Muslimahdaily - Warga Jakarta baru saja menggelar pemilihan kepala daerah (pilkada) putaran kedua pada Rabu (19/4/2017). Banyak peristiwa yang terjadi selama dan sebelum pesta demokrasi tersebut sebagai dampak suhu politik yang memanas.
Persaingan jagoan politik ternyata mempengaruhi kehidupan sosial seseorang. Masyarakat seakan terpecah menjadi dua kubu. Masing-masing saling menjagokan calon pasangan gubernur dan wakil gubernur pilihan mereka. Mereka berdebat panas demi mendukung dan membela calon gubernur idaman.
Suhu panas itu sangat terasa terutama di media sosial. Sudah bukan fenomena aneh ketika dua kerabat saling memblokir akun masing-masing, ketika dua sahabat saling menghapus kontak dan enggan bercakap lagi. Tak sedikit pula yang keluar dari grup chat akibat percekcokan tentang pilkada DKI Jakarta.
Hubungan sosial masyarakat retak akibat perselisihan politik. Silaturrahim rusak akibat perbedaan pilihan politik. Masing-masing enggan menyapa apalagi menghubungi. Media sosial dipenuhi permusuhan hingga celaan.
Menghadapi fenomena tersebut, Komisioner Komisi Pemilihan Umum RI, Hasyim Asy'ari berharap siilaturrahim antar warga dapat dijalin kembali setelah pilkada DKI usai. Permusuhan di media sosial pun diharapkan dapat diakhiri setelah pencoblosan usai. “Semoga yang sudah left group dan delcon (delete contact) bisa akrab lagi setelah ini," ujarnya dalam sebuah konferensi pers, dikutip dari kompas.com.
Permusuhan dan putusnya silaturahmi tersebut, menurut Hasyim, lumrah terjadi saat terjadinya proses dinamika politik dan sosial. Hal ini merupakan salah satu praktek demokrasi dan masyarakat telah mengambil peran besar di dalamnya. Meski demikian, hal tersebut diharapkan dapat dimaknai positif di kemudian hari.
Hasyim berharap permusuhan itu tak lagi terjadi di masa yang akan datang. Perselisihan yang telah terjadi, diharapkan segera menemukan penyelesaian selaras dengan selesainya pilkada. "Ke depan, jangan ada lagi keretakan di masyarakat dan harus kembali seperti sedia kala," tuturnya.
Fenomena putusnya silaturahmi akibat pilkada ini bahkan tak hanya terjadi di kalangan warga Jakarta, melainkan secara nasional. Seorang yang bukan warga Jakarta turut serta memasuki suhu panas tingkat tinggi pilkada ibu kota. Lebih dari itu, mereka pula sangat bersemangat dalam mengawal proses pilkada.
Tak heran jika muncul aksi-aksi sekumpulan warga saat pilkada berlangsung. Mereka merupakan warga di luar Jakarta yang turut peduli pada pemilihan gubernur Jakarta. Tentu tak jadi masalah karena Jakarta merupakan ibu kota negara, sehingga Jakarta adalah kota bagi setia warga negara Indonesia.
Tamasya Al Maidah, demikian penamaan aksi beberapa orang yang ingin turut mengawal berlangsungnya pesta demokrasi akbar DKI Jakarta. Sejumlah tokoh mengajak massa yang bukan warga Jakarta untuk turut mengawal proses pemilihan di beberapa lokasi Tempat Pemungutan Suara (TPS). Aksi dilakukan agar tak terjadi kecurangan seperti yang dikhawatirkan acap kali pilkada.
Meski demikian, pihak aparat melarang aksi khusus untuk mengawal pilkada. Pasalnya, kepolisian telah mengirimkan personel kepolisian untuk menjaga TPS. Bahkan tahun ini, setiap TPS dijaga oleh seorang polisi. Biasanya, seorang personel polisi mengawasi hingga tiga TPS.
Hal ini disampaikan Kepala Divisi Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar. Menurutnya, tugas pengawasan TPS merupakan tanggung jawab petugas. Sehingga tak perlu diselenggarakan aksi khusus untuk mengawalnya. “Petugas-petugas di TPS kan sudah ada. Tolong dipercayakan saja, ada unsur polisi, TNI, dan limas,” ujarnya, dilansir kompas.com.
Pilkada DKI Jakarta putaran kedua telah berlangsung lancar dan damai pada Rabu (19/04/2017) kemarin. Perhitungan cepat lembaga-lembaga survei pun telah merilis hasil sementara. Meski dalam angka presentasi berbeda, semua lembaga menyatakan pasangan calon (paslon) Anies Baswedan dan Sandiaga Uno unggul dan mengalahkan paslon Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat. Selamat untuk Anies-Sandi. Semoga keduanya bersifat amanah dalam menjalankan tugas nanti.