Muslimahdaily - Muda, berbakat dan menginspirasi adalah gambaran untuk Nada Sikkah. Penyanyi shalawat yang sudah memulai karirnya sejak usia 10 tahun ini memiliki sifat yang ramah juga rendah hati. Hal tersebutlah yang membuatnya banyak dicintai, terutama oleh anak muda.
Di usianya yang masih belia, Nada sudah mengenyam pendidikan di pesantren. Disana ia mulai belajar Al-Qur’an dan diperkenalkan dengan dunia shalawat. Bahkan orangtuanya yang sudah melihat bakat Nada sejak kecil, mengajak ia untuk rekaman dan membuat album shalawat.
Sejak saat itulah Nada mulai mencintai dunia shalawat. Semangat dan kecintaannya tersebut tak luput dari dukungan ayah tercinta, sosok ayahlah yang sangat menginspirasi Nada untuk terus berdakwah dengan syair.
“Sosok yang paling menginspirasi itu abi, karena bagiku abi adalah guru ngaji pertama, beliau juga yang ngajarin shalawat, ngaji mulai dari iqra sampai al-quran,” ujar Nada pada tim Muslimahdaily.
Nada selalu ingat akan nasihat dan motivasi sang ayah, bahwa shalawat yang ia lantunkan bukanlah hanya tentang bernyanyi, tetapi kita juga kelak akan mendapatkan syafaat di yaumil qiyamah. Selain itu, baginya shalawat adalah salah satu bukti cinta kepada Nabi Muhammad.
Pahit manis menjadi seorang santri
Selama mendalami ilmu Al-Quran di pesantren, Nada mengaku telah mendapat banyak pengalaman yang tak terlupakan, selain itu ia juga mendapatkan ilmu yang bermanfaat untuk kehidupannya saat ini.
“Banyak sih, waktu itu kan santri termuda di pesantren, jadi mungkin masih dianggap anak bawang. Ada bandel-bandelnya pernah kabur dari pondok juga. Pernah sanking hausnya terus gada air sampe minum air di keran di musholla,” ujarnya sambil tertawa.
Terlepas dari itu semua, bagi Nada pesantren telah menjaga dirinya dari lingkungan dan pergaulan yang buruk di luar sana, ia juga merasa lebih nyaman dan terjaga karena hari-harinya dipenuhi dengan interaksi bersama Al-Quran.
Selain suka duka yang dialami Nada selama hidup di pesantren, ia juga mendapatkan satu nilai kehidupan yang berharga dan membekas, yaitu adab. Ia selalu ingat nasihat sang ayah, “yang berilmu belum tentu beradab, tetapi yang beradab sudah pasti berilmu.”
Selain itu, Nada juga merasa bahwa Al-Quran akan selalu menjadi pengingatnya saat akan melakukan maksiat.
“Ya Allah aku pegang Al-Quran, ini amanah dan ga semua orang di percaya buat hafal Al-Quran. Kalo mau ngelakuin dosa kayak ada yang cegah begitu,” kata Nada.
Perjalanan tak selalu mulus
Dalam perjalanan karirnya banyak suka duka yang sudah ia lalui, kritik pedas dan dipandang sebelah mata pernah ia dapatkan. Namun, Nada Sikkah tetap pada niat awalnya, yaitu bersyiar.
“Intinya kita kan niatnya syiar ya, semoga aja Allah selalu kasih jalan dan bantu,” ujar Nada.
Meski masih terbilang muda, wanita berusia 19 tahun ini sangat bijak dalam menanggapi komentar pedas yang datang padanya, “anggap aja sebagai angin lalu, kalau ada kritik dan saran jadi koreksi diri, setiap pujian jangan sampai menjadikan kita sombong,” ungkap Nada.
Nada mengakui bahwa ia kuat karena doa orangtua yang selalu menyertai, baik dalam suka maupun duka, terutama dalam menghadapi semua tantangan tersebut.
Harapan dan cita-cita
Salah satu cita-cita Nada adalah menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain, karena baginya itu adalah kriteria sebaik-baiknya manusia menurut Al-Qur’an.
Demi mewujudkan itu semua, saat ini Nada telah memiliki beberapa santri asuhan di pesantren miliknya. Tempat itu adalah salah satu media Nada untuk mengamalkan ilmu yang telah ia dapat dahulu sebagai seorang santri.
Terakhir, Nada juga berpesan kepada anak muda untuk mencintai shalawat dan Al-Quran.
“Cintai shalawat karena shalawat bukti mahabbahnya kita pada Rasulullah, dan kalau ingin mendapatkan keberkahan, maka cintailah juga Al-Quran, karena dengannya kita akan merasa lebih terjaga hatinya dan diri kita juga,” ujar wanita pecinta shalawat ini.