Sosok Hana Tajima, Tertarik Dunia Mode hingga Jadi Mualaf

Muslimahdaily - Kalau kamu penggemar fashion hijab, pasti kamu sudah tidak asing lagi dengan sosok bernama Hana Tajima. Hana Tajima adalah seoarang mualaf asal Inggirs dan mengukuhkan namanya sebagai salah satu trendsetter fashion pakaian muslim mendunia. Maysaa, label produk pakaian wanita yang didirikannya, menjulang kesuksesan di Inggris dan global.

Terlahir di keluarga seniman, perempuan berdarah Jepang-Inggris ini tumbuh besar di lingkungan yang mendorongnya untuk terus berkreasi dan berani berekspresi. Kesenangannya pada dunia desain mode sejak belia mendorongnya untuk mengambil jurusan Fashion di Universitas Exerter di Inggris.

“Ada dua sisi budaya yang bertolak belakang dalam hidupku dan aku terus mencari keindahan budaya tersebut melalui desainku. Salah satu sisi diriku terobsesi dengan kesederhanaan dan nilai estetika yang sarat akan budaya Jepang. Lalu ada sisi diriku yang lain, yang seperti pemberontak, cenderung eksentrik, timbul karena pengaruh aku tumbuh besar di Inggris,” papar Hana melalui laman resminya.

Itulah mengapa pakaian yang didesain Hana memiliki nilai unik, sederhana, mengikuti tren, namun tetap syar’i. Karena nilai-nilai tersebut, Hana sudah pernah bekerja sama dengan banyak seniman dan desainer lainnya seperti Rosie Lowe, Port St Willow, Bing and Ruth, dan Okuda Yusai. Selain itu nama Hana seringkali disebut di majalah-majalah fashion, beberapa di antaranya adalah Elle Italia, Elle Kanada, Harper’s Bazaar, dan lain-lain.

Perjalanan Hana Tajima Menjadi Mualaf

Memutuskan untuk memeluk Islam pada usia 17 tahun, Hana mengakui kalau tidak pernah berpikiran sebelumnya bahwa ia akan menjadi mualaf.

“Keluargaku bukanlah tipe keluarga yang religius. Aku tertarik dengan agama, tetapi tidak begitu memperhatikan apa pengaruh agama dalam hidupku,” ujar Hana, dilansir dari Independent.co.uk.

Ketika mulai memasuki bangku kuliah, Hana bertemu dengan banyak orang dengan latar belakang yang berbeda-beda dan mengajaknya untuk mencicipi kesenangan duniawi seperti mabuk-mabukkan dan foya-foya di klub. Namun Hana terkejut saat bertemu dengan beberapa teman muslimnya yang tidak tertarik untuk ikut ke klub.

“Aku rasa aku terkejut pada saat itu. Aku penasaran bagaimana mungkin seseorang tidak ingin pergi ke klub, di jaman seperti ini,” kata Hana.

Kebetulan pada saat itu Hana mulai mempelajari filosofi. Tanpa pikir panjang, Hana mengecat rambutnya menjadi hitam dan membuat poni di depan. Di momen itulah Hana mulai galau dengan hidup yang dijalaninya selama ini.

“Pada saat itu aku berpikir bahwa aku cukup populer, punya teman baik, punya kekasih, aku memiliki segala hal yang aku inginkan. Tetapi, tetap saja, aku merasa ‘ini saja?’” ujar Hana.

Berawal dari kegalauannya itulah Hana mempelajari lebih lanjut tentang agama, khususnya Islam. Hana berkata bahwa fakta Al Qur'an selalu sama dari dulu hingga sekarang, artinya kitab tersebut selalu bisa menjadi referensi. Mengejutkannya lagi, Hana tidak menyangkan kalau isu hak-hak perempuan dibahas dalam Al Qur'an dan sesuai dengan kehidupaan saat ini.

“Semakin dalam aku membaca Al Qur'an, aku menemukan diriku setuju dengan ide-ide di dalamnya. Aku jadi mengerti mengapa Islam mewarnai hidup teman-teman muslim,” ujar Hana.

Ada satu momen dalam hidupnya saat Hana belum dan tidak ingin menjadi muslim. Namun di titik tertentu, Hana tidak lagi dapat mengatakan bahwa ia bukan muslim. Sejak saat itulah, di usianya yang baru menginjak 17 tahun, Hana bersyahadat dan mengukuhkan diri sebagai seorang muslim.

“Memberi tahu keluargaku tentang keputusanku (menjadi mualaf) cukup mudah. Aku tahu keluargaku akan senang selama aku merasa senang, dan mereka bisa melihat menjadi mualaf merupakan hal yang sangat positif dalam hidupku,” kata Hana.

Berbeda dengan keluarganya, reaksi dari teman-teman Hana saat ia memutuskan untuk memeluk Islam cukup beragam. Ada yang menyayangkan keputusannya, namun banyak pula yang mendukungnya.

Dilansir dari blog di laman resminya, Hana menceritakan pengalamannya saat pertama kali masuk ke masjid sebelum menjadi muslim. Ia terbengong-bengong dibuatnya, melihat betapa damainya berada di masjid.

Diakuinya, bangunan masjid itu tidak seindah bangunan lainnya. Namun, Hana merasa ada nilai keindahan dari orang-orang di dalam masjid. Mulai dari wanita yang membaca, anak-anak yang bermain di lantai atau tidur.

“Seperti ada rahmat dalam setiap gerakan orang-orang yang berdoa di dalam sana. Mereka terhubung dengan sesuatu di luar diri mereka. Keheningan di dalamnya ialah yang membuatnya tampak hidup,” tutur Hana.

Kabar Terbaru Hana Tajima

Saat ini Hana masih asyik berkecimpung di dunia fashion. Dilansir dari Tempo, pada bulan Juli 2020 lalu Hana mengeluarkan koleksi Fall/Winter 2020 yang merupakan hasil kolaborasi dengan Uniqlo. Hana berharap desainnya ini dapat mendorong pemakainya untuk lebih percaya diri dalam berekspresi.

“Wanita tiap harinya memilih pakaian yang dapat memperlihatkan sisi unik mereka, serta menjadikan mereka tampil segar dan nyaman sepanjang hari,” ujar Hana.

Poin utama desain koleksi kali ini adalah nyaman namun tetap elegan, dan bisa dikenakan oleh siapapun. Desain dibuat sedemikian rupa agar pemakai dapat mudah bergerak.

Add comment

Submit