Muslimahdaily - Dua kali nama Raisa Aribatul Hamidah dicoret dari ajang basket Internasional. Beberapa kali pula ia mendapat pelanggaran jersey pada pertandingan dalam negeri. Alasannya hanya satu, karena wanita Muslimah ini mengenakan hijab.
Telah banyak prestasi yang diraih Raisa di bidang olahraga basket. Namanya sudah terukir indah di antara daftar atlet basket wanita muda berbakat. Ia mengikuti ajang PON dua kali, tampil di liga basket profesional WNBL dan WIBL, bahkan wanita asal Ponorogo ini pun mendapat beasiswa magister di Unversitas Airlangga Surabaya berkat prestasinya.
Tak heran jika ia kemudian diminta mewakili Indonesia untuk bertanding di Kejuaraan FIBA pada tahun 2008 dan SEA GAMES di tahun 2014. Namun karena berhijab, Raisa tak pernah mencicipi dua ajang internasional bergengsi tersebut. Ketimbang meraih prestasi internasional, wanita berusia 26 tahun ini memilih mempertahankan hijabnya.
“Hal itu (aturan internasional akan larangan berhijab) yang memupus impian saya, pada tahun 2008 untuk memperkuat Tim Nasional Indonesia Muda di Kejuaraan FIBA Usia 18 tahun di Medan. Namaku yang ada dalam daftar pemain, terpaksa dicoret. Hal serupa juga terjadi pada akhir tahun 2014 kemarin, saat mengikuti Seleksi Tim Nasional Indonesia untuk SEA GAMES di Singapura. Saya kembali tidak bisa memperkuat tim Indonesia karena aturan jilbab ini,” tutur Raisa kepada muslimahdaily.com.
Perjuangan Raisa yang mempertahankan hijabnya ini tak dimulai saat menghadapi aturan basket internasional. Jauh sebelum itu, Raisa telah mengalami banyak kesulitan di setiap pertandingan dalam negeri. “Dalam perjalanannya, saya mengalami kesulitan dan rintangan yang berat. Sejak pertama kali mengikuti ajang Bola Basket daerah Kejurda Jawa Timur di Surabaya (2005), saya hampir tidak bisa bermain, karena pihak penyelenggara (Perbasi) menyuruh saya untuk melepas jilbab. Akan tetapi saya memilih tidak bermain daripada harus melepas jilbab saya,” tutur Raisa yang tergabung dalam Klub Surabaya Fever ini.
Karena Raisa bersikeras, ia sempat mendapat toleransi. Namun toleransi tersebut dengan memberikan pelanggaran permainan yang disebut Technicall Foul, yakni pelajaran teknis pemain karena memakai kostum pertandingan berbeda dengan teman satu tim atau berbeda dengan aturan Perbasi. Pelanggaran tersebut pun terus dilakukan Raisa selama dua tahun. Hingga pada tahun 2007, Menteri Pemuda dan Olahraga saat itu, Adhyaksa Dault memberikan toleransi kepada atlet berjilbab di Indonesia untuk kebebasan bertanding basket tanpa mendapatkan Technicall Foul.
Saat itulah Raisa dapat sedikit bernafas lega. Namun ternyata, aturan tersebut tentu saja hanya berlaku di Indonesia. “Hal ini karena mayoritas warga Indonesia yang beragama Muslim, akan tetapi aturan Internasional tetap sama, yaitu tidak memperbolehkan bermain basket dengan berjilbab,” kata dara yang hobi olahraga sejak usia 3 tahun tersebut.
Raisa merasa sangat kecewa dengan larangan berhijab tersebut. Padahal, kata Raisa, banyak jargon yang selalu didengungkan saat pertandingan, seperti “Junjung tinggi permainan yang adil” dan “Basket untuk semua”. “Tapi apa yang saya rasakan sama sekali tidak sesuai dengan motto para penyelenggara event tersebut. Saya masih merasakan adanya diskriminasi dalam hal ini,” tutur wanita yang mengidolakan pebasket profesional Amerika berjilbab asal Bosnia, Indira Kaljo.
Menyuarakan hak wanita berhijab, Raisa pun kemudian melakukan beberapa aksi. Pada Mei tahun lalu, ia membuat kaos bertuliskan “Hooping with Hijab” sebagai penggalang dukungan bagi pemain basket berhijab. Bulan Juli kemarin, Raisa juga menulis sebuah petisi bersama dengan 13 pemain basket dunia berhijab lain. Petisi yang ditujukan langsung kepada Presiden FIBA Internaional, Horacio Muratore tersebut meminta penarikan larangan berhijab bagi atlet basket Muslimah.
Saat ini, Raisa tengah sibuk menjadi dosen baru di Universitas Islam Batik Surakarta (UNIBA). Ia juga baru saja menikah dan mulai sibuk dengan statusnya sebagai seorang istri. Kepada para Muslimah berhijab, Raisa berpesan, “Jilbab bukanlah halangan. Jilbab tidaklah berbahaya. Seperti HP mahal yang kamu belikan casing untuk melindunginya. Begitulah Islam melindungi wanitanya yang berharga. Islam tidak menjanjikan mudah, tapi menjanjikan Indah. Semangat ya.. Allah bersama kita. Selamat berjuang mengukir prestasi dan mengejar surganya Allah,” pungkasnya.