di samping dan untuk makam pahlawan dipindahin ke TMP. Ada di bagaian selatan jaraknya sekira dua kilometer,” tambahnya.
Menurut pengakuan Sukanto, Makam Bung Karno dibangun pada Juni 1978 dan diresmikan setahun setelahnya. Dahulu makam ini bersifat sakral sehingga dikelilingi oleh pagar kacar di sekitarnya. Namun, pada 2001 diganti dengan pagar rantai dan kemudian kayu jati. Pagar rantai dan kayu jati tersebut bertahan hampir empat tahun, kemudian di lepas pada bulan Ramadhan pada 2005 silam.
“Hampir empat tahun terpasang rantai dan kayu jati, kemudian di lepas persis seperti ini agar masyarakat dapat berziarah dan tabur bunga langsung. Setiap hari ramai pengunjung apalagi hari libur,” akunya.
Tepat berada di tengah makam berada batu besar yang merupakan nisan Bung Karno. Batu tersebut merupakan batu pualam dan bertuliskan: “Di sini dimakamkan Bung Karno, Proklamator Kemerdekaan dan Presiden Pertama Republik Indonesia, Penyambung Lidah Rakyat.” Setiap harinya, kompleks makam tersebut dibuka dari pukul 08.00-17.00 WIB.