Alia Sharrief, Melawan Islamofobia di Amerika dengan Musik Hip-Hop

Muslimahdaily - Aksi terorisme yang belakangan ini semakin sering terjadi mengakibatkan kecurigaan dan keraguan terhadap umat muslim yang tinggal di Amerika, terutama setelah serangan di Paris, San Bernardino, California, dan beberapa tempat lain di dunia. Sekitar 3 juta Umat Muslim yang tinggal di Amerika Serikat harus menghadapi kebencian yang datang dari orang-orang sekitarnya setiap harinya. Diskriminasi, Islamophobia dan kesulitan beribadah merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh mereka.

Salah satunya Alia Sharrief. Tidak hanya merupakan seorang muslimah, Sharrief juga merupakan seorang penyanyi hiphop berkulit hitam dan juga mengenakan hijab. “Saya harus berurusan dengan perjuangan melawan Islamofobia dan juga prasangka yang salah terhadap orang kulit hitam.” Sharrief menjelaskan saat diwawancarai oleh CNN. Walaupun begitu, Sharrief tetap bangga menjadi seorang muslim dan berkulit hitam, bahkan ia juga ikut mempopulerkan hashtag #BeingBlackandMuslim di sosial media untuk menunjukan rasa bangganya.

Mayoritas Muslim di AS adalah para imigran atau anak dari imigran. Berdasarkan penelitan dari Pew Research Center pada 2011 melaporkan 40 persen dari Umat Muslim kelahiran Amerika mendeskripsikan diri mereka sebagai keturunan Afrika-Amerika. Hal itu merupakan yang terjadi pada orang tua Sharrief. Ibu dan ayahnya tumbuh dewasa masing-masing sebagai Baptisan di Mississippi dan Georgia sebelum akhirnya masuk islam pada saat remaja. Sehingga Sharrief pun lahir merupakan keturunan Afrika-Amerika dan beragama Islam.

Sharrief sekarang menjadi guru SD dan juga seorang Rapper. Sharrief pernah menjadi penyanyi pembuka pada konser penyanyi hiphop terkenal seperti Kendrick Lamar. Tantangan terbesarnya saat tampil adalah menyanyikan musik bergenre hip-hop dengan mengenakan hijab, dan bernyanyi dengan lirik mengenai Islam dan Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam. Lagu-lagunya banyak mengejutkan penonton. Mereka tidak pernah melihat seorang Muslimah mengenakan hijab dan menyanyikan musik dengan jenis seperti ini sebelumnya. Tanggapan-tanggapan dari penontonnya pun menjadi penyemangat Sharrief untuk tetap menciptakan musik bergenre hip-hop dan berlirik islami. Saat mengajar, Sharrief juga sering bernyanyi di depan para muridnya, mereka sangat menyukai lagu-lagunya dan selalu ingin mendengar ia bernyanyi.
Melalui karya-karyanya, Sharrief berusaha menjelaskan perbuatan-perbuatan baik yang telah dilakukan para Umat Muslim di seluruh dunia, seperti saat Umat Muslim menyumbang sekitar 50.000 Dollar Amerika untuk pembangunan kembali gereja Afrika-Amerika di AS yang terbakar pada Juni tahun 2015 lalu.

Namun, Sharrief selalu merasa ia harus mulai dari awal kembali setiap kali adanya serangan teroris yang mengatasnamakan Islam. Seperti yang terjadi setelah serangan di San Bernardino pada Desember lalu yang menewaskan 14 orang, “Setelah serangan di San Bernardino terjadi, saya sering mendengar orang-orang berkata seperti,”Kalian muslim semuanya berbahaya.”, Mendengar itupun Sharrief menjawab, ”Saya tidak pernah memiliki pikiran untuk melukai seseorang”.

Senjata terbaiknya dalam menghadapi islamophobia yang terjadi di sekitarnya adalah dengan musiknya. Sharrief menjelaskan bahwa ada banyak sekali rumor-rumor mengenai Islam namun dengan musiknya ia hanya ingin berkata: “Hai, Saya datang dengan damai, Jangan percaya dengan rumor-rumor itu.”

Add comment

Submit