Muslimahdaily - Dunia arsitektur berduka dengan kepergian Zaha Hadid pada 31 Maret 2016 lalu. Zaha Hadid meninggal dunia di usia 65 tahun karena penyakit bronkitis.

Adalah Zaha Hadid, arsitek muslimah yang memiliki ratusan karya besar di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Wanita kelahiran 1950 ini merupakan putri dari keluarga Muslim berdarah Irak-Inggris.

Lulusan matematika di American University of Beirut ini adalah pemenang Pritzker Architecture Prize atau biasa dikenal sebagai nobel prize di dunia arsitektur pada tahun 2004. Kemenangannya itu sekaligus menjadi rekor arsitek muslim pertama yang meraihnya. Tak hanya itu, ia juga aristek wanita pertama yang meraih Gold Medal dari Royal Institute of British Architects (RIBA).

Bukan tanpa alasan semua penghargaan besar disandang oleh Zaha. Zaha adalah arsitek yang merancang berbagai bangunan unik dan megah di dunia, seperti Guangzhou Opera House di Cina, Dongdaemun Plaza di Korea Selatan, Sheikh Zayed Bridge di Uni Emirat Arab, dan lain sebagainya. Zaha juga menjadi arsitek untuk Gedung Kesenian Jawa Barat yang sedang berjalan. Gedung kesenian di Bandung tersebut direncanakan akan menjadi bangunan yang monumental sepanjang masa.

Bagi Walikota Bandung, Ridwan Kamil, sosok Zaha Hadid merupakan legendaris dan sangat istimewa. Sebagai seorang migran, kerja keras Zaha layak diteladani. Ia berhasil membuktikan bahwa letak geografis bukan batasan untuk menjadi sukses asal mau mengembangkan diri.

Menurut Walikota yang juga seorang arsitek dunia ini, karya Zaha Hadid sangat khas. Karyanya dikenal tanpa sudut, berbentuk lengkungan yang memberi kesan dinamis dan juga futuristik. Dilansir Pikiran Rakyat, Kang Emil berharap, proyek Gedung Kesenian Bandung akan terus berlanjut dengan lancar di tangan para tim Zaha.

Zaha Hadid pernah mengungkapkan tantangan yang dialami arsitek wanita tidaklah mudah. Karena itu, penting untuknya terus berusaha dan mengikuti tren yang ada. Zaha Hadid juga menjadi sosok yang inspiratif bagi para arsitek wanita lainnya.