Muslimahdaily - Bisa dikatakan momen puasa Ramadhan di Indonesia sangat meriah dan sangat terasa perayaannya. Maklum negara kita ini adalah negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia sehingga wajar nuansa Ramadhan begitu terasa di seluruh pelosok negeri. Mulai dari banyaknya pedagang musiman yang berjualan takjil di jalan, berbagai tradisi menyambut ramadhan, berbagai makanan khas yang hanya bisa ditemui saat ramadhan, salat tarawih berjamaan, bermain petasan, asmara subuh dan masih banyak hal menarik lainnya dalam menjalankan puasa di negeri ini. Alhamdulillah!
Lalu bagaimana dengan suasana puasa di luar negeri sana? Terutama bagi muslim Indonesia yang kebetulan tengah studi atau bekerja di luar negeri?
Qatar
Qatar yang merupakan negara Timur Tengah penghasil minyak dikenal sebagai negara salab satu negara dengan penduduknya mayoritas muslim. Namun ternyata datangnya bulan suci Ramadhan tak begitu ‘meriah’ terasa di negara teluk tersebut.
“Kurang greget aja karena gak ketemu tradisi puasa di Indonesia” ujar Sukra, pekerja asal Indonesia yang baru satu tahun menetap di Qatar.
Dia mengaku suasana berpuasa di Qatar jauh berbeda dengan yang ada di Indonesia.
“Siangnya sepi. Gak ada spanduk ucapan. Malam gak ada petasan atau anak-anak yang ribut di masjid.” ujarnya.
Meski demikian nuansa ramadhan tetap masih terasa di Qatar, seperti hampir di semua masjid ada tenda iftar gratis dan restoran banyak yang tutup untuk menghormati muslim yang berpuasa. Muslim di Qatar tahun ini berpuasa selama 15 jam 15 menit setiap harinya.
Jerman
Lain Qatar, lain pula yang dirasakan muslim Indonesia di Jerman. Harus berpuasa mulai jam 03.05 hingga 21.57 setiap harinya atau sekitar 19 jam perhari, Azmi yang mentap di Jerman juga merasakan perbedaan ramadhan di negeri sendiri dan di perantauan. Di tahun keduanya berpuasa di Jerman ini dia mengaku tak menemukan begitu banyak kesulitan harus berpuasa di negeri orang.
“Tahun lalu cuacanya lebih panas, alhamdulillah tahun ini sering hujan. Kesulitan sih gak ada, adanya tantangan karena harus pergi tarawih tengah malam sekitar jam 12 dan pulang kerumah jam 2 pagi. Jarak masjid dan rumah sekitar 30 menit dengan sepeda
dan sampai di rumah sudah harus cepat-cepat makan sahur” ujar Azmi yang ikut dengan suaminya tinggal di Jerman.
Dia mengaku suasana ramadhan tak begitu terasa di negeri tersebut. Restoran halal tetap buka pukul 11 dan pasar ramadhan yang banyak dijuampai di Indonesia pun tak ada di negara tersebut.
“Biasa saja seperti hari-hari biasa, yang beda adalah suasana tengah malam yang lumayan ramai di sekitar masjid karena orang-orang baru pulang tarawih. Saat itu baru kerasa ramadhannya” ujarnya.
Saat ditanya bagaimana perlakuan masyarakat non-muslim disana terhadap muslim yang berpuasa, Azmi mengaku tak ada banyak hal yang berbeda.
“Perlakuan non muslim juga tidak ada yang berbeda, paling mereka bertanya lebih banyak seputar puasa, ramadhan dan islam. Biasanya ada beberapa warga muslim yang bikin acara mengundang tetangganya yang non muslim makan bersama sebelum ramadhan untuk menjelaskan tentang ramadhan dan islam”
Meski tak begitu terasa nuansa ramadhannya, namun banyak juga orang maupun organisasi yang menyelenggarakan buka puasa bersama di Jerman. Azmi mengaku pernah ikut buka puasa bersama di kampus suaminya. Lalu ada banyak juga buka puasa bersama yang dilaksanakan oleh organisasi islam di Jerman.
Nah ternyata memang lebih enak berpuasa di negeri kita sendiri ya! Namun meski demikian pada hakikatnya berpuasa di mana saja sebenarnya sama saja. Tapi mungkin karena kultur dan kebudayaan di Indonesia yang beragam membuat suasana Ramadhan lebih terasa ramai dan menyenangkan disini. Namun dimana pun kamu berpuasa saat ini, jangan pernah patah semangat hanya karena tak ada yang berpuasa di sekitar kamu ya!