Muslimahdaily - Desember 2016 lalu Indonesia kedatangan penyanyi perempuan asal Malaysia. Yunalis Mat Zara’i atau yang lebih dikenal sebagai Yuna, melakukan tur ke beberapa kota di Indonesia seperti Jakarta, Bandung dan Bali. Tidak seperti penyanyi internasional pada umumnya, penampilan Yuna tidak pernah lepas dari hijabnya.
Penyanyi kelahiran 14 November 1986, Alor, Kedah, Malaysia tersebut dinobatkan sebagai penyanyi perempuan terbaik Malaysia dalam ajang Malaysian Music Awards di tahun 2011 lalu. Sejak itu, Yuna pun bertekad untuk menjadi penyanyi go International.
Gayung pun bersambut, Yuna mendapatkan tawaran oleh salah satu label musik indie, Fader Label asal New York, Amerika. Yuna mengaku amat senang karyanya dapat diterima bahkan dia dimentori oleh seorang produser lagu R&B kondang, Pharrel Williams.
Meski begitu, dia mengaku seperti orang asing di awal ia mengawali karirnya di negeri Paman Sam. “Awalnya saya merasa terasing di negeri ini. Mereka selalu berpikir bahwa penyanyi perempuan harus sexy, cantik dan membiarkan rambut indah mereka tergerai. Tetapi tentu tidak dengan saya,” ungkapnya.
Dia mengungkapkan tetap berjuang dengan penampilannya. Bahkan, saat promo musiknya dari satu radio ke radio lain, banyak yang belum mengetahui penampilan aslinya. “Awalnya saya tidak pernah mengunggah foto diri seluruh badan. Sampai pada konser pertama saya di Amerika, penonton sempat shocked akan penampilan saya yang berhijab,” tuturnya.
Diva yang baru saja berulang tahun ke 30 itu mengaku sedih saat beberapa orang mempermasalahkan hijabnya. Saat pertama kali datang ke Amerika, orang-orang kaget akan penampilannya. Dia merasa terganggu mengenai asumsi mereka bahwa perempuan Muslimah tidak memiliki kebebasan atau hak.
“Well, ini adalah pilihan saya, saya merasa aneh saat ada orang yang mengatakan Lepas saja hijabmu!” Dia menuturkan, mengenakan hijab merupakan keyakinannya akan agama Islam. “Saya merasa sama sekali tidak tertekan (menggunakan hijab). Bahkan ini merupakan simbol kebebasan dan saya merasa lebih percaya diri dengan hijab” tambahnya.
Menurutnya, berkarya untuk orang banyak merupakan hal yang lebih penting ketimbang mempermasalhkan penampilan. Dia mengaku prihatin masih banyak perempuan yang mempersoalkan terkait penampilan diri mereka.
“Masih banyak yang khawatir soal kulit misalnya. Ada yang mengeluhkan mengapa kulit mereka hitam lalu mencoba berbagai produk pemutih. Padahal memiliki kulit berwarna itu sangat cantik,” katanya.
Sejak usia 14 tahun, Yuna memang sudah memiliki minat yang kuat terhadap musik. Saat itu musik juga menjadi tempat pelariannya. Sebab, ia diminta orangtuanya menjadi pengacara dan menjalani studi hukum. “Menulis lagu dan bermusik adalah bagian dari jiwaku. Rasanya seperti mencurahkan seluruh isi hati dan pikiranmu,” tuturnya.
Sebelum mengawali karirnya ke Amerika, banyak orang yang memperingatkannya bahwa di negeri itu Islamophobia sangat kuat.
“Mereka bilang tidak akan mudah menjadi penyanyi muslim berkarya di kancah internasional. Tapi bagiku, sesungguhnya menjadi penyanyi muslim tidak terlalu sulit. Kalau kau berpikir ini sulit maka jadilah, tetapi aku selalu berpikiran positif,” ujarnya.
Kini, ia terus mengembangkan bakatnya lewat karya-karya musiknya. Selain berkolaborasi dengan para penyanyi kondang internasional, Yuna juga menulis lagu-lagunya sendiri.